Berawal dari pernikahan yang dipaksakan dan berujung rumah tangga yang di hancurkan oleh pelakor...
Apakah Anita akan menangis dan merebut kembali suaminya??
Ohh.. tidak harga diri itu penting menurut Anita jika memang suami nya lebih memilih pelakor itu yaa serahkan saja itung-itung membantu orang yang tidak mampu mencari mendamping hidupnya. Dan memberikan barang bekas nya pada orang lain selagi masih bisa di manfaatkan kenapa tidak?
Agar tak mubazir ucap Anita.
Jahat memang mulut Anita mengatakan jika suaminya adalah barang, tapi dengan begitu ia tau apa saja yang di lakukan suaminya di luaran sana.
Apalagi soal selingkuh dan KDRT yang pernah di lakukan oleh suaminya semakin membuatnya yakin untuk menyumbangkan suaminya itu kepada orang yang lebih membutuhkan.
Dan kalau dipikir selingkuh itu macam penyakit yang tak ada obatnya selain mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Ardi Tantrum
Braaakkk....
Plakk....
"Dasar sialan 4njing kamu s3tan..." maki Ardi pada istrinya.
"kamu ngomong apa ke Bapak hah ! Sampe Bapak ngak mau kasih gajiku langsung ke aku, kamu ngomong apa hah ! Perempuan si4l?"
Putri yang belum sepenuh nya sadar dari tidur nya dan langsung mendapat tamparan oleh Ardi pun hanya diam menikmati rasa perih dan panas di pipi nya.
"jawab 4njing d4nc0k kenapa kamu diam aja?" Ardi semakin geram pada istrinya itu sebab ia kunjung menjawab pertanyaan Ardi.
Plakkk...
Bugh...
Bugh....
"ampun Ardi sakit... Lepas..."
Sreeeeekk...
"ahhh... ampun sakit Ardi, aku ngak ngomong apa-apa sama Bapak aku sudah hampir satu bulan nga ketemu Bapak hu hu hu" ucap Putri sambil merasakan sakit di sekujur tubuh nya.
Brakkkk....
Ardi pergi dengan keadaan marah ia menendang pintu rumah.
Putri kerap kali menjadi samsak hidup oleh suaminya, Ardi juga sering melampiaskan emosinya ketika ada masalah di luar.
Putri kerap kali menerima tamparan, tendangan, pukulan, dan jambakkan oleh suaminya.
Putri kini menangis menikmati kesakitan yang di berikan suaminya, untung lah anaknya sudah di ungsikan oleh nya pada orang tuanya.
Bohong lah Putri jika ia tidak bertemu orang tuanya terutama Bapak, baru seminggu kemaren adik sepupunya menjemput dengan suruhan dari orang tuanya.
Bapak nya itu bercerita pada nya jika Ardi membawa uang kios sekitar lima puluh juta.
Kios pak Adi tidak lah besar namun, barang yang berada di dalam kios itu yang menjadikan pendapatan pak Adi besar.
Selain menjual barang kebutuhan pertanian, perkebunan, dan perikanan. Kios pak Adi pun di rangkap sebagai toko bangunan.
Dengan karyawan dan karyawati kurang lebih dua puluh lima orang sudah termasuk dengan sopir.
Gaji yang di berikan pun cukup dan bisa terbilang lebih, apa lagi jika kios ramai pak Adi pun takkan sungkan memberikan bonus pada semua anak buahnya.
Belum lagi makan yang di tanggung dan uang rokok bagi karyawan yang merokok, jika untuk karyawati uang rokok itu akan di ganti dengan uang jajan yang nominalnya sebesar dua puluh lima ribu hingga tiga puluh ribu, tergantung lama nya karyawati tersebut bekerja.
Bagaimana anak buah nya tak senang jika memiliki bos seperti pak Adi?
Pak Adi di beritahukan oleh salah satu orang kepercayaan di kiosnya, bahwa Ardi telah membawa uang kios senilai kurang lebih lima puluh juta.
Karena pada hari itu kios dalam keadaan ramai.
Ardi mengambil uang tersebut dengan mengancam kasir karyawati Pak Adi, ia mengancam kasir tersebut untuk tidak melaporkan kelakuannya pada mertuanya.
Namun yang Ardi tidak tahu bahwa mertuanya memiliki beberapa orang kepercayaan dan juga cctv yang telah terhubung langsung pada ponsel Pak Adi mertuanya.
Pak Adi tidak langsung mengambil tindakan, ia hanya ingin memantau sejauh apa kelakuan menantunya itu dan untuk apa ia mengambil uang kios dalam jumlah besar.
Pak Adi pun tak menyerahkan gaji Ardi langsung padanya dan pak Adi pun tak menceritakan perihal Ardi yang mengambil uang kios.
Jadilah Ardi yang ber asumsi bahwa Putri telah mengadu yang tidak-tidak pada mertuanya tersebut, yang tanpa Ardi ketahui bahwa mertua lelakinya itu sudah tau akan perlakuannya dengan Putri apalagi soal nafkah.
