"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 17
Kini Gania dan Desta sudah resmi untuk bercerai, Gania serta tuan Maxim memutuskan untuk mencari rumah baru, agar bisa melupakan semua kenangan-kenangan yang sangat menyakitkan di rumah tersebut. Mobil berwarna hitam sudah siap di depan rumah. Beberapa barang dan koper sudah masuk ke dalam bagasi mobil. Gania sudah berjalan mendekat ke arah sang ayah yang sudah berdiri di samping mobil.
"Apa kamu sudah siap sayang?." tanya tuan Maxim kepada Gania.
"Sudah yah." jawab Gania yang berdiri di depan sang ayah.
"Ayo masuk sekarang." ajak tuan Maxim yang labil dulu masuk ke dalam mobil mewah miliknya.
Sebelum Gania masuk ke dalam mobil, ia kembali menoleh ke belakang, ia menatap rumah yang ia tempati sedari lahir hingga sekarang. Rumah yang begitu banyak kenangan bersama kedua orang tuanya, namun kenangan itu lenyap begitu saja setelah kehadiran ibu tiri serta saudara tirinya.
"Gania?." panggil tuan Maxim dari dalam mobil, dan seketika membuat Gania tersadar dari lamunannya.
"Eh.. iya yah.. ayo berangkat." Gania seketika berjalan masuk ke dalam mobil.
Mobil sudah melaju menuju ke sebuah kota di mana Gania serta tuan Maxim akan tinggal bersama, untuk melupakan kenangan kenangan pahit, dan memulai kehidupan baru.
Perjalanan cukup lama sekitar 1 jam. Di perjalanan Gania lebih banyak diam sambil menatap ke arah kaca mobil untuk menikmati suasana di sore hari. Sedangkan tuan Maxim sedang mengerjakan beberapa pekerjaannya dan sedikit menoleh ke arah putrinya.
"Apa yang sedang kamu pikirkan, sayang?." tanya tuan Maxim yang duduk di samping Gania.
Gania yang mendengar ucapan sang ayah seketika menoleh."Tidak yah.. Gania tidak memikirkan apa-apa." jawab Gania.
"Apa kamu masih kepikiran dengan perceraian mu?."
"No.. sama sekali tidak." jawab Gania.
"Lalu?."
"Gania hanya takut, jika nanti ayah lebih dulu meninggalkan Gania, Gania takut jika ayah tidak lagi di samping Gania, lalu kepada siapa Gania akan mencurahkan isi hati Gania, kelelahan Gania, seperti dulu saat ayah menikah dengan tante Dewi, Gania benar-benar merasa bahwa ayah sudah tiada."
Tuan Maxim yang mendengar ucapan putrinya seketika memeluknya."Ayah tidak akan meninggalkan kamu lagi, sayang. Ayah akan selalu di samping mu, dan menyayangimu, ayah tidak akan menikah lagi, cukup tante Dewi yang terkahir, kasih sayang ayah akan ayah berikan seutuhnya untuk kamu."
"Ayah tidak akan menikah lagi?." tanya Gania sambil menatap wajah sang ayah.
"Iya.. ayah sudah tua, sudah tidak mau memikirkan soal istri baru yang akan menjadikan ibumu, ayah hanya ingin tinggal dan bersama dengan putri ayah yang cantik ini, dan ayah pastikan, ayah tidak akan meninggalkanmu, sebelum kamu menikah lagi." ucap tuan Maxim lagi.
"Gania juga tidak akan menikah lagi yah." ucap Gania secara tiba-tiba.
Tuan Maxim yang mendengar ucapan putrinya Seketika terkejut."Loh kenapa? kenapa kamu tidak mau menikah lagi? apa kamu trauma dengan pernikahanmu kemarin?."
"Gania hanya ingin tinggal dengan ayah saja, dan Gania juga tidak ingin tersakiti lagi, Gania hanya ingin bahagia hidup bersama ayah saja."
Tuan Maxim seketika mengusap rambut lurus Gania. "Gania.. semua masalah dan musibah kemarin, biarlah berlalu, jadikan semua itu menjadi pelajaran agar tidak terulang lagi, namun bukan untuk tidak menikah lagi, melainkan lebih berhati-hati dalam memilih pasangan. Ingat, umur ayah sudah semakin tua, beda dengan dirimu, bahkan kita juga tidak ada yang tahu karena kematian itu adalah takdir tuhan yang tidak bisa di cegah, yang ayah mau selalu menemanimu hingga dunia ini berakhir, namun kematian kita tidak ada yang tahu sayang."
