Mencari nafkah di kota Kabupaten dengan mengandalkan selembar ijazah SMA ternyata tidak semudah dibayangkan. Mumu, seorang pemuda yang datang dari kampung memberanikan diri merantau ke kota. Bukan pekerjaan yang ia dapatkan, tapi hinaan dan caci maki yang ia peroleh. Suka duka Mumu jalani demi sesuap nasi. Hingga sebuah 'kebetulan' yang akhirnya memutarbalikkan nasibnya yang penuh dengan cobaan. Apakah akhirnya Mumu akan membalas atas semua hinaan yang ia terima selama ini atau ia tetap menjadi pemuda yang rendah hati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10.
Motor tersebut berbalik dan berhenti tak jauh dari Mumu. Dua orang turun dan langsung menyerang Mumu dengan tendangan dan disusul lagi dengan pukulan.
Mumu menghindari tendangan tapi tak sempat menangkis pukulan. Tak ayal tubuhnya terkena bokem mentah.
Walaupun tubuh Mumu semakin kuat dan gerakannya semakim cepat berkat teknik pernafasan itu tapi tetap saja Mumu tidak punya ilmu bela diri. Jadi ia melakukan perlawanan hanya berdasarkan insting semata. Mumu terhuyung dua langkah ke belakang. Melihat kesempatan itu lawan Mumu yang seorang lagi langsung ikut menyerang. Tapi dia salah langkah. Ketika tendangan kaki kanannya menyerang Mumu, tanpa terfikirkan sebelumnya Mumu langsung menendang kaki kiri lawannya yang menjadi tumpuan tubuhnya, seketika itu juga tubuh lawannya langsung tumbang.
Belum sempat Mumu menarik nafas lega, datang lagi kawan musuhnya dua orang.
Satu lawan empat!
Mumu mengambil langkah seribu.
Ia dengan cepat berlari mengitari rumah penduduk.
Lawannya sempat kaget tapi tak lama kemudian mereka langsung mengejar Mumu.
Terjadilah aksi kejar-kejaran!
Orang-orang tak terlalu peduli dengan perkelahian anak-anak muda. Mereka tak mau jadi sasaran balas dendam jika ikut campur.
Sambil berlari Mumu sempat berfikir, siapa kira-kira yang memerintahkan orang-orang ini untuk mengeroyoknya. Kalau ditanya langsung pasti mereka tak mau mengakuinya.
Tiba-tiba Mumu berhenti mendadak. Gang yang dilewati ternyata buntu. Di penghujung gang cuma ada sebuah rumah dan tidak ada jalan tembus lainnya.
"Ha ha mau lari ke mana lagi kamu?" Keempat orang itu tiba tak lama kemudian dan langsung melingkari Mumu dengan posisi mengepung empat sisi.
Mumu mengatur nafasnya, tetap waspada.
"Siapa yang menyuruh kalian menyerang aku? Kita kan tidak ada permusuhan." Mumu berusaha mengulur waktu agar tenaganya kembali pulih.
"Ha ha kamu tak perlu tahu siapa kami." Kata pria jangkung itu. Nampaknya dia pemimpin mereka. "Salahkan dirimu sendiri karena telah mencari musuh yang salah.
Dia memberi isyarat kepada teman-temannya, " Ayo kita serang dia!"
Mumu berusaha sekuat tenaga mengelak dan menangkis serangan mereka tanpa mampu untuk menyerang balik.
Tubuhnya menerima beberapa pukulan dan tendangan. Rasanya sakit luar biasa.
Melihat Mumu nampak kesakitan, mereka berempat menambah tempo serangan mereka. Tak ayal Mumu kembali babak-belur.
Mumu tiba-tiba teringat ilmu pengobatan melalui titik-titik akupuntur pada tubuh manusia.
Bagaimana jika dia menyerang titik-titik saraf mereka? Tentunya titik yang menjadi kelemahan manusia.
Mumu mengubah gerakannya. Ketika si jangkung melancarkan tendangannya, Mumu mengelak sedikit ke samping kanan lalu maju sambil meninju si jangkung tepat di ulu hatinya. Si jangkung langsung tumbang karena sakit yang menyengat dan tidak bisa bernafas.
Melihat bos mereka langsung tumbang dengan sekali pukul, tiga orang lainnya ragu untuk melancarkan serangan. Ternyata nyali mereka hanya semenir.
"Ayo siapa lagi yang mau maju? Sini saya layani." Mumu memasang kuda-kuda.
Mereka bertiga saling pandang tapi tak ada yang berani maju. Ragu. Takut.
Bisa jadi ini adalah hanya sebuah kebetulan pikir mereka. Jika lawannya memang kuat kenapa dari tadi dia tidak melawan malah tubuhnya jadi babak-belur. Mengapa harus menunggu sekarang.
