EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan di tempat lain artinya plagiat. Tolong laporkan🔥
Baru dua bulan menikah, Arumi Safitri harus rela mengikhlaskan kepergian suaminya yakni Letda Laut (P) Yuda Kusuma yang meninggal dalam tugas. Pahami jati diri sebagai prajurit angkatan laut bahwa air yang memiliki semboyan wira ananta rudira, yaitu tabah sampai akhir.
Hidup Arumi selepas kepergian suaminya, diterpa banyak ujian. Dianggap pembawa sial oleh keluarga suaminya. Ada benih yang ternyata telah bersemayam di rahimnya, keturunan dari mendiang suaminya. Beberapa bulan kemudian, Arumi terpaksa menikah dengan seorang komandan bernama Kapten Laut (E) Adib Pratama Hadijoyo hanya karena kejadian sepele yang menyebabkan para warga salah paham dengan mereka berdua.
Bagaimana kehidupan pernikahan Arumi yang kedua?
Apakah Kapten Adib menjadi dermaga cinta terakhir bagi seorang Arumi atau ia akan menyandang status janda kembali?
Simak kisahnya💋
Update : setiap hari🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 - Sebuah Panggilan
Nyonya Elsa terus tersenyum memandangi putra dan menantunya dari kaca spion tengah atau center mirror mobil. Adib dan Arumi duduk di bangku bagian tengah. Sedangkan dirinya duduk di bangku depan samping sopir.
Ia melihat beberapa perubahan ke arah yang baik pada pengantin baru tersebut sejak keluar dari kamar hotel. Adib dengan setia menggandeng tangan Arumi begitu mesra dan hangat. Bak sepasang suami istri yang saling mencintai, khas pengantin baru pada umumnya. Arumi juga membiarkan Adib menggandeng tangannya. Tanpa penolakan.
Arumi yang tengah hamil tua memang sering mengantuk. Alhasil di dalam mobil, ia tertidur di pundak Adib. Lantas tak lama Adib pun memeluk Arumi. Dan istrinya tersebut tertidur dalam dekapannya sepanjang perjalanan.
Arumi tak menolak skinship yang dilakukan Adib padanya. Entah mengapa, ia pun tak tahu. Ia hanya merasa tubuhnya tak menolak seakan Adib memberikan kenyamanan dan sebuah perlindungan untuknya. Senyum pun terus terpancar di wajah Kapten Laut (E) Adib Pratama Hadijoyo.
"Semoga kalian berdua berbahagia selalu hingga akhir hayat. Aamiin..." batin Nyonya Elsa seraya tulus mendoakan kebahagiaan pernikahan Adib dan Arumi.
☘️☘️
Sebelum mereka pergi meninggalkan hotel, di dalam kamar, Adib meminta sesuatu hal pada Arumi.
"Mas Adib mau minta sesuatu apa?" tanya Arumi lirih seraya melirik suaminya sepintas lalu menundukkan pandangannya kembali.
Jantungnya selalu berdebar jika lama-lama menatap Adib. Entah mengapa seperti ini, ia pun tak tahu. Namun hal seperti ini dirinya seakan pernah merasakannya di masa lalu ketika bersama seseorang. Tetapi bukan dengan Yuda, mendiang suaminya.
Pertemuan singkat yang mampu mendebarkan jiwa dan hatinya. Padahal kala itu laki-laki tersebut tak mengucapkan cinta padanya. Namun takdir yang membuat Arumi tak bisa berlama-lama berada di kota J. Pada akhirnya terpaksa ia harus pergi jauh tanpa sempat berpamitan. Bahkan ia terlupa meminta maaf pada laki-laki tersebut. Nomor telepon laki-laki itu pun ia tak punya.
"Aku sama sekali tidak akan menyuruhmu melupakan cintamu untuk mendiang suamimu. Masa lalumu adalah milikmu. Tetapi masa depanmu adalah milikku dan tanggung jawabku. Aku juga tidak akan memaksamu untuk bisa mencintaiku. Tapi satu yang perlu kamu tahu, bahwa kamu istriku sejak kemarin, esok, dan selamanya. Aku akan berusaha membahagiakanmu serta mencintaimu dengan caraku. Mulai detik ini percayalah bahwa di dalam hati ini hanya ada nama Arumi Safitri," ucap Adib penuh keseriusan dan sangat jelas cinta yang begitu besar hanya untuk Arumi.
Deg...
"Mas," ucap Arumi lirih. Ia tertegun mendengar penuturan Adib barusan. Arumi menatap Adib dengan serius dan sama sekali dalam mata sang suami tak ada kebohongan. Hanya ada kejujuran dan cinta yang ia lihat.
"Satu hal yang aku minta tadi, bolehkah mulai detik ini kamu memanggilku Abang? Jangan panggil aku, Mas. Aku boleh kan enggak ingin sama dengan mendiang suamimu," pinta Adib yang menunjukkan dengan sangat jelas rasa posesifnya.
Adib seakan tak ingin menahan rasa cemburunya lagi. Ia ingin Arumi tahu bahwa dirinya benar-benar mencintainya dengan tulus. Tentu setiap manusia tak ingin disamakan dengan manusia lainnya. Terlebih suami baru dengan mendiang suami yang telah meninggal dunia. Hal tersebut masih dalam batas wajar dan lumrahnya.
