NovelToon NovelToon
Possessive Leader

Possessive Leader

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Perjodohan / Cintamanis / Kehidupan di Kantor
Popularitas:20.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Net Profit

📢📢📢WELCOME DI AREA BENGEK NGAKAK GULING-GULING 😂😂😂

Jesi yang sudah terbiasa dengan kehidupan bagai sultan, harus kehilangan semua fasilitas itu karena ayahnya yang ingin membuatnya menjadi mandiri. Dalam sekejap ia menjadi seorang mahasiswi magang, dan dihadapkan dengan team leader yang ganteng tapi sayangnya galak.


"kalo aja lo itu bukan pembimbing magang gue, ogah banget dah gue nurut gini. Ini namanya eksploitasi tenaga karyawan."

"Aku tau, aku itu cantik dan menarik. nggak usah segitunya ngeliatinnya. Ntar Bapak naksir." Jesika Mulia Rahayu.

"Cantik dan menarik emang iya, tapi otaknya nothing. Naksir sama bocah seperti kamu itu impossible." Ramadhan Darmawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rama

Seorang pria sedang memimpin rapat. Sore itu memang sudah lewat waktunya jam pulang namun keadaan darurat yang mengharuskannya segera mengambil keputusan membuat dia mengumpulkan orang-orang penting untuk membahas masalah yang sedang dihadapi perusahaannya. Produk botol minuman terbaru yang akan diluncurkan terancam batal karena indikasi plagiat design  kompetitor mereka.

"Aku beneran tidak meniru design mereka. Kamu kenal aku udah lama, Wan. Masa kamu lebih percaya mereka dari pada temen sendiri!" Pria yang baru saja berucap itu melemparkan pulpen yang sejak tadi ia gunakan untuk mencorat-coret asal kertas di hadapannya.

"Tapi desain mereka sama persis dengan yang kamu ajukan untuk produk baru kita bulan depan, Ka." Naura si sekretaris yang tetap terlihat cantik dan anggun meski perutnya sedang buncit ikut menyuarakan pendapatnya.

"Terus karena sama persis kamu kira saya menjiplak desain mereka begitu?" Solot Raka tak terima.

"Bukankah jika sama persis bisa juga mereka yang meniru desain yang saya buat?" Imbuhnya telak.

Suasana rapat sore itu semakin panas, lima tahun dia kembali melanjutkan usaha yang diliris orang tuanya tampaknya ia tak bisa tersenyum puas lebih awal, karena nampaknya batu kerikil sandungan baru mulai muncul di tahun ke enam ini. Dia masih diam sambil menyimak sekretaris dan ketua tim desain yang terus berdebat sedari tadi.

"Tapi mereka lebih dulu mengajukan desain itu. Bukankah itu sudah cukup membuktikan. Yang lebih dulu membuat berarti pemilik desain asli."

"Lo bener-bener yah Ra. Jangan mentang-mentang lagi hamil bisa sembarangan nuduh yah! Harusnya lo bisa liat dengan jelas itu desain gue. Jelas gitu kok. Setiap orang itu punya desain khas masing-masing. Kita kerja bareng bukan baru kemaren sore, Ra." Raka yang mulai tersulut emosi tak lagi menggunakan bahasa formal. Mereka bertiga memang sudah bersama sejak masa SMA, sudah biasa bicara tak formal tapi rapat kali ini bukan hanya mereka bertiga. Nampaknya Raka benar-benar sudah lupa jika mereka sedang rapat saat ini.

"Lo tau kan di semua produk kita ada logo kecil jari yang disilangkan. Bagi orang yang tak tau mungkin mengira itu simbol love, tapi kita bertiga tau betul makna gambar itu. Dan selama ini tak ada satu produk pun yang menggunakan simbol itu kecuali produk yang desainnya buatan gue." Lanjut Raka.

Diantara mereka berenam semua bungkam, kecuali Naura yang sedari tadi masih terus beradu argumen dengan Raka.

