Syahnaz, ibu rumah tangga yang berparas cantik dan baik hati, ia mempunyai suami seorang pengusaha yang terbilang sukses dan tampan. Namun, sayang nya rumah tangga mereka mulai retak setelah datang nya seorang gadis bernama Lily.
Lily memiliki wajah yang lumayan cantik dan juga bentuk tubuhnya yang bagus. Namun, sayang nya Lily tega menjadi duri dalam rumah tangga nya Syahnaz dan Raja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Siasat ku
( POV Syahnaz )
"Apa pak Raja ada didalam?" Tanya ku pada salah satu karyawan Mas Raja.
Hari ini aku memang sengaja mendatangi mas Raja kekantor nya. Aku harus berpura-pura menerima pernikahan nya dengan Lily, semua demi tujuan ku.
"Eum, Pak Raja didalam Bu...Apa perlu saya hubungi beliau?" Tanya wanita itu sopan.
"Gak perlu, biar saya masuk saja keruangan nya," Tolak ku.
"Baik Bu Syahnaz, biar saya antarkan!" Tawar nya lagi, karyawan disini memang mengenal aku sebagai istrinya mas Raja. makanya mereka sungkan dan aku bisa dengan bebas keluar masuk kekantor ini.
"Ah, gak usah....Saya bisa sendiri!" Tolak ku lagi melangkah kan kaki ku menuju ruangan Mas Raja.
Kreeet!!!
Aku langsung masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Syahnaz...." Mas Raja seperti kaget melihat ku masuk kedalam ruangan nya.
Aku juga melihat ada seorang wanita berpakaian ketat dengan rok terbelah dan baju atasan nya yang memperlihatkan belahan dada nya yang montok.
Wanita itu juga terlihat kaget, dia berdiri didekat mas Raja, kulihat pakaian nya agak acak-acakan.
Kenapa mereka bisa berduaan di dalam ruangan? Bahkan dekat-dekatan seperti itu.
Heum, aku jadi curiga sama mas Raja. Jangan-jangan ini juga selingkuhan nya lagi.
Biarin saja lah, aku sudah tidak peduli, toh aku sudah tidak mencintai nya lagi, sedikit pun rasa itu sudah tidak tersisa lagi. Yang ada hanya rasa muak dan benci.
"Kenapa kaget gitu Mas?" Tanya ku pura-pura polos.
"hehe, gak kok sayang....Mas kaget saja melihat kamu tiba-tiba datang kesini!" Elak mas Raja menyembunyikan raga gugup nya.
"Sayang?" Batin ku jijik sekali mendengar kata-kata itu.
"Oh ya, kenalin ini sekretaris baru Mas...Namanya Sintya...Oh ya Sintya ini istri saya, Syahnaz..." Mas Raja mengenalkan aku sama perempuan itu.
Aku hanya mengangguk dengan senyum ku paksakan pada wanita itu.
"Sekretaris? sejak kapan mas raja mengganti sekretaris? Bukan kah Ivan sekretaris nya Mas Raja?" Batin ku bertanya-tanya.
Perlahan wujud asli mu mulai terlihat Mas...
"Loh, bukan nya Ivan sekretaris kamu Mas? Kenapa sekarang berubah lagi? Sejak kapan? kok aku gak tau? Dan mana Ivan?" Tanya ku mengernyit kan kening ku.
"Eum, Ivan sudah Mas pecat...Dia gak becus kerja nya," Balas mas Raja, kasihan Ivan, padahal setau aku anak itu baik dan juga cekatan kalau soal pekerjaan.
Ah, terserah lah, aku gak peduli lagi apapun tentang mas raja, mau dia selingkuh atau kawin lagi kek, aku sudah gak peduli.
"Eum, pak...Kalau sudah tidak ada keperluan lagi, saya keluar dulu," Pamit wanita itu, di anggukkan Mas Raja.
"Oh ya Syahnaz, tumben kamu datang kekantor Mas? Tidak seperti biasanya.?" Tanya mas Raja menatap ku serius setelah sekretaris nya pergi.
