Cinta Demi Tuhan

Renata melemparkan tubuhnya yang penat seharian penat menanti dosen pembimbing yang berujung nihil. Ditambah pikirannya tentang kisah cintanya yang rumit membuat Renata semakin merasa lelah.

Renata men-scroll ponselnya, membuka akun sosial medianya dan mampir ke akun Gilang.

' Apa kabar dia?'

Beberapa foto terbaru tentang kegiatan Gilang muncul di layar ponsel Renata. Renata melihat setiap foto membaca setiap caption yang menyertai foto Gilang. Ibu jari Renata berhenti pada sebuah foto yang membuat hatinya terbakar. Foto seorang wanita berhijab yang tengah duduk bersama Gilang. Keduanya terlihat serius membahas sesuatu.

'Mbak calon guru yang akan jadi pembimbing adik-adik kita nanti. Terimakasih Mbak @Ainun_Khoir_Annisa atas kesediaannya meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu kelancaran acara kami,'

Begitu caption yang menyertai foto Ainun dan Gilang. Renata menatap foto itu dalam-dalam. Keduanya terlihat saling menatap dan serius membahas tentang acara yang akan Gilang dan organisasinya selenggarakan.

'Hhh~ sepertinya memang saingan berat,'

Renata menutup akun sosial medianya, berlari ke aplikasi pemutar musik dan mencari-cari lagu yang dapat menenangkan hatinya. Jarinya berhenti mengusap layar ponselnya ketika dia membaca satu judul lagu lama yang menggambarkan situasi hatinya saat ini. Diputarnya lagu itu, lalu Renata beranjak menuju meja belajarnya.

Renata mengambil sebuah buku catatan dari rak bukunya. Dia tersenyum kecut melihat ke arah buku itu, lalu membukanya dan mulai menuliskan sesuatu.

Cinta...

Satu kata yang tak dapat ku artikan. Indah? Tapi bagi ku tidak di kala cinta menuntun ku pada persimpangan pilihan antara Tuhan atau dia. Bisakah aku memilih satu diantaranya? Pilihan yang berat bukan? Jika bagimu tidak, bagiku iya.

Apakah cinta pernah salah memilih sasaran? Mengapa cinta tercipa diantara kita yang berbeda? Bolehkah aku marah pada Tuhan karena menumbuhkan cinta di hati ku untuk mu? Bolehkah? Tidak? Baiklah. Tuhan Maha Benar. Dan aku hanyalah manusia yang penuh dosa.

Jadi, bagaimana aku harus menikmati cinta ku ini? Cinta ku membawa perih yang tak ku tahu dimana aku dapatkan obatnya. Sedangkan kau obatnya. Tapi, tak bisa ku jangkau. Bagaimana aku harus menjangkau dirimu? Katakan!

Haruskah aku berhenti sekarang? Ketika aku tahu akan sangat mustahil bagi ku untuk bersama mu? Ataukah aku harus bertahan? Menunggu keajaiban dari Tuhan yang akan membuat kisah cinta ku seperti kisah cinta Cinderella.

Aku ingin berhenti, tapi setengah hati ku ingin bertahan. Bolehkah aku tetap begini? Mungkin kau tak akan pernah menyadari perasaaan ini. Tak apa. Kalau aku harus sakit nanti. Sekarang pun aku sudah sakit.

Mengapa Tuhan memberikan rasa kalau pada akhirnya akan membuat luka? Ataukah Tuhan sedang membimbing ku untuk menemukan jalan kebenaran? Atau membawa mu kepada jalan-Nya? Bisakah kita saling menatap dan bicara? Tentang rasa ini yang semakin hari semakin membawa perih.

Tuhan...

Jika Kau sungguh ada. Jika Kau sungguh Maha Penyayang. Jika Kau sungguh penuh kasih. Bisakah Kau buat kisah cinta ku tak serumit ini?

Renata menghela nafas panjang. Rasanya lebih ringan menumpahkan perasaannya dan pikirannya pada selembar kertas. Lagu di ponsel Renata masih terdengar. Nada dan suara sang vokalis menyatu, membuat suasana hati Renata semakin pilu.

'Cause we, we can see how it's gonna end... But I got my love for you... Moshimo kono mama kimi wo wasurete shimattara... Nidoto ai suru koto mo nai kana? Boku wa hontouni sore de kokoro kara shiawase to ieru kana? Yes, we always wish tonight could last forever... I can be your side...'

***

"Buk, besok Gilang ada acara di Balai Desa ya," kata Gilang pada Bu Siti.