Gania terus menatap wajah tuan Maxim dengan sangat lekat, Gania benar-benar merindukan wajah sang ayah dari jarak dekat. Sudah begitu lama Gania tidak menatap wajah ayahnya dengan jarak beberapa cm saja.
"Ayah ingin, kamu mempunyai sosok laki-laki yang baik dan bertanggung jawab lebih dari ayah, yang bisa menjagamu, mengayomi mu, mendidik mu agar menjadi wanita serta istri yang baik, dan yang pasti bisa menerima anak yang ada di dalam perut mu ini, dan bersedia untuk menjadi ayahnya kelak."
"Apa ayah juga menginginkan anak ini untuk lahir?." Gania yang tiba-tiba berkaca-kaca.
"Tentu.. kenapa tidak? anak yang ada di dalam kandungan mu tidak bersalah, Gania. Dia tidak bisa memilih akan lahir dari rahim siapa? jika dia bisa memilih mungkin dia juga tidak mau memiliki takdir seperti ini, tapi percayalah, tuhan menghadirkan anak ini, pasti memiliki alasan. Karena sebaiknya pilihan, pilihan tuhan lah yang paling baik." tutur tuan Maxim.
"Ayah..." Gania seketika kembali memeluk tubuh sang ayah dengan kedua mata sudah menitihkan air mata.
"Rawat dan besarkan anak di dalam rahim mu dengan sehat hingga besar nanti, dan ajarkan dia menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, ajarkan dia menjadi anak yang baik, agar takut dengan tuhannya, jika dia takut dengan tuhan, dia akan menjauhi semua larangan nya, kita besarkan dia bersama-sama ya."
"Terimakasih ayah.. terimakasih sudah menjadi sosok ayah serta ibu yang baik untuk Gania." Gania yang melepas pelukannya.
"Sama-sama sayang." Tuan Maxim yang sudah mengecup kening putrinya.
Setelah satu jam, akhirnya mereka sudah tiba di rumah yang begitu sangat megah, tidak kalah megahnya dari rumah yang Gania serta tuan Maxim dulu tempati. Dengan halaman rumah yang begitu luas, terdapat taman serta kolam ikan di depan rumah. Mobil terus melaju sambil melewati pekarangan rumah yang begitu besar.
"Kita sudah sampai, kita akan memulai kehidupan baru di rumah baru ini, Gania." ucap tuan Maxim.
"Iya yah.. semoga, kebahagian kita semakin bertambah di rumah baru ini, dengan suasana baru." ucap Gania dan tuan Maxim pun hanya mengangguk pelan.
Namun saat Gania masih melihat kanan dan kiri halaman rumah dari dalam mobil, tiba-tiba matanya terpaku dengan seseorang yang sedang memotong beberapa ranting pohon di halaman rumah barunya. Gania seketika melebarkan matanya kala melihat laki-laki tersebut yang juga menatap ke arah mobilnya.
"Mas Desta?." ucap Gania."Apakah itu? ah apa aku salah lihat?." Gania yang mencoba mengedipkan matanya lalu kembali menoleh ke arah belakang saat laki-laki tersebut sudah terlewati.
"Gania.. kamu kenapa?." tanya tuan Maxim saat melihat putrinya terus menatap ke arah belakang mobil.
"Itu yah.. tadi aku melihat mas Desta di sini." jawab Gania terus melihat ke arah belakang.
Tuan Maxim yang mendengar ucapan Gania seketika tertawa."Hahaha.. kamu ini ada-ada saja, mana mungkin Desta mantan suami kamu ada di sini, sayang.. dia sudah di penjara.."
"Tapi tadi dia benar-benar mirip mas Desta yah."
"Kamu hanya salah lihat saja, itu tukang kebun di rumah baru kita ini, mungkin karena kamu belum lama bercerai dari Desta, jadi wajahnya masih terbayang bayang sampai sini."
Gania yang mendengar ucapan sang ayah hanya diam, ia kembali menatap ke arah depan. Gania merasa bahwa selama ini Gania tidak pernah memikirkan Desta sama sekali semenjak bercerai, bahkan sudah ikhlas, dan tidak mengharapkannya lagi.
.
.
.
Maaf lama ngga up, ceritanya masih jalan kok.. belum selesai..
Hehehe😁