Xu Yiran

Dua hari telah berlalu sejak Xu Yiran memulai pelatihan ekstrimnya di bawah bimbingan sang master. Tubuhnya terasa hancur setelah dua hari penuh tanpa henti, terjebak dalam siklus latihan yang melelahkan dan menyakitkan. Mengingat kondisinya yang tidak dapat menyerap energi spiritual dan tidak memiliki kultivasi sama sekali, setiap gerakan, setiap latihan, terasa seperti cobaan yang hampir mustahil untuk dilewati.

Buku manual yang dilemparkan oleh sang master berisi instruksi yang rumit. Tahap pertama, Penempaan Logam, mengharuskan tubuh untuk menahan dan menyerap tekanan fisik yang sangat besar, membuat tulang dan ototnya menjadi sekeras logam. Tapi bagi Xu Yiran, itu bukanlah hal yang mudah. Tanpa kemampuan spiritual, dia tidak dapat menyerap Qi dari alam sekitar. Ini menjadikannya lebih sulit dibandingkan dengan mereka yang sudah berada dalam tingkatan kultivasi.

Namun, tekadnya tidak surut. Bahkan setelah tubuhnya terasa begitu rapuh dan lelah, dia terus berusaha. Setiap gerakan, setiap pukulan, setiap tendangan, ia lakukan dengan segenap kekuatan yang tersisa dalam tubuhnya, walaupun rasa sakitnya terus menghantui.

Ketika tubuhnya mulai merasakan rasa sakit yang luar biasa, Xu Yiran memfokuskan pikirannya pada satu hal: tujuan. Dia ingin menjadi lebih kuat, untuk membalaskan dendamnya dan untuk menghancurkan mereka yang telah merusak hidupnya. Semua ini, rasa sakit ini, adalah harga yang harus dibayar.

Sang master hanya mengawasi dari kejauhan. Melihat Xu Yiran berjuang tanpa henti, dia tidak berkata apa-apa. Semua yang dia lakukan adalah menunggu. Hanya dengan waktu yang cukup, Xu Yiran akan memahami apakah dia memiliki cukup kekuatan untuk melanjutkan.

Hari kedua hampir berakhir ketika Xu Yiran merasakan perbedaan. Untuk pertama kalinya, rasa sakitnya mulai berkurang. Tubuhnya yang sebelumnya terasa hancur perlahan mulai mengeras. Dengan setiap latihan, setiap pukulan, dia merasa seolah-olah tulang dan ototnya semakin kuat. Seperti logam yang dipanaskan di bawah api, tubuhnya mulai memadat dan memperkuat diri.

Akhirnya, pada saat terakhir hari kedua, Xu Yiran melakukan satu gerakan terakhir yang memaksa seluruh tubuhnya bergerak dengan kekuatan yang luar biasa. Saat itu, dia merasakan suatu sensasi yang luar biasa, sebuah kekuatan baru yang mengalir melalui setiap urat tubuhnya. Tubuhnya telah mencapai titik di mana rasa sakit itu hilang dan digantikan dengan rasa kuat yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.

Xu Yiran terengah-engah, napasnya berat, dan tubuhnya hampir ambruk. Tapi dia tahu. Dia telah menyelesaikan tahap pertama dari pelatihan ekstrim ini.

Dengan susah payah, Xu Yiran bangkit dari tempat dia terjatuh. Sementara itu, sang master yang diam di sisi jauh pegunungan hanya mengamati dengan mata penuh kebijaksanaan. Ia melihat bahwa Xu Yiran berhasil menguasai tahap pertama lebih cepat dari yang dia perkirakan. Kecepatan dan keberhasilan Xu Yiran kali ini membuat sang master semakin yakin bahwa dia memang ditakdirkan untuk menjadi orang pertama yang mampu menguasai seluruh teknik ini.

Sang master akhirnya mendekat dan tersenyum tipis. “Kau telah melewati tahap pertama. Dua hari, kau berhasil lebih cepat dari yang aku kira. Kemampuanmu untuk bertahan dan menembus batas fisik tubuhmu... inilah alasan mengapa aku memilihmu.”

Xu Yiran, meski tubuhnya lelah dan hampir tidak memiliki tenaga lagi, tersenyum tipis. Semua rasa sakit dan kelelahan itu seolah hilang begitu saja. “Aku akan terus maju. Tidak peduli seberapa berat tantangannya.”

Sang master memandangnya dengan rasa bangga, dan dalam hatinya, dia tahu, Xu Yiran adalah seseorang yang berbeda. Dalam dirinya ada potensi yang sangat besar. Potensi untuk menjadi kultivator yang luar biasa.

Namun, semua yang telah dia lalui hanyalah langkah pertama dari siksaan panjang yang akan terus terjadi kedepannya.

***

Dua bulan telah berlalu sejak Xu Yiran memulai pelatihan tubuh ekstrim yang penuh tantangan dan penderitaan. Dalam waktu yang sangat singkat, tubuhnya telah dibentuk melalui tujuh tahap penempaan yang hampir tak terbayangkan. Dengan setiap tahap yang dilalui, tubuhnya tidak hanya semakin kuat, tetapi juga semakin mengesankan dengan kemampuannya untuk mengatasi kondisi yang hampir mustahil.