Yang terpenting dalam sebuah biduk rumah tangga yakni menjaga komunikasi dua arah yang bersinergi. Bukan komunikasi satu arah saja yang jika dibiarkan terus-menerus maka bisa berujung bad communication alias komunikasi yang buruk.
Utarakan apa yang kamu mau pada pasanganmu. Selain hati lega, hal itu juga mampu membuat pasangan kita tahu tentang apa isi hati kita. Daripada menyimpan atau memendam sesuatu di hati yang nantinya menjadi bom waktu. Sangat berbahaya.
Senyum pun terbit di wajah Arumi tanpa disadarinya. Ia paham jika saat ini Adib tengah memberikan sinyal cemburunya pada mendiang Yuda.
"Iya, Abang Adib. Benar begini, Bang?"
"Hehe... iya Rum. Makasih ya," jawab Adib seraya terkekeh sendiri melihat Arumi melakukan apa yang dia mau tanpa penolakan maupun bantahan. Arumi pun menganggukkan kepalanya.
Keduanya seketika saling memandang sambil tersenyum dan tertawa kecil. Bak abege yang tengah tersipu malu.
"Selfie yuk," ajak Adib tiba-tiba. Ia segera mengeluarkan ponsel ternama miliknya yang berlogo buah apel kena gigit yang harganya cukup menguras kantong bagi kaum mendang-mending di luar sana.
"Malu, Bang." Arumi menolak secara halus.
Ia memang tak terbiasa berpose atau melakukan foto baik selfie maupun bersama-sama. Sebab selama bersama Yuda baik pacaran hingga menikah, keduanya terbilang sangat jarang melakukan foto berdua.
"Masak sudah menikah enggak punya foto bini. Apa kata dunia, Rum? Nanti kalau aku kangen, gimana?" rengek Adib yang mendadak manja. Sangat jauh berbeda dengan Adib ketika menjadi komandan di depan anak buahnya.
Jika hal ini diketahui anak buahnya, bisa jadi Adib disarankan pergi ke dokter oleh mereka semua. Karena komandan yang terkenal garang mendadak berubah seratus delapan puluh derajat ketika bersama Arumi, istrinya.
Dan pada akhirnya Arumi mengalah dan menyerah.
"Yeah," batin Adib bersorak.
"Tiga kali saja, Bang. Enggak perlu banyak-banyak fotonya. Nanti memori ponsel Abang, penuh." Arumi masih terlihat canggung.
"Khusus foto istri, unlimited. Memorinya dijamin enggak akan penuh kok," ucap Adib dengan cepat dan penuh keyakinan pada Arumi.
Akhirnya keduanya pun melakukan foto berdua hingga entah berapa jumlah jepretan yang berhasil dilakukannya.
Cekrek...
Cekrek...
Cekrek...
"Sudah, Bang. Fotonya sudah banyak. Ayo kita keluar. Mama pasti sudah nungguin," ucap Arumi yang merasa tak enak dengan ibu mertuanya sekaligus rasa malu dan canggung tengah melebur menjadi satu saat ini bersama Adib dalam kamar.
"Mama pasti paham pengantin baru ngapain saja kalau lama di dalam kamar. Satu lagi pose penutup. Please," pinta Adib yang seakan tak mau melepaskan Arumi. Terlebih keduanya akan berpisah cukup lama karena tugas negara sudah menanti.
☘️☘️
Padahal keduanya sudah berpose cukup banyak hingga bertukar posisi juga. Tetapi bagi Adib masih kurang. Bahkan yang awalnya Adib mengatakan hanya selfie saja, berujung tidak seperti itu. Modus.
Ketika Arumi mengiyakan, selain ponsel, Adib pun mengambil tripod dalam tas ranselnya. Dan terjadilah pose-pose menakjubkan yang sebelumnya tidak ada dalam benak Arumi. Pose berdiri sambil memeluk Arumi hingga pose-pose yang lain di berbagai sudut kamar hotel, mereka lakukan juga.
Hanya cukup menggunakan remote kecil yang Adib pegang untuk mengendalikan ponsel pintarnya yang berada di tripod. Arumi hanya bisa tertegun tanpa mampu mengucapkan sepatah kata pun melihat aksi suaminya bersama benda-benda yang ia yakini harganya terbilang mahal.
"Oke, satu lagi. Abang janji?" desak Arumi yang ingin menyudahi acara foto dadakan ini.
"Iya, Ma. Siap grakk," jawab Adib.
Deg...
Arumi seketika menelan salivanya dalam-dalam. Mendadak ia kesulitan berkonsentrasi maupun berpikir. Bulu kuduknya langsung ikut meremang. Hanya karena telinganya mendengar Adib memanggil dirinya dengan sebutan 'Ma'.
Hal ini sontak menimbulkan gelenyar atau desir tak biasa yang secara otomatis memenuhi raga dan batinnya. Jantungnya semakin tak terkendali karena ikut berdegup kencang.
Bersambung...
🍁🍁🍁
Ngomong2 lokasi setting novel kota J itu dimana ya thor? mohon di jawab, hatur nuhun.
Karya tulis bagus ini layak mendapat Bintang LIMA, aamiiin
Aku sukaa, aku sukaaa ../Heart//Good/