"Yang sama anak jalanan itu?" tanya Bu Siti memastikan.

"Iya, Buk,"

"Jadi sama Mbak Ainun?" tanya Bu Siti.

"Jadi lah, Buk,"

"Ya sudah. Besok biar Dani aja yang nganter Ibuk ke pasar. Kamu siap-siap buat acara aja," kata Bu Siti.

"Dek, abis nganter Ibuk nyusul ya!" teriak Gilang.

"Aku di rumah ajalah, Mas," rengek Dani ketika sudah ikut bergabung dengan Bu Siti dan Gilang di ruang makan.

"Yaelah. Ngapain di rumah? Cuma mau main game kan?" tanya Gilang penuh selidik.

"Ikut Mas mu aja, buat nambah pengalaman. Lagipula udah nggak ada acara-acara belajar buat ujian lagi kan?" kata Bu Siti mencoba membujuk anak bungsunya untuk ikut kakaknya.

"Biar nambah temen, Dek," kata Gilang.

"Emang ada yang seusia Dani?" tanya Dani.

"Banyaaaaak..." jawab Gilang.

"Malah banyak yang usia SMA daripada yang kuliah. Seru kok. Ikut ya?" ajak Gilang sekali lagi.

"Kalo nggak seru, kamu boleh pulang deh," pungkas Gilang.

"Bener nih ya kalo nggak seru aku pulang?" tanya Dani memastikan kakaknya tidak salah bicara. Gilang mengangguk mantap.

"Oke lah. Besok Ibuk ke pasar jam kek biasa? Ato pagian?" tanya Dani pada Bu Siti, memastikan jadwal keberangkatan ibunya, karena besok hari Minggu.

"Pagian aja. Minggu kan?" kata Bu Siti.

"Ya udah, Gilang ke Balai Desa dulu, Buk, mau siapin acara besok," pamit Gilang.

"Ati-ati," pesan Bu Siti.

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumsalam..."

Gilang melajukan motor maticnya ke Balai Desa. Disana ternyata teman-teman satu organisasinya sudah berkumpul dan terlihat mengobrol dengan Kepala Desa.

"Nah, ini Pak, yang punya ide acara," kata Ridwan pada Kepala Desa ketika melihat Gilang berjalan ke arahnya.

"Assalmu'alaikum... Pak," sapa Gilang pada Kepala Desa sambil menyalami tangannya.

"Wa'alaikumsalam... Monggo, Mas. Sudah ditunggu temen-temennya lho," kata Kepala Desa.

"Sekali lagi terimakasih sudah diijinkan memakai Balai Desa untuk acara besok, Pak," ucap Gilang.

"Sama-sama. Apapun acaranya, selama positif, pasti kami dukung, tidak peduli dari ormas apa," kata Kepala Desa mantap, diikuti anggukan dan senyum dari para pemuda yang ada disitu.

"Nggih sampun, kami dekor dulu nggih, Pak," kata Gilang meminta ijin pada Kepala Desa.

"Ya, monggo, monggo, Mas," kata Kepala Desa.

Gilang dan teman-temannya bergegas menuju ruang Balai Desa yang akan digunakan untuk acara besok. Sebelum memasuki ruangan, mata Gilang menangkap sosok yang tak biasa disana. Sosok yang dikenalnya tengah duduk di salah satu kursi sambil memainkan ponselnya.

Gilang menghampiri sosok yang terlihat khusyuk dengan ponselnya. Sambil memasang senyum lebar, Gilang menyapa.

"Renata?"

Renata yang tengah fokus mengusap layar ponselnya terkejut, mendengar suara yang memanggilnya. Renata menoleh ke arah suara itu, dan ternyata benar. Gilang!

'Tuhan, katakan pada ku, apakah dia jodoh ku? Bisakah Kau memberi ku jawaban segera, Tuhan? Tuhan, aku mohon, jangan becanda dengan hati ku,'

***

Author's note:.

*Potongan lirik lagu yang ada di episode ini adalah lagu dari One Ok Rock - Pierce, berikut terjemahan liriknya:

Karena kita, kita bisa melihat bagaimana akhirnya... Tapi aku telah jatuh cinta pada mu... Jika tetap seperti ini dan aku melupakan mu... Bisakah aku jatuh cinta lagi?Bisakah aku mengatakan aku benar-benar bahagia dari lubuk hati ku? Ya, kita selalu berharap malam ini dapat berlangsung selamanya... Aku bisa berada di samping mu...