TAMAT 29 Desember.
Jangan tuntut aku untuk sempurna, karena tak ada satupun di dunia ini manusia yang bisa sempurna! Termasuk aku!
Mungkin aku gila, aku wanita tergila yang pernah ada. Di masa lalu, aku menyewa lelaki yang kucintai hanya untuk kesenangan sekerjap mata.
Dan jika kemarin aku bodoh, hari ini aku lebih bodoh lagi... Entah, kapan aku pintar dalam hal memilih pasangan hidup...
Aku, Flory Alexa Miller yang tengah dalam dilema besar. Sebuah hubungan yang aku paksakan utuh, rupanya tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TUJUH BELAS
Tempat Gym yang biasa Flory datangi tutup, terpaksa wanita itu pulang ke rumah tentu saja. Flory tak suka dengan suasana tempat baru, jadi lebih baik tak nge-gym sekalian.
Hari sudah mulai memunculkan mega, Flory suka suasana sore ini. Akhirnya, setelah sekian lama menjadi karyawan di perusahaan keluarganya, dia bisa sampai ke rumah lebih awal.
"Elang sama Maurin di mana, Sus?" Flory menanyai pengasuh Maurin yang berlari menyambut kedatangannya.
"Non Maurin lagi istirahat, di kamarnya sendiri. Tuan Elang juga di kamar sendiri."
"Ok!"
Flory melempar senyum kecil, lalu masuk ke dalam kamar miliknya. Elang tak di ranjang, tak juga di meja kerja, apa lagi di sofanya.
Bibirnya tersenyum ketika saja sang manik mendapatkan punggung bidang seseorang. Dengan gagah, Elang berdiri di antara barisan lemari- lemarinya.
"Sayang...."
"Ya Tuhan!" Flory sontak melepas pelukan kejutannya ketika mendapat tepisan Elang yang begitu cepat. Pria itu berbalik arah dan mendelik gugup melihatnya.
"F-flo."
Flory mengernyit, Elang tak pernah sekaget itu saat dia memeluk. Matanya, lekas menyorot ke arah telinga pria gugup itu.
"Earphone kamu baru?"
Flory baru ingin mengambil benda mungil putih tersebut, Elang mundur untuk menepis dan segera menyakukan headset bluetooth miliknya kembali.
Dia juga menelan saliva sambil menggaruk hidung yang tiba-tiba gatal. "Kamu sudah pulang?"
"Itu apa?" Flory mengalihkan pandangan ke saku yang agaknya berisi sesuatu.
Elang tak suka mata interogasi itu. Elang tak suka Flory yang sok ratu. Elang juga tak suka Flory yang selalu ingin mencecarnya. Dia ini suami bukan budak.
"Ini note book," kilahnya. Elang menyengir gugup lalu melangkah keluar. "Biarkan aku letakan ini dulu di meja kerja."
"Kamu yakin?" Flory membegal jalan Elang.
Yah, Elang tak pernah bisa sembunyikan apa pun dari Flory. Jika kemarin kebohongannya bisa lolos, sepertinya hari ini dia terancam.
Keringat yang keluar dari dahi Elang, menjadi alamat bahwa sedang ada apa-apanya dengan lelaki bercambang tipis itu.
Flory bersidekap. "Keluarkan sesuatu yang ada di dalam sakumu Elang!" titahnya bossy.
"Kau ini apa apaan sih Flo! Ini cuma note book yang tidak penting!" berang Elang.
Tak juga mendapat persetujuan Elang. Wanita itu lekas memaksa untuk merebut benda di saku Elang.
Walau sempat terjadi baku rebut, Flory berhasil menjatuhkan benda pipih yang akhirnya keluar tak disengaja.
Flory dan Elang terdiam bersamaan, tatapan mereka sama-sama terpaku pada ponsel yang sama sekali bukan milik Elang. Ponsel baru, sepertinya itu masih baru.
"Kamu pegang hape lain?"
Elang meneguk saliva, tatapan mata Flory mulai menunjukkan kaca-kaca. "Itu punya muridku, sekarang aku harus menggantinya karena rusak!"
Baru saja Elang ingin meraih ponsel itu, Flory sudah lebih gesit meraihnya. "Aku mau tahu siapa yang kau telepon barusan!"
Elang terciduk lagi dan lagi. Selain diam memandangi gerakan Flory, pria itu tak bisa lakukan apa pun lagi.
"Chintya lagi?"
Sekilas, Flory tertawa sumbang setelah memeriksa riwayat panggilan masuk. Flory sudah hapal, Chintya nama mahasiswi yang paling sering menghubungi Elang.
"Aku bisa jelaskan."
Elang selalu menunjukkan respon yang seolah-olah dia tidak bersalah. Tapi, kali ini Flory tak sanggup mendengar penjelasan itu.
Flory melempar ponsel Elang ke sembarang arah lalu tiba-tiba layar ponsel itu berkedip kedip seperti sedang ada yang menelepon.
Tak mau kalah cepat dari Elang. Flory meraih kembali gawai tipis itu, sebuah panggilan masuk dari nomor Chintya lantas tertera di sana.