Memikirkan hal tersebut seorang di antara mereka yang berpenampilan sangar maju dan langsung menyerang dengan tendangan dan pukulan.
Tendangan T yang mengarah ke dada Mumu tangkis dengan tangan kiri, sedangkan pukulan yang menuju wajahnya Mumu mengelak dengan merendahkan tubuhnya.
Karena tubuhnya dalam posisi menunduk Mumu dengan leluasa menyarangkan pukulannya arah arah alat vital lawannya.
Ini juga termasuk daerah kelemahan manusia.
"Ahhhhhhh...." Laki berwajah sangar kelojotan dengan mata terbeliak.
"Kamu berdua ayo maju!" Mumu kembali menantang dua orang yang tersisa. Kini mereka tak punya nyali yang tersisa. Yang ada tubuh mereka sedikit gemetar. Ngeri.
"Kalau kamu tak mau melanjutkan lagi, enyahlah dari sini! Jangan sampai aku berubah fikiran."
Mendengar ancaman Mumu mereka menjadi lebih ketakutan.
Mereka berdua dengan cepat membawa temannya yang separuh pingsan dengan cara separuh menyeret.
Yang penting mereka bisa cepat-cepat meninggalkan pemuda yang penuh tipu daya itu.
Melihat lawannya sudah pergi Mumu langsung terduduk. Wajahnya sedikit pucat dan nafasnya ngos-ngosan.
Untung ia masih bisa menahannya hingga lawannya kabur. Kalau tidak Mumu tak bisa memikirkan akibatnya.
Suasana menjadi lengang. Mumu memutuskan untuk mengatur nafasnya terlebih dahulu dengan metode pernafasan uniknya.
Dia segera membentuk posisi bersila tak lama kemudian nafasnya mulai mengalir dengan teratur.
Lima belas menit kemudian Mumu menyudahi meditasinya. Ia melihat keadaan sekitar, suasananya masih sepi. Tak ada nampak pemilik rumah yang keluar akibat keributan yang terjadi tadi.
Apakah rumah ini tidak ada penghuninya?
Mumu penasaran.
Ia berjalan mendekati rumah besar itu.
Karena meditasi yang ia lakukan tadi, tenaganya sudah pulih. Hanya sedikit memar saja yang masih ada di tubuhnya sedangkan rasa sakit sudah jauh berkurang.
Di saat yang sama dalam sebuah ruangan karoke, Firman sedang minum-minum dan bernyanyi dengan dua orang wanita pangg*lan.
Dia sedang berpesta pora sambil menunggu kabar gembira dari orang suruhannya.
Firman tertawa gembira sambil merangkul kedua wanita tersebut. Sedangkan istrinya sekarang entah di mana.
Firman adalah orang yang telah melontarkan hinaan dan ceoohan terhadap pasangan Mumu dan Mirna tadi.
Karena sakit hati atas respon Mumu, maka dia memerintahkan orang-orangnya untuk memberi pelajaran kepada Mumu. Biar di tahu rasa!
Pelajaran yang dimaksud Firman adalah membuat Mumu babak-belur plus tangan dan kakinya harus dipatahkan.
Sungguh kejam!
Firman sedang menenggak minuman langsung dari botol ketika handphonenya berbunyi.
Ini lah berita yang dia tunggu-tunggu!
Cepat juga orangnya bekerja.
Firman akan memberi mereka bonus atas kecekapan mereka dalam bekerja.
"Hallo! Firman dengan semangat mengangkat telponnya.
Tapi itu hanya sebentar. Paras wajahnya langsung berubah merah kehitaman.
Marah! Dia sangat marah!
Firman membanting botol ke lantai hingga pecah berkeping-keping.
" Bagaimana bisa?" Tanyanya.
Semakin dia mendengar penjelasan yang tak masuk akal dari seberang telpon semakin dia emosi.
"Kalian di mana sekarang?" Suara di seberang telpon menyebutkan alamatnya.
"Aku ke sana sekarang." Geram Firman. Dia mematikan hanphonenya.
Tangannya gemetar menahan marah. Bukan berita itu yang dia inginkan. Jangankan berharap sedangkan terfikirkan saja tidak.
Dia masih sangsi atas berita yang diterimanya.
Firman menolak percaya.
Tapi tak mungkin orang-orangnya berbohong.
Mereka terkenal akan kejujuran dan kegigihan dalam bekerja.
Tentu saja jika sesuai imbalannya.
Suasana hati Firman menjadi buruk. Dia tidak lagi selera untuk bersenang-senang.
Dia lalu berdiri. Memberi tip kepada kedua wanita itu dan langsung ke luar menuju alamat yang disebut orangnya tadi.
...****************...