Pelatihan yang diberikan oleh sang master tidak mengenal ampun. Ia dibawa ke berbagai lokasi ekstrem untuk menjalani setiap tahap, tanpa ada pengecualian. Setiap tempat dipilih dengan cermat agar sesuai dengan ujian yang ada di setiap tahap penempaan tubuh yang telah diciptakan oleh sang master.

Setelah menuntaskan tahap pertama, Xu Yiran dibawa ke sebuah gua api. Suhu yang sangat tinggi memancar dari setiap sudut tempat itu. Kulit dan tubuhnya terasa terbakar, namun ia dipaksa untuk terus bergerak dan berlatih di tengah-tengah api yang panasnya tak terbayangkan. Setiap gerakan yang ia lakukan membuat tubuhnya semakin kebal terhadap panas, sementara pengendalian energi dalam tubuhnya pun meningkat drastis. Meskipun hampir tidak bisa bertahan karena rasa sakit yang begitu parah, Xu Yiran akhirnya berhasil menaklukkan tahap ini.

Tahap Penempaan Es Berlawanan dengan api, tahap ini membawa Xu Yiran ke lembah es yang mematikan. Suhu yang membekukan tubuhnya membuatnya sulit untuk bernapas, dan setiap gerakan yang dilakukan terasa seolah seluruh tubuhnya akan hancur. Namun, dengan tekad yang tak tergoyahkan, Xu Yiran terus berlatih meski tubuhnya hampir membeku. Di sini, ia belajar untuk menahan rasa sakit yang luar biasa sambil melatih kekuatan mentalnya agar semakin kokoh. Ketahanan fisiknya pun meningkat, memungkinkan dirinya untuk bertahan lebih lama dalam kondisi ekstrem.

Tahap keempat membawa Xu Yiran ke puncak gunung di mana petir sering menyambar. Ia harus melatih tubuhnya untuk menerima dan mengendalikan energi petir yang sangat kuat. Setiap serangan energi listrik yang menghantam tubuhnya membuatnya merasa seperti tubuhnya akan hancur, namun dengan setiap serangan, tubuhnya menjadi lebih kuat dalam menahan energi eksternal. Kemampuannya untuk mengalirkan energi dengan efisien meningkat pesat, dan tubuhnya semakin kebal terhadap serangan energi.

Di tahap kelima, Xu Yiran dibawa ke padang rumput luas, di mana angin berhembus sangat kencang. Ia dilatih untuk bergerak secepat angin, menghindari serangan dan mempercepat reaksi tubuh. Setiap gerakan menjadi sangat lincah dan cepat, dan otot-otot tubuhnya semakin kuat karena latihan yang berulang-ulang. Ketahanan tubuhnya terhadap gerakan cepat pun semakin meningkat, menjadikannya lebih gesit dan lebih cepat dalam bertindak.

Setelah kelima tahap tersebut, Xu Yiran dihadapkan pada ujian yang paling berat. Ia dibawa ke lembah terjal yang penuh dengan bebatuan besar. Selama tahap ini, tubuhnya dilatih untuk menahan tekanan besar dan beban yang sangat berat, seolah ia harus mengangkat gunung. Tulang-tulang dan otot-ototnya dilatih untuk menjadi sekeras batu, dan rasa sakit yang diderita selama latihan ini hampir tidak tertahankan. Namun, tubuhnya menjadi lebih kuat, tak tergoyahkan, dan hampir tak terbantahkan.

Akhirnya, Xu Yiran mencapai tahap terakhir, tahap yang paling menantang dari semuanya. Dalam tahap ini, ia harus menyatukan kekuatan fisik, mental, dan jiwanya. Latihan ini membawa tubuhnya melampaui batas manusia, membuatnya lebih kuat, lebih cepat, dan lebih tahan terhadap segala ancaman. Xu Yiran dipaksa untuk menggabungkan semua yang telah dipelajari dari setiap tahap sebelumnya, menjadikannya seorang prajurit yang tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga mampu mengendalikan tubuh dan energi dengan sempurna.

Dalam dua bulan yang penuh penderitaan dan pelatihan ekstrim, Xu Yiran telah menyelesaikan semua tujuh tahap. Setiap pukulan sederhana yang ia lakukan kini mampu menghancurkan batu besar, dan tendangannya cukup kuat untuk merobohkan pohon besar. Tubuhnya telah berada di tingkat yang melampaui nalar manusia biasa. Ia telah menempuh perjalanan yang luar biasa, tidak hanya mengasah kekuatan fisiknya, tetapi juga membentuk mental yang tak tergoyahkan.

Dengan kekuatan tubuh yang tak tertandingi, Xu Yiran kini berdiri di puncak sebagai seseorang yang tak terhentikan. Namun, meskipun tubuhnya telah mencapai potensi puncaknya, ia tahu bahwa ini kekuatan fisik saja tidak akan cukup untuk menghadapi dunia yang lebih luas dan lebih berbahaya. Ia harus melanjutkan untuk mengasah kekuatan batinnya, dan yang terpenting, untuk membuktikan bahwa ia adalah orang yang tak terkalahkan.