"Dua kali lipat usaha, sepuluh kali lipat keuntungan!"
"Kamu sudah ketinggalan zaman. Angkatan Laut baru saja memperbarui sistem mereka ke 200 kali lipat!"
"Apa?! Jadi kalau kru bekerja dua kali lebih keras, kaptennya mendapat keuntungan sepuluh kali lipat?"
"Tidak masalah! Seperti yang kita semua tahu, Sistem Kapten adalah sistem terbaik, dan aku—Lion D Andi—juga kapten yang hebat!"
---
Andi terbangun di dunia bajak laut dan tanpa sengaja membangkitkan Sistem Kapten. Dengan sistem ini, usaha para krunya berlipat ganda, sementara keuntungannya melesat hingga ke langit!
Dari perairan Lautan Timur hingga Samudra Dunia Baru...
Dari seorang Pahlawan hingga menjadi Raja Bajak Laut
Dari buronan dengan hadiah 8 juta hingga menjadi legenda bernilai 10 miliar Bailey...
Saat Andi menoleh ke belakang, lautan telah dipenuhi mayat para bajak laut. Dan di sisinya, berdiri kru yang telah menjadi legenda:
Thief Cat, Shura, Black Foot, Dan Lain - lain
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimpi Fiksi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Angkatan Laut Palsu.
“Sayangnya, pahlawan muda itu sekarang adalah musuhku.”
Pikiran itu berputar di kepala Ajin saat ia berdiri tegak. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, tapi matanya berubah tajam seperti pisau, menusuk langsung ke arah Gaz.
"Apa yang kau lakukan?"
Suara Ajin terdengar tenang, tapi di baliknya terkandung ancaman yang begitu nyata hingga udara seakan menegang.
Gaz menggertakkan giginya, mencoba menahan gejolak dalam dirinya. Namun sebelum ia sempat menjawab, Ajin melanjutkan dengan nada dingin.
"Menodongkan senjata ke angkatan laut? Bahkan jika kau seorang bangsawan kerajaan, aku punya hak untuk mengeksekusimu di tempat."
Seketika, aura membunuh menyebar dari tubuh Ajin—bukan sekadar intimidasi biasa. Para pengawal Gaz merasakan hawa dingin menjalar dari ujung kaki hingga kepala. Jari-jari mereka yang memegang senjata mulai bergetar, seolah-olah bukan manusia yang berdiri di hadapan mereka, melainkan seekor binatang buas yang menyamar.
Di sisi lain, Gaz berusaha menjaga ketenangannya. Sebagai bangsawan, ia tahu bahwa menunjukkan kelemahan di saat seperti ini hanya akan memperburuk keadaan. Meski tangannya sempat gemetar, ia menarik napas dalam dan mengangkat dagunya dengan angkuh.
"Kebetulan sekali, Mayor Ajin," katanya, mencoba menguasai situasi. "Perwira Angkatan Laut di sebelahku baru saja bertarung melawan Bajak Laut Kucing Hitam, Kuro, di laut."
Ajin menyipitkan mata, mengamati setiap gerakan Gaz. Dalam benaknya, pemikirannya berputar cepat.
"Penyamaran seperti ini tampaknya semakin sering terjadi di Lautan Timur. Bahkan bajak laut seperti Crik sering menggunakan metode yang sama untuk menyerang kota-kota di pesisir."
Setelah merenung sejenak, Ajin mengangkat tangannya, memberikan perintah tegas kepada anak buahnya.
"Evakuasi warga sipil dan bentuk barisan pertahanan."
Tanpa ragu, para prajuritnya segera bergerak. Ketegangan di udara semakin terasa.
Ajin tersenyum tipis sebelum menoleh ke Andi, tatapannya penuh selidik. Matanya melirik sekilas kapal perang yang rusak di pelabuhan sebelum kembali menatap pria itu dengan curiga.
"Aku belum pernah melihatmu sebelumnya," katanya tajam. "Laporkan nomor kapal perang dan cabangmu."
Andi tetap tenang. Ia hanya tersenyum tipis—senyum yang sulit ditebak artinya.
"Kami dari cabang GL-5 Angkatan Laut, dipimpin oleh Letnan Jenderal Vergo."
Ajin tersentak.
"Cabang GL-5? Letnan Jenderal...?!"
Cabang GL bukan cabang biasa. Itu hanya bisa berarti satu hal…
"Grand Line," gumam Ajin dalam hati, pikirannya berputar semakin cepat.
Namun sebelum ia bisa mencerna lebih jauh, seseorang di belakang Andi berbicara.
"Sayang sekali."
Suara itu datang dari Kuro.
Ajin menyipitkan mata lagi. Ada sesuatu yang tidak beres.
"Hei, sungguh tidak menyenangkan," lanjut Kuro dengan nada santai, tapi ada ancaman terselubung dalam suaranya.
Salah satu anak buah Ajin, Palu, mulai berkeringat dingin.
"Mayor Ajin... orang ini... auranya terlalu mengerikan!"
Ajin semakin waspada, matanya tertuju pada Kuro.
"Jadi kau benar-benar bukan Angkatan Laut?"
Kuro menyeringai. Dengan santai, ia mengangkat pisau cakarnya.
"Aku? Mungkin. Tapi satu hal yang pasti..."
Ia melangkah maju. Tatapannya penuh tantangan.
"Kau tidak akan menyentuh Andi di hadapanku."
Suasana langsung menegang, seakan udara di sekeliling mereka berhenti bergerak.
Namun sebelum situasi meledak, sebuah suara menghentikan semuanya.
"Cukup."
Andi mengangkat tangannya, menghentikan Kuro.
Ia menatap Ajin, ekspresinya tetap tenang, tapi ada tekanan tersirat dalam suaranya.
"Maaf, Mayor Ajin. Anak buahku tidak bisa menoleransi ancaman sekecil apa pun terhadapku."
Ajin mengerutkan kening. Andi tampak santai, tapi tatapannya berbahaya.
Namun sebelum ketegangan memuncak, suara peluit panjang terdengar dari arah laut.
Semua orang menoleh.
Dari balik kabut, sebuah kapal perang lain muncul, perlahan mendekati pelabuhan.
Para penjaga saling bertukar pandang, merasakan perubahan situasi.
Tangga kapal diturunkan, dan seorang pria bertubuh kecil dengan wajah seperti tikus turun bersama sekelompok tentara Angkatan Laut.
Matanya menyapu sekeliling sebelum berhenti pada Gaz. Dengan nada arogan, ia berkata:
"Kami baru saja bertempur di laut. Kapal kami membutuhkan perbekalan."
Tatapannya kemudian jatuh pada Ajin dan Andi. Setelah menilai pangkat mereka tidak di atasnya, ia mengangkat dagunya sedikit.
"Mohon bekerja sama sepenuhnya dengan kami."
Dan dengan itu, situasi di pelabuhan Rav kembali berubah.