"Jangan pake 'gue lo' dong kita lagi rapat. Kamu tuh mudah banget emosian, Ka. Pantesan aja mereka ngira kamu yang plagiat orang langsung ngegass gitu. Dari tadi kan aku tidak bilang kamu menjiplak."  Ujar Naura.

"Iya lo nggak bilang gue ngejiplak secara langsung tapi kata-kata lo itu menjurus ke sana." Timpal Raka ketus. Dia masih tak terima dituduh plagiat desain kompetitor.

"Bisa nggak kalian diem dulu. Aku dengerin dari tadi kalian berdua malah debat seperti anak kecil. Bukannya nyari solusi malah sibuk saling menyalahkan." Rama Akhirnya ikut angkat bicara dari pada dibiarkan kedua rekan kerjanya itu pasti akan terus saling menyalahkan.

Ucapan Rama membuat Raka dan Naura seketika terdiam. Keduanya hanya saling melempar tatapan kesal.

"Disaat seperti ini harusnya kita..."

Dret.. dret...

Getaran ponsel dengan nama 'adikku' membuat Rama tak meneruskan ucapannya.

"Saya angkat telepon dulu." Ucapnya sebelum menggeser tombol hijau.

Baru saja Rama menempelkan teleponnya ke telinga, suara cempreng di seberang sana terus berbicara membuat telinganya sakit.

“Halo... kakaknya Alya yah... “

“ini gue temennya Alya...”

“Gini Kak.. Eh abang... ah apaan yah gue manggilnya... pokoknya gue cuma mau ngasih tau kalo malam ini Alya mau nginep di rumah gue. Udah gitu aja, harap maklum karena gue lagi patah hati abis kena tikung sahabat sendiri. Gue nggak nerima penolakan! Wassalamualaikum.”

Rama hanya diam mendengarkan suara yang jelas-jelas bukan milik adiknya. Suara keras itu jauh berbeda dengan suara Alya yang selalu berbicara lirih dan pelan. Sedang suara ini begitu keras dengan gaya bicara cepat penuh penekanan dan pemaksaan.

Rama bahkan begitu terkejut saat dirinya hendak bicara sambungan telepon ternyata sudah diputus secara sepihak.

"Halo.." dia beralih melihat ponselnya, mengecek sekali lagi apakah panggilan itu benar-benar dari adiknya, Alya.

"Siapa yang telpon, Wan?" Penasaran Raka karena melihat wajah sahabat sekaligus atasannya yang berubah drastis setelah menerima telepon.

Rama menyimpan kembali ponselnya ke meja, "orang gila kayaknya. Ngomong nggak pake spasi, minta ijin belum dijawab udah dimatiin."

"Kembali ke rapat kita. Untuk masalah plagiat desain ini mari jangan mengambil keputusan terburu-buru." Ucap Rama.

"Bagaimana kalo kita buat desain baru saja pak?" Usul salah satu peserta rapat.

"Gila. Gue nggak mau!" Tolak Raka mentah-mentah.

"Jangan emosi dulu. Duduk!" Rama menahan Raka yang hendak pergi meninggalkan ruangan rapat.

"Tau nih punya temen satu kok senengnya ngegass mulu. Dikit-dikit emosi." Cibir Naura.

"Kamu tuh cerdas, Ka. Coba kalo lagi kayak gini utamakan otak dari pada otot kamu deh." Imbuhnya sambil melirik jengah.

"Udah kamu juga diam dulu, Ra. Jangan mancing-mancing!" Ucap Rama.

"Membuat desain baru sepertinya waktunya tak akan cukup. Ditambah jika kita membuat desain baru berarti kita harus memulai dari awal lagi. Mengulang menghitung estimasi biaya produksi, menentukan bahan dan lainnya. Semua memakan waktu yang tak sedikit." Ujar Rama.

"Ditambah lagi saya percaya jika tim desain perusahaan kita tidak melakukan plagiat. Terlepas dari Raka adalah sahabat saya tapi untuk masalah bisnis saya benar-benar profesional. Disini saya bukan membela Raka tapi bisa kita semua lihat" Rama berdiri kemudian berjalan ke arah proyektor dimana gambar desain Raka terpampang jelas.

