"Aku ingin bercerai karena aku sudah tahu maksud busuk mu! Tidak ada hubungannya dengan Rose! Aku tidak pernah mencintaimu sejak awal. Kau telah merampas posisi Rose sebagai istriku!"
"Selama aku tidak menandatangani surat cerai, itu tetap dianggap selingkuh! Dia tetaplah perusak rumah tangga!"
Setiap kali Daisy melawan ucapan Lucifer, yang dia dapatkan adalah kekerasan. Meskipun begitu dengan bodohnya dia masih mencintai suaminya itu.
"Karena kamu sangat ingin mati, aku akan mengabulkannya!"
Kesalahpahaman, penghianatan, kebohongan. Siapa yang benar dan siapa yang salah. Hati nurani yang terbutakan. Janji masalalu yang terlupakan. Dan rasa sakit yang menjadi jawaban.
Apakah kebenaran akan terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little turtle 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pura-pura
Keduanya berjalan untuk menuju ke ruang makan. Namun di tengah jalan tiba-tiba Lucifer berhenti dan berbalik.
"Bagus sekali kau berpura-pura untukku. Kau benar-benar hebat dalam hal itu." ucapnya membuat Daisy tertegun.
Daisy mencengkeram railing tangga dan menatap Lucifer dengan bingung.
"Apa maksud mu?"
"Aku bilang, itu berhasil dengan sangat baik.."
Mendengar kata-kata itu, Daisy mengerti sesuatu, dan hatinya menjadi dingin. Ternyata keintiman singkat itu juga palsu.
"Kamu.. berhenti dengan sengaja?" tanya Daisy dengan wajah sedih.
"Siapa yang berani menunjukkan wajah menyedihkan seperti itu? Kau pikir aku tidak tahu bahwa kau sengaja menabrak ku? Orang-orang yang tidak mengenalmu sebaik aku akan mudah tertipu olehmu!"
Kata-kata yang dingin dan kejam itu menusuk hati Daisy bagai belati. Itu terjadi lagi, apa pun yang dilakukannya, dia akan selalu dianggap hanya berpura-pura.
Daisy tertawa getir pada dirinya sendiri dan berkata, "Harus dari mulut siapa kamu percaya kalau ini memang diriku yang sebenarnya? Dimatamu aku selalu kamu anggap pura-pura dan Rose kamu percaya sebagai dirinya yang sebenarnya.."
"Bukankah kamu yang lebih pandai berpura-pura?" lanjut Daisy dengan ketus. Dia sudah hilang kesabaran.
"Aku sarankan kau pikir lagi sebelum berbicara! Dan jangan sebut namanya dengan mulutmu itu!" ucap Lucifer lalu melesat pergi ke arah yang berlawanan dengan ruang makan.
"Kamu mau kemana?" tanya Daisy.
"Mencuci bibir dan tanganku. Entah hantu apa apa yang merasuki ku tadi. Benar-benar sangat menjijikkan!"
Sejauh ini itu adalah ucapan yang paling keterlaluan. Daisy diperlakukan seperti orang yang tak memiliki harga diri.
Daisy mengikuti Lucifer dengan langkah cepat, lalu menarik lengannya.
"Apa aku menyuruhmu untuk melakukan hal itu?" tanya Daisy sambil menundukkan kepalanya dan mencengkeram ujung lengan baju Lucifer.
"Lepaskan aku! Apa kau sudah gila?!"
Daisy mengangkat kepalanya dan menatap Lucifer dengan air mata yang membasahi wajahnya.
"Apa aku yang menyuruh mu untuk melakukan hal yang katamu menjijikan itu? Jawab aku!" bentak Daisy di akhir kalimatnya.
"Apa aku benar-benar menjijikkan? Sebenarnya apa yang telah ku lakukan hingga kamu seperti ini padaku?" ucap Daisy sambil memukuli dada Lucifer.
Lucifer menggertakkan giginya, lalu menangkap tangan Daisy dan menghempasnya untuk menjauh.
"Hari ini kau sudah banyak melawanku, apa karena ada yang mendukung mu disini? Apa kau ingin dihukum lagi?" tegasnya lalu meninggalkan Daisy.
...****************...
Hari sudah mulai larut, dan Kakek Killian kembali ke kamarnya untuk beristirahat lebih awal. Dan Sonia mengantar Lucifer dan Daisy ke mobil.
"Dengarkan Mama, awas saja kalau kamu berani mengganggu menantu Mama!"
Dalam perjalanan pulang, mereka berdua masih tidak berbicara. Lucifer mengerutkan kening dan melihat dokumen yang diberikan Ibunya tadi, memikirkan apa yang harus dilakukan ketika dia kembali ke perusahaan besok.
Setelah mobil berjalan cukup lama, Lucifer tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang berat di pundaknya. Dia pun menoleh dan menatap pelaku dengan wajah muram.
Daisy yang sedang melihat ke luar jendela tiba-tiba tertidur. Lucifer mengira dia sedang bermain trik, jadi dia memanggil nama Daisy beberapa kali, tetapi tidak mendengar jawaban.
Lucifer mendecak kesal, lalu mengulurkan tangannya untuk mendorong kepala Daisy agar menjauh dari bahunya.
"Jangan.. jangan pukul! Gelap sekali, aku sangat takut. Aku ingin keluar, aku sangat haus.."
Sambil memegang tangan Lucifer, Daisy berbicara dalam tidurnya, dan tubuhnya gemetar hebat.
"Ini sangat menyakitkan.."
"Lucifer, kamu harus menepati janjimu.."
"Hei! Daisy!" teriak Lucifer.
Keringat dingin di dahi Daisy membuat rambutnya basah. Melihatnya dengan ekspresi kesakitan di wajahnya, Lucifer menyerah dan membiarkan Daisy untuk tetap bersandar padanya.
"Janji apa? Hari ini dia banyak mengatakan omong kosong!" gumamnya.