Sebuah kenyataan pahit harus diterima oleh Liliana.
Suami yang dia cintai tiba – tiba mengatakan akan menceraikannya setelah dia melahirkan anak yang sedang dikandungnya.
Meskipun mereka menikah karena keterpaksaan ,Liliana sangat mencintai suaminya.
Namun badai besar itu datang dan memporak – porandakan rumah tangga mereka setelah Harrold menemukan kembali kekasih yang telah meninggalkannya tepat dihari pernikahan mereka dan membawanya pulang kerumah, tinggal satu atap dengannya.
Hati Liliana yang hancur semakin bertambah hancur ketika dia mengetahui fakta jika drama pernikahan ini sengaja dibuat oleh keluarga Harold untuk menjebaknya dalam skema licik yang telah mereka buat.
Mampukah Liliana bangkit dan keluar dari skema keji yang menjeratnya ?
Ikuti perjuangan Liliana dalam novel disetiap episodenya....
HAPPY READING.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Setelah merenung selama beberapa hari akhirnya hari yang dimana Liliana akan keluar apartemen untuk pertama kalinya setelah kasus penyerangan yang pernah menimpahnya telah tiba.
“ Yakinlah nyonya, anda pasti bisa ”, ucap Lutsi memberi semangat.
Liliana pun tersenyum dan mensugesti dirinya jika tak akan terjadi apa – apa selama dia melakukan perjalanan kali ini.
“ Tenang Liliana, ada Lutsi, Monic, Toni dan pak Yusuf yang akan menjagamu ”
“ Semua akan baik – baik saja ”, gumannya dalam hati.
Begitu hatinya mantap, Liliana segera membuka pintu apartemen dan melangkahkan kakinya keluar sambil membaca basmalah.
Liliana terus beristighfar dalam hati, berusaha menenangkan detak jantungnya yang semakin kencang tak beraturan sambil sesekali memejamkan kedua matanya pada saat lift bergerak turun.
Karena suasana masih pagi jadi udara sejuk langsung menyapa mereka begitu keluar dari loby apartemen.
“ Kita berjalan – jalan ditaman sambil menghirup udara pagi yang segar sebentar sambil menunggu supermarket buka ”, ucap Yusuf sambil tersenyum lembut.
Liliana pun mengangguk sebagai jawaban atas persetujuannya dan merekapun melangkah menuju taman yang berada tak jauh dari kawasan komersil yang ada disekitar apartemen.
Semua orang tersenyum melihat Liliana tampak menikmati perjalanannya ditaman hari ini dan berharap jika terapi hari ini bisa berjalan dengan lancar.
“ Aku ingin pergi kemakam anakku sekarang ”, ucap Liliana sambil menatap Toni penuh harap.
“ Baik nyonya, akan saya siapkan mobilnya ”, jawab Toni patuh.
Sambil berjalan menuju parkiran yang ada dibaseman apartemen untuk mengambil mobil, Toni segera menghubungi rekan – rekannya untuk mengawal kepergiannya pagi ini.
Sesuai instruksi Lola, dia akan melakukan pengamanan ketat kepada Liliana sehingga bosnya itu bisa menyelesaikan masalahnya dinegara I dengan tenang.
Yusuf yang melihat sikap Liliana yang relatif tenang cukup senang karena kekhawatirannya tadi tak terjadi sehingga diapun merasa jika wanita muda itu akan bisa pulih dengan cepat karena memiliki tekad yang kuat.
Begitu sampai di makam yang sebelumnya telah disterilkan oleh anak buah Lola, Liliana langsung menuju makam putranya dan mbok Sumi yang tampak masih basah.
Setelah membersihkan beberapa rumput liar yang tumbuh diatas gundukan tanah makam, Liliana segera menuang air yang dia bawa dan mulai menaburkan bungga diatas makam keduanya sebelum dia berjongkok dan berdoa.
Meski sempat menenteskan air mata namun gurat kesedihan sudah tak terlalu tampak diwajah Liliana karena tampaknya wanita itu sudah mengikhlaskan semuanya.
Dan tentu saja hal itu membuat semua orang yang menyaksikkannya merasa terharu karena mengetahui bagaimana perjuangan Liliana dalam melawan trauma dan rasa sedih yang menyiksanya.
Setelah berpamitan dengan anak dan pembantu yang sudah dia anggap keluarganya sendiri, Liliana segera berjalan menuju dua makam yang tak jauh dari tempat dimana anaknya dan mbok Sumi disemayamkan.
Dimakam kedua orang tuanya Liliana menumpahkan semua rasa sedih yang dialaminya serta mengucapkan permintaan maaf kepada keduanya karena tak bisa mempertahankan pernikahannya seperti keingginan kedua orang tuanya dulu.
“ Pa...ma...maafkan Lili karena telah membuat kalian kecewa ”
“ Liliana sudah berusaha bertahan selama ini ”
“ Tapi kepergian Gio dan mbok Sumi membuatku tak bisa lagi untuk mempertahankan rumah tangga bersama mas Harold ”
“ Aku harap mama dan papa mengerti akan posisiku saat ini ”
“ Ma...Pa...doakan anakmu ini bisa selalu kuat menjalani semua cobaan hidup yang terus menerpa tanpa henti ”
“ Ma...pa....aku sayang kalian...hiksss.....”, ucapnya sesenggukan.