Tak perlu menunggu lama, Flory harus mengangkatnya sendiri. Sebenarnya apa yang membuat Elang sulit meninggalkan gundik.
📞 "Pak Elang kenapa matikan teleponnya? Kita masih perlu bicara soal kandungan Chintya!"
Bak adanya petir yang menyambar teriknya sinar matahari. Flory tergagu bisu, bahkan di titik ini, wanita itu mencoba menepis sesuatu yang dia dengar.
"Kau gila hah?!" Elang merebut ponsel dari tangan istrinya. Meneriaki wanita yang mengaku hamil tersebut.
📞 "Tapi Chintya jujur, Pak. Cuma Pak Elang yang tidur dengan Chintya. Tidak ada yang lain!"
Flory menjatuhkan air matanya. Sesak, dan asal tahu saja, kali ini lebih terasa sesak dari perselingkuhan Elang yang sudah-sudah.
"Flo!" Elang meraih lengan Flory, menatap wajahnya yang pilu. "Dia fitnah aku, Sayang! Percayalah."
"Kapan kalian melakukannya?" Flory lirih.
Tenaga seperti hilang entah ke mana, lemas, kepala mendadak pusing. Ini berita yang cukup menyentak kewarasannya.
Flory yakin sudah membayar mata-mata untuk mengikuti ke mana pun Elang pergi, rasanya tak mungkin jika Elang berlaku aneh dan mata-matanya tidak mengadu.
"Ini kesalahan." Elang menunduk. Berharap kejujuran dan pengakuan itu membuat Flory kembali yakin atas keseriusannya.
"Di mana kalian melakukannya?" Flory ingin tahu, bagaimana cara Elang mengkhianati.
"Di mana, Elang?!" teriaknya.
"Flo!" Elang menggeleng. Ini yang tidak Elang sukai dari istrinya, Flory selalu ingin tahu yang padahal dia yakin jawaban Elang akan sakit.
"Di kelas?" cecar Flory.
Elang menunduk untuk menunjukkan rasa sesalnya. Yang itu berarti, tebakan Flory barusan sangat amat benar.
"Aku minta maaf," lirih lelaki itu. "Sumpah! Aku melakukannya sebelum kau merubah dirimu. Setelah kamu berubah jadi lebih baik, aku bertekad untuk tidak pernah lagi bertemu dia, sumpah Flory aku bersumpah."
Flory menggeleng pelan. Apakah hanya dia yang harus berubah lebih baik? Kenapa Elang tak pernah mau berkaca pada diri sendiri?
"Puluhan kali aku mati dan mencoba hidup kembali untuk mu, Lang. Tapi kau berhasil membunuhku lagi dan lagi."
"Flo..." Elang takut, tatapan itu seperti tatapan perpisahan. Tatapan yang menyiratkan jika wanita itu sudah menyerah. "Dengar aku."
Lagi, Flory menepis lemah. "Aku rasa kamu cuma bisa jadi ayah yang baik, Elang. Tapi tidak dengan suami yang baik."
"Sayang." Elang meraih lengan Flory kembali, selain takut ditinggalkan dia masih perlu melakukan klarifikasi. "Kamu mau tahu kenapa sampai sekarang kamu tidak hamil?"
Flory mengulas kerut tipis di keningnya. Sambil mendengarkan sesuatu yang mungkin akan membuatnya mampu bertahan, setidaknya untuk Maurin putrinya.
"Aku divonis mandul!" ngaku Elang. Jatuh sudah harga dirinya di depan istrinya, tapi masih berharap jika informasi itu akan membuat Flory kembali.
Namun, tidak semudah itu menyederhanakan suatu masalah. Flory tak pernah menyangka jika Elang menyembunyikan fakta ini.
"Aku tidak mungkin menghamili wanita, Sayang. Anak yang Chintya kandung, tentu saja bukan anakku! Aku mandul!"
Flory terperangah, pengakuan Elang barusan tidak hanya membuatnya shock, tapi juga tahu jika ternyata ini alasan kenapa Maurin begitu berarti bagi seorang Elang Gazza.
"MAMI!!" Flory sempat mendengar teriakan putrinya sebelum dunianya gelap dan tak bisa merasakan apa pun lagi selama berjam-jam.
c alex cuma peduli sm putri nya flory
😌😌😌
trs baca athalla,malah penasaran ini lanjutan dr mna niihh???/Hey/
akhirnya d cari deh tuh,nemu kisah bapaknya.loncat² aja padu paham/Grin/.
msh penasaran sma tokoh² yg bermunculan,akhirnya nyari lagi.sampe d pusatnya.tp ga runut bgt sih hehee paya kenal aja ama nama² yg tetiba muncul wkwkw.kirain bakal bosen baca kakek moyangnya athalla,trnyata ga jg ya.walau tau endingnya sma siapa ttp aja seru bacanya.kisahnya bagus².dan mnurutku drpd kisah snow yg trlalu lempeng,lbh seru flo dan glo deh.