NovelToon NovelToon
The Secret Of Fernshine Lighthouse

The Secret Of Fernshine Lighthouse

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Keluarga / Persahabatan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Floricia Li

Cosetta Elwood tak pernah tahu rasanya memiliki tetangga seumur hidupnya. Ia bersama keluarganya tinggal di kompleks mercusuar di tepi pantai hutan Fernglove yang jauh dari pemukiman penduduk. Suatu hari, sebuah perahu datang terombang-ambing dari laut, yang membawa seorang anak laki-laki bernama Cairo Argoyle.

Awalnya, Cosetta merasa skeptis dengan anak laki-laki yang lusuh dan bau itu. Cairo mengaku bahwa ia tak ingat tentang masa lalunya. Namun, lambat laun Cairo menjadi teman baru yang menyenangkan baginya.

Hanya saja, kenapa ya, kadang-kadang seperti ada yang aneh dari diri bocah laki-laki itu? Semoga saja, sih, apa yang ia takutkan tidak terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Floricia Li, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cokelat Yang Hilang

Seperti kata ibu, Cairo memang anak yang rajin. Ia membantu ayah mengerjakan tugas-tugas berat di mercusuar, mencari sayur dan hewan liar di dalam hutan, serta menghabiskan waktu luangnya untuk membaca koran. Kata ayah, Cairo kamarnya dengan membawa setumpuk koran, bahkan termasuk koran-koran yang diterbitkan dari musim gugur tahun lalu.

“Dia ingin mempelajari apa yang terjadi di dunia akhir-akhir ini supaya membantu ingatannya kembali,” begitu kata ayah kemarin sore.

Cairo memang telah mendapatkan kamarnya sendiri. Mr. Elwood yang menyiapkannya. Kamarnya terletak di mercusuar, tepat satu lantai di bawah ruang kerja pria itu.

“Dia rajin dan terampil. Kulihat telapak tangannya kapalan. Berarti sejak dulu dia memang anak yang pekerja keras,” komentar Mr. Elwood lagi.

Bahkan pagi ini, ketika matahari belum lama terbit, Cairo sudah keluar rumah. Matahari masih malu-malu menunjukkan cahayanya. Beberapa saat lagi, pemuda itu akan datang dengan seekor ayam atau kelinci yang telah dibunuhnya.

Cosetta membuka lemari pendingin dan mengambil cetakan yang berisi empat buah cokelat. Ia menggoyang-goyangkannya. Rupanya sudah mengeras. Cosetta tersenyum. Ia sudah bekerja keras membuat cokelat ini dari semalam. Ia mengeluarkan cokelatnya satu persatu dan meletakkannya ke dalam wadah.

Ia naik ke kamarnya lagi untuk mandi. Hari ini sudah hari Kamis. Artinya, hari ini cokelat-cokelat tiap kelompok akan dikumpulkan. Cosetta bersyukur juga ia mengerjakan tugas ini sendirian. Akan lebih rumit kalau ia harus banyak berdiskusi dengan orang lain. Apalagi, bisa jadi teman sekelompoknya menginginkan resep cokelat yang mewah dan unik, seperti Maisie. Cosetta hanya memilih resep yang paling mudah.

Setelah selesai mengancingkan lengannya, Cosetta turun ke ruang makan. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat Cairo sedang berada di meja makan, dan sedang memakan cokelatnya.

Cosetta menuruni tangga dengan cepat.

“Kamu menghabiskannya, ya? Jangan dihabiskan!”

Terlambat. Cokelat terakhir sudah ada di tangan Cairo, dan sudah digigit. Pemuda itu melihatnya dengan tatapan polos dengan noda cokelat di sudut bibirnya.

“Maaf,” kata Cairo, lalu melihat sepotong cokelat di tangannya. “Kamu pasti tak mau yang sudah digigit, kan?”

Cosetta mendesah. Kekecewaan menyeruak di dadanya. Matanya berkedut. Oh, ia tak boleh menangis. Itu akan sangat memalukan. “Ya sudah,” katanya, meskipun sebenarnya tak tahu apa yang harus dia lakukan untuk pelajaran Mr. Sterling nanti.

“Apa yang bisa aku lakukan?” tanya Cairo.

“Tidak ada. Aku harus berangkat sekarang. Guru pelajaran ini juga tak suka memberikan muridnya toleransi. Aku pasrah saja.”

Cairo terpaku begitu sadar apa yang telah ia lakukan. Bisa-bisanya ia memakan cokelat yang diletakkan di dalam stoples? Tapi perutnya lapar sekali setelah menyeret seekor rusa pulang.

Mrs. Elwood keluar dari dapur membawa sarapan. Ia langsung menyadari atmosfer yang berbeda di ruangan ini. “Ada apa?” tanyanya seraya ia menata piring-piring.

“Aku memakan cokelatnya Cosetta. Sekarang sudah habis.”

“Oh, astaga,” ujar Mrs. Elwood. “Apakah pelajarannya di jam pertama, Cosy?”

“Iya,” lirih Cosetta.

“Sayang sekali. Padahal kalau masih jam kedua atau ketiga bisa ibu susulkan. Duh, bagaimana, ya?”

“Tidak apa-apa,” kata Cosetta. “Salahku sendiri menempatkannya di meja makan. Harusnya kusimpan di tempat yang lebih aman.”

“Maaf, aku yang makan tanpa izin terlebih dahulu,” kata Cairo.