Setelah puas mencurahkan seluruh isi hatinya, Liliana yang sedikit kesulitan untuk bangun, dibantu Lusti dan Monic berjalan menuju kedalam mobil yang akan membawanya kembali pulang.
“ Aku rasa cukup disini dulu terapi hari ini ”
“ Untuk belanja, mungkin bisa kamu lakukan nanti sore bersama Lutsi dan Monic karena jika dilanjutkan sekarang itu akan menguras energimu cukup banyak ”, ucap Yusuf penuh perhatian.
“ Baiklah, aku akan pergi keluar nanti atau besok jika kondisi hatiku sudah kembali stabil ”, ucap Liliana menyetujui.
Liliana yang menyadari jika kondisi psikisnya cukup lelah setelah pergi kemakam langsung tertidur didalam mobil.
Lutsi dan Monic yang melihat hal tersebut hanya bisa tersenyum lembut dan mulai menyelimuti tubuh Liliana dengan kain panjang yang disiapkan didalam mobil sebagai selimut.
“ Laporkan nanti perkembangan emosinya ketika dia sudah bangun ”, ucap Yusuf kepada Lutsi.
Lutsi pun mengangguk karena dialah yang selama ini berkomunikasi dengan Yusuf untuk melaporkan perkembangan jiwa majikannya tersebut sehingga Yusuf bisa menentukan langkah apa yang akan dia ambil dalam terapi selanjutnya ketika dia berkunjung ke apartemen.
Waktu berlalu dengan cepat dan tak terasa sidang terakhir perceraian Liliana dan Haroldpun telah tiba.
Seperti apa yang Liliana duga, Magie dan Sisil datang untuk mewakili Harold yang masih mendekam didalam penjara menunggu sidang perdananya bergulir akhir bulan ini.
Mama mertua dan adik iparnya tersebut tampak menatap Liliana tak suka karena keduanya melihat jika Liliana tampak baik – baik saja setelah menggugat cerai Harold.
Padahal mereka sudah membayangkan akan mendapatkan pemandangan wajah sendu Liliana dengan mata sembab akibat menangis semalaman karena hari ini putusan mengenai perceraian mereka akan dilaksanakan.
“ Lihat ma, wanita itu bahkan tak mau menyapa kita padahal begitu dia menceraikan kakak dia akan jatuh miskin ”, ucap Sisil mencemoh dengan suara sedikit keras.
“ Sudah kamu jangan hiraukan si miskin itu. Sebentar lagi kakakmu juga akan bebas dan begitu dia keluar dari penjara mama akan langsung menikahkannya dengan wanita cantik yang tentunya lebih kaya darinya ”, ucap Magie sambil menatap sinis wanita yang sebentar lagi akan menjadi mantan menantunya itu.
Monic yang tak tahan dengan ocehan Magie dan Sisil ingin menyela namun dihentikan oleh Liliana yang tak ingin membuat moodnya hancur pada hari yang sangat dinantikannya ini.
“ Sudahlah, jangan dihiraukan ”
“ Anggap saja radio rusak ”, ucap Liliana santai.
Melihat wajah Magie dan Sisil memerah dan ingin marah tapi tak bisa karena Martin menghentikan mereka jika tak ingi diusir dari ruang sidang karena hakim sudah berada ditempatnya membuat Monic merasa senang.
Karena hanya berisi agenda pembacaan putusan maka sidang terakhir ini tak memerlukan waktu lama.
Begitu palu hakim diketuk, Liliana langsung mengucap syukur karena pada akhirnya dia bisa terbebas dari pernikahan yang menyakitkan tersebut.
Berbagai ucapan selamat dari beberapa orang yang hadir untuk mendukungnya dan rata – rata mereka berasal dari LSM wanita yang selama ini mendampinginya.
Sementara Magie dan Sisil dengan wajah angkuhnya memalingkan muka dan keluar dari ruang sidang dengan cepat.
Meski tak mendapatkan seluruh harta warisan milik Liliana tapi setidaknya harta yang paling besar sudah mereka kuasai dan keduanya menyangka jika Liliana sebentar lagi akan menjadi gembel dijalanan karena tak memiliki uang untuk menopang kehidupannya.
Tanpa mereka ketahui jika beberapa asset yang masih belum mereka dapatkan jika diolah dengan benar akan bisa menghasilkan uang lebih banyak daripada perusahaan yang kini telah mereka kuasai.
Tapi untuk sementara waktu, Liliana tak ingin menunjukkannya dulu kepermukaan dan dia masih cukup puas dengan hasil akun TT yang barus saja digelutinya.
Setidaknya asetnya tersebut selama ini dirawat ditangan orang yang tepat sehingga dia masih bisa mendapatkan pendapatan pasif meski tak terlalu besar namun bisa menunjang kehidupannya dimasa depan.