"Eum, gak papa...Aku lagi pengen datang saja." Aku beranjak dari kursi mendekati Mas Raja.
"Eum Mas....gimana ya ngomong nya? Aku gak enak sama kamu." Ucap ku mendekatkan diri ke mas Raja.
"Eum, jadi gini Mas.... Sebenarnya____"
"Apa? Kamu kangen ya sama Mas?"Sela nya menggoda ku. Dasar kepedean.
"Heum, Mas bisa aja..... Sebenar nya aku mau ngomong hal penting lain nya Mas," Ucap ku menghentikan aksi Mas Raja yang mulai nakal, dia malah mencari kesempatan menarik ku duduk dipangkuan nya.
"Ngomong saja sayang!" Ucap nya mencolek hidung ku.
"Bentar ya...." Ucap ku karena merasa tidak nyaman.
Aku turun dari pangkuan nya meraih tas ku lalu mengeluarkan sebuah berkas.
"Apa ini sayang?" Mas Raja masih memanggil ku sayang.
"Aku perlu tanda tangan kamu di sini Mas, jadi gini, aku berencana mau membuka usaha kecil-kecilan mas, bosan dirumah terus. Jadi aku ada beli tanah disekitaran tempat panti aku tinggal dulu, rencananya aku mau bikin usaha disana. Dan kata pemilik tanah di situ harus ada tanda tangan kamu disini Mas, sebagai saksi nya. Makanya aku bawa kesini..." Ucap ku berbohong, sebenarnya tidak sepenuhnya aku berbohong karena memang benar aku membeli tanah disekitaran situ walau bukan untuk aku usaha.
"Eum..." Mas Raja terlihat bingung, dia seperti ragu pada ku.
"Mas..."
"Ya sudah, mana....Biar mas tanda tangan..." Ucap nya mengambil berkas didepan aku, seketika aku menjadi sangat lega. Bahkan mas Raja langsung mendatangani nya tanpa membaca isi didalam nya.
"Makasih Mas," Aku mengambil berkas yang sudah ditanda tangani oleh mas raja memasukkan kembali kedalam tas.
"Syahnaz...." Tiba-tiba saja mas Raja memeluk ku dari belakang sontak saja aku begitu kaget.
"Eum, Mas, gak enak dilihat orang! gimana kalau ada yang masuk?" Tolak ku beralasan.
"Gak akan ada yang masuk! Mas kangen sama kamu Syahnaz...." Bisik Mas Raja dengan nafas memburu menyapu tengkuk ku.
Tok~Tok~
"Mas, ada orang!" Aku mendorong Mas Raja.
"Ah, Si*l....Siapa sih, ganggu saja." Gumam nya terlihat kesal, raut wajah nya berubah memerah.
"Huft....Syukurlah, untung saja," Batin ku merasa sangat lega.
"Masuk!" Titah mas raja.
Kreeet!!
"Sintya...." begitu melihat kalau Sintya lah yang masuk, wajah mas raja langsung berubah lembut dan baik, padahal tadi dia lagi kesal karena diganggu.
"Maaf pak, Bu, ganggu waktu nya..." Ucap Sintya menunduk sopan.
"Ya, gak papa Sintya...Ada apa?" Tanya mas Raja lembut.
"Gini pak.... Perusahaan PT Group menghubungi kita, katanya pemilik nya Mau bertemu dengan bapak. Bagaimana pak?" Tanya sintya.
"Mau bertemu? apa ada masalah?"Tanya mas Raja terlihat bingung.
"Gak tau Pak, mungkin ada hal yang mau dibicarakan!" Balas Sintya lagi,
"Ya sudah kalau begitu, atur saja pertemuan nya!"
Sintya mengangguk lalu pamit keluar.
"Sayang, Maaf ya....Mas harus pergi sebentar, kamu gak papa kan?" Tanya mas Raja merasa tidak enak sama aku.
Itulah yang aku mau mas, sudah pasti gak papa banget...Aku bahkan sangat senang.
Hihihii
Aku mengangguk lesu, seolah aku kecewa padanya.
Benar-benar pintar ber akting aku sekarang.
Ya Tuhan maafkan aku....
ko malah damar.