“Oh, tidak apa-apa. ‘Kan aku yang bilang untuk langsung makan saja apa pun yang ada di meja makan. Sebenarnya ini salahku. Cosy, apakah mungkin Mr. Sterling memberimu keringanan untuk ibu menyusulkan cokelatnya?” tanya Mrs. Elwood.

Cosetta menarik kursinya dan duduk. “Tidak usah, Bu. Itu sama saja bukan masakanku sendiri. Aku akan menjelaskan semuanya lalu meminta untuk boleh mengumpulkan besok,” katanya. Tak mungkin ia membiarkan ibu untuk bolak-balik ke desa, padahal ia punya begitu banyak pekerjaan rumah tangga. Apalagi, ibu juga sedang hamil. Ia sering pusing dan mual apabila naik mobil.

“Menurutku dia akan memperbolehkan. Tak mungkin sekolah desa punya standar tinggi. Tidak apa-apa kalau diomeli dulu, dengarkan saja. Ketahui saja kalau ini bukan salahmu,” kata Mrs. Elwood.

Cosetta berusaha untuk bersikap lebih ceria supaya tidak mengkhawatirkan sang ibu. Sarapan pagi itu lumayan lezat. Rasa kentang dan brokoli yang manis melelehkan kekakuan otot wajahnya. Pembicaraan dengan ayah di meja makan hari itu juga termasuk pembicaraan yang menyenangkan. Tetapi tak sekali pun Cosetta melayangkan pandangannya pada Cairo.

Ketika berangkat sekolah, ia merasakan jantungnya berdegup kencang. Baru kali ini ia tak membawa tugas yang diminta oleh guru ke sekolah. Ia juga mengerti bahwa tak mungkin Mr. Sterling akan memberikan tambahan waktu padanya. Ia sudah berkali-kali mengatakannya. Ia tak akan segan-segan untuk menggeledah tasnya di depan kelas hanya untuk mempermalukannya. Apalagi, sekarang ia sudah SMP, bukan anak SD lagi yang masih ditolerir berkali-kali keteledorannya oleh guru.

Keringat bercucuran di dahinya ketika ia tiba di sekolah. Ia tiba di kelas lima menit sebelum bel berbunyi.

Seluruh anak-anak di kelas berbicara dan memamerkan cokelatnya masing-masing. Suasana jadi lebih ramai dari biasanya. Kecuali Eula dan Maisie. Sepertinya mereka belum sepenuhnya berbaikan. Eula berbicara dengan seorang teman berambut sebahu yang duduk di depannya.

“Tumben kamu baru datang, Cosy. Aku ingin lihat kuemu, dong!” kata Eula semangat.

“Iya, Cosy,” kata Rose.

Cosy mengepalkan tangannya. Jantungnya bertalu-talu. “Sebenarnya, aku tidak membawanya,” katanya. Melihat wajah teman-temannya yang terheran-heran, ia melanjutkan penjelasannya, “Aku sudah membuatnya dan menyiapkannya dalam wadah tadi pagi. Tapi, karena kecerobohanku sendiri, cokelat itu hilang.”

“Hilang? Bagaimana bisa hilang?” tanya Eula.

“Hilang, yeah, kulihat di meja makan sudah tidak ada. Apa lagi yang bisa kulakukan?”

Tetapi Eula dan Rose tetap mendesaknya, hingga akhirnya Cosetta membeberkan kejadian mengesalkan pagi tadi.

“Ugh, dia benar-benar tak tahu sopan santun, ya?” ujar Eula.

“Ya, bisa-bisanya dia makan sembarangan di rumah orang lain.”

‘Benar sekali!’ pekik Cosetta dalam hati. Sayangnya, lonceng yang berbunyi membuat lidahnya kelu. Wajahnya memucat. Ia berdoa dalam hati. Berharap supaya Mr. Sterling tak akan memarahinya terlalu keras.

Sayangnya, apa yang ia harapkan tak terjadi.

“Hanya kau satu-satunya yang tak membawa tugasmu, Cosy. Kamu pasti tak bisa membayangkan betapa tugasku akan terhambat hanya karena kamu saja. Tapi aku tak akan repot-repot, tinggal kukosongkan saja nilaimu,” kata Mr. Sterling, lalu mencicipi sebutir cokelat karya Eula dan Maisie. “Hmm, enak sekali. Yang ini pantas sekali mendapatkan nilai A.”

“Tidak bisakah aku menyusulkannya?” tanya Cosetta.

“Dengan standar apa aku menilai cokelatmu nanti? Minggu depan pasti aku sudah melupakan cokelat-cokelat lain di kelas ini yang sudah kucicipi. Kecuali kalau hari ini kamu antarkan cokelat buatanmu ke rumahku. Bagaimana?”

“Baiklah. Aku pasti akan melakukannya!” ucap Cosetta mantap.

Baru setelah Mr. Sterling kembali ke kursinya, Cosetta menyadari bahwa persyaratan Mr. Sterling sangat merepotkan.

1
ᏋℓƑ⃝⛁̸᮫☤𝙰υяαᘛ⁠⁐̤⁠ᕐ⁠ᐷẸˢ𝐭
ya Tuhan, sopo kelinci 🐰😭🤣🤣
ᏋℓƑ⃝⛁̸᮫☤𝙰υяαᘛ⁠⁐̤⁠ᕐ⁠ᐷẸˢ𝐭: kasian kelincinya 😔
Floricia Li: enak kan sop kelinci? 😂
total 3 replies
Alexander
Suka dengan gaya penulisnya
Maria Fernanda Gutierrez Zafra
Gak pernah kepikiran plot twist-nya seunik ini! 🤯
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!