"Setiap orang memiliki ciri khas desainnya sendiri, dan ini benar-benar ciri khas Raka." Imbuhnya.

"Terus kita harus gimana? Kalo kita pakai desain ini nggak mungkin. Bikin desain ulang juga makan waktu dan harus ngulang semua dari awal. Ini bener-bener gila." Keluh Naura.

"Sepertinya tak ada pilihan lain, kita harus mengganti desain produk kita."

"Rapat saya akhiri." Pungkas Rama.

Satu persatu peserta rapat meninggalkan ruangan, tersisa Rama, Raka dan Naura di sana.

"Lo bener-bener ngehancurin harga diri gue, Wan." Ucap Raka dengan kecewa.

"Jangan emosi dulu. Gue tau itu desain lo. Gue kira ada pengkhianat di perusahaan ini. Coba lo ingat lagi siapa aja yang tau desain itu sebelum rilis? Lo pastiin juga komputer lo nggak kena retas!" Ujar Rama.

"Sementara, lo siapin desain baru sambil nunggu gue nyelidiki orang-orang tertentu. Syukur kalo kita bisa buktiin lo kena sabotase berarti kita bisa lanjut desain itu. Kalo nggak ya kita pake desain yang baru." Pungkas Rama memberi solusi.

Mendengar penuturan Rama seketika emosi Raka mereda. Dia mengangguk setuju dengan solusi yamg diberikan Rama.

"Siap laksanakan pak bos." Ucapnya sambil hormat.

"Siap... Siap tapi dari tadi pake emosi terus." Cibir Naura sembari mengelus perutnya.

"Lo ganti sekretaris mlendung yang cerewet ini dong, Wan. Pusing gue denger omongannya." Balas Raka.

"Ganti sama yang seksi, yang bohay." Imbuhnya.

"Ntar gantinya anak gue. Cewek ini dijamin seksi dan bohay." Balas Naura.

"Udah jangan pada berantem terus. Lo anterin itu bumil pulang, Ka. Dari tadi lakinya ngchat gue mulu, ribet." Ucap Rama sembari memperlihatkan chat suami Naura yang begitu banyak.

"Sorry, Wan. Ponsel gue mati. Lupa nggak di charge tadi pagi." Ucap Naura.

"No problem, lo udah kayak keluarga buat gue." Balas Rama.

"Gue duluan! mesti mastiin adek gue nih, tadi nelpon nggak jelas banget." Ucap Rama kemudian berlalu.

1
Markonah Salim
aku jd ilfeel klo gni ah. gk jd terharu krn kasus nikah. ini hl sakral kok jd mainan. tau sekolah jas jus
destiana
Luar biasa
Khairul Azam
itu nanti si rama di rumah gak makan 🤣🤣🤣
Khairul Azam
didunia nyata mumet, baca novel ini jd menghibur ketawa aja 🤭🤭
Khairul Azam
itu bapaknya jas jus yg mau ditemuin 🤣🤣🤣
irma hidayat
zydan nya juga nyuruh aborsi biarkan dulu nginap diprodeo
irma hidayat
good ayah burhan
irma hidayat
makanya hidup tuh jangan jahat Dina,raya yg dituai psti sesuai perbuatan
Khairul Azam
aku lagi maskeran, baca ini langsungvretak maskerku 🤣🤣🤣
irma hidayat
hamil kayanya jasjus
Khairul Azam
itu emang disengaja jes sama ayah km, 😅😅😅
irma hidayat
ayo Jes upload aja buku nikahnya biar mereka shok
Khairul Azam
udah bener bapaknya membatasi uang jajan anaknya, anaknya dimanfaatin
endang nastusil
Luar biasa
Reni Reni
Kecewa
Reni Reni
Buruk
Jennifer Jatam
Luar biasa
Jennifer Jatam
Biasa
irma hidayat
Shok jasjus saat tau calon suaminya
irma hidayat
bikin hati jadi nano nano puny asisten kaya jasjus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!