Ardi bekerja pada mertuanya selain jadi supir ia pun merangkap sebagai karyawan toko, jadilah gajinya cukup banyak kisaran empat juta itu belum bonus dan uang rok0k yang ia dapat.
Namun ia hanya memberikan uang belanja pada istrinya itu sebesar lima ratus ribu, dengan dalih di tabung.
Itu pun jika uang belanja tersebut habis ia tak mau tahu, dan lagi Ardi pun kerap meminta uang pada Putri yang katanya buat bensin lah dan buat rok0k lah.
Putri pun sering meminta beras pada orang tuanya, awalnya mama Amel tidak mempermasalahkan jika anaknya itu meminta beras.
Yang ada dalam pikiran mama Amel pengeluaran anaknya sedang di fase banyak-banyaknya, makanya Putri sampai tidak membeli beras.
Namun lama kelamaan ia pun heran, pasal nya Putri kerap kali meminta beras. Bahkan pernah meminta hingga tiga kali dalam sebulan, mama Amel selalu menjatah tiap Putri meminta beras.
Mama Amel menjatah beras lima kilo di setiap anaknya meminta beras.
Lama kelamaan pun mama Amel heran dengan anaknya itu, tak mau mengambil asumsi sendiri ia pun bercerita dan bertanya pada suaminya pak Adi.
Pak Adi pun dengan gamblang menceritakan pendapatan Ardi, ia pun heran dengan menantunya itu. Pak Adi pun menceritakan pasal Ardi yang mengambil uang kios sebanyak lima puluh juta.
"hah yang bener aja pah? Buat apa uangnya?" tanya mama Amel dengan terkejutnya.
Pak Adi pun tak susah memberikan bukti cctv yang sudah di coppy sebelumnya pada istrinya.
Dengan mata melotot mama Amel menyaksikan aksi Ardi yang dengan jahatnya mengancam kasir perempuan itu.
"iih... Kenapa ngak langsung kamu kik aja pah?" geram mama Amel. Ia pun tak percaya bahwa menantunya itu bisa berlaku demikian pasalnya menantunya itu terlihat manut ketika di beri nasihat olehnya.
"kak kik kak kik.. Kamu nga kasihan sama anak kamu, apa mau Putri di pisahkan sama suaminya? Kayak ngak tau aja kamu kalo si Putri itu cinta buta pada suaminya". Ucap Pak Adi mengingatkan.
Mama Amel pun bingung harus bertindak seperti apa pasalnya, anak perempuan nya itu tidak mau jika di pisahkan dengan suaminya.
Terlepas dengan apa yang sudah di lakukan suaminya padanya, entah Putri sudah di berikan apa oleh suaminya sehingga tak melihat kejelekan si Ardi.
****
Putri yang sedang berbaring di kasur tak sengaja melihat dompet dan handphone milik Ardi tergeletak di meja.
Ia dengan takut- takut ingin mengambil dompet tersebut, selain ingin membuktikan ucapan Papanya ia juga ingin melihat isi dompet suaminya.
Ia ragu namun hatinya terus meyakinkan bahwa ia memang harus membuka dompet milik suaminya.
Putri pun sejenak menoleh ke arah kamar mandi dimana Ardi berada.
Ia pun bergegas membuka dompet suaminya dengan secepat kilat matanya melotot melihat lembaran berwarna merah berbaris rapi di dompet suaminya.
Ia pun mengambil beberapa lembar yang kalau di hitung totalnya satu juta, dengan langkah seribu ia mengembalikan dompet milik suaminya dan kembali rebahan di kasur seperti tidak terjadi apa-apa.
Ardi yang sudah selesai mandi pun hanya menatap istrinya sekilas lalu ia menuju lemari untuk mengambil pakaian, dan matut diri di depan cermin lalu ia keluar dari kamar menuju dapur.
Praaaanggg...
"b4ngsaaaat... Sini kamu perempuan si4l?"
Putri yang terkejut pun langsung lompat dari kasur dan menuju arah suara suaminya memanggil.
Pokk...
Lap meja yang di lempar Ardi melayang tepat di wajah Putri.
Putri pun dengan segera mengambil benda asing dari wajahnya dan melempar lap tersebut di atas meja.
"kenapa sih teriak- teriak ngak takut putus lehermu ?" ucap Putri.
"tanya kenapa? Kamu itu g0bl0k apa b0d0h hah ! mana makanan nya? Kamu ngak masak? Aku kan sudah kasih uang belanja, kamu kemanakan uang dari aku?" ucap Ardi sembari berteriak hingga terlihat otot lehernya.
"kamu kasih uang lima ratus ribu yang dua ratus kamu minta buat benerin motor kata mu, yang seratus token listrik, yang seratus air, sisa seratus buat beli bumbu dapur. Uangnya udah habis nga bisa beli lauk" ucap Putri merinci pengeluarannya.