~ Dinar tak menyangka jika di usianya yang baru tujuh belas tahun harus di hadapkan dengan masalah rumit hidupnya. Masalah yang membuatnya masuk ke dalam sebuah keluarga berkuasa, dan menikahi pria arogan yang usianya jauh lebih dewasa darinya. Akankah dia bertahan? Atau menyerah pada takdirnya?
~ Baratha terpaksa menuruti permintaan sang kakek untuk menikahi gadis belia yang pernah menghabiskan satu malam bersama adiknya. Kebenciannya bertambah ketika mengetahui jika gadis itu adalah penyebab adik laki lakinya meregang nyawa. Akankah sang waktu akan merubah segalanya? Ataukah kebenciannya akan terus menguasai hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindra Ifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Seluruh tubuh Dinar bergetar ketika kakinya melangkah masuk disebuah kamar bernuansa putih dan emas, walau tampak elegan tapi tetap saja menakutkan untuknya. Bagaimanapun ia tahu jika di dalam kamar ini sesuatu bisa saja terjadi padanya.
BRUUGGHHH....
"Akkhhh!" pekiknya tertahan ketika tubuhnya dihempaskan di atas lantai, Dinar tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya karena kain bawahan kebayanya lumayan ketat.
"Apa sekarang kau puas sudah menyandang nama Wirabumi di belakang namamu?"
"Tidak, anda boleh mengambilnya lagi Tuan. Aku tidak tahu alasan kenapa anda sangat membenciku? Padahal kita ada di posisi yang sama saja tidak menginginkan pernikahan ini. Jika waktu bisa diputar maka hari itu aku tidak akan pergi ke hotel. Mungkin dengan begitu aku tidak perlu bertemu denganmu," ujar Dinar bersusah payah untuk berdiri, dia tak ingin dipandang lemah oleh pria disampingnya.
"Aku membenci semua orang yang terlibat dengan kematian Krisna!" sahut Bara ketus.
"Aku juga adalah korban, sama seperti adik anda. Anda terlalu kekanakan dengan menganggap jika anda adalah orang yang paling menderita dalam hal ini. Akkhhh....lepas!"
Satu tangan Bara sudah ada di lehernya, tangan kekar itu mencekiknya hingga dadanya terasa panas karena tak bisa bernafas. Semakin ia mencoba melepaskan diri maka tekanan tangan Bara di lehernya semakin keras.
"Jangan pernah berbicara ketika ada di depanku, kau dengar itu? Aku benci suaramu...aku benci semua yang ada pada dirimu, mengerti hahh?!"
Dinar meringis kesakitan dengan nafas tersengal ketika tangan kekar itu sudah melepas cengkeramannya. Gadis itu terbatuk dan berusaha menghirup oksigen sebanyak banyaknya untuk mengisi paru parunya.
"Tanda tangani berkas yang ada di map ini dan jangan berani keluar dari kamar ini sebelum ada ijin dariku."
"Saya turuti semua keinginan anda, tapi jangan sekalipun menyakiti kedua orang tua saya. Dan jangan sampai mereka tahu jika pernikahan hari ini hanyalah pernikahan hitam di atas putih," ujar Dinar memberanikan diri untuk menatap sepasang netra hijau emerald itu.
"Kau pikir dirimu siapa hingga berani mengaturku?"
Dinar segera membuang pandangannya ketika dengan seenaknya Bara melepas jas dan kemeja putih yang dikenakannya. Dengan tanpa mengenakan atasan pria itu berbaring di ranjang dan memejamkan matanya.
Segera ia berjalan menuju berkas yang ada di atas meja, Dinar yakin jika berkas itu adalah surat kontrak nikahnya selama satu tahun. Sesuai dugaannya, isi perjanjian itu sebagian besar terlalu 'menekannya', tapi mau tidak mau ia harus menandatangani berkas itu. Karena mungkin nyawa kedua orang tuanya sedang dipertaruhkan.
Setelah melepas semua hiasan yang ada di kepalanya gadis itu duduk bersandar di sofa karena kelelahan. Walau tak nyaman dengan kebaya yang masih ia kenakan tapi akhirnya Dinar bisa memejamkan matanya. Hari ini sungguh melelahkan untuknya, gadis itu berharap jika nanti ia akan bangun dan semua yang terjadi hanyalah sebuah mimpi.
Tanpa ia tahu jika sepasang netra sedang melihat ke arahnya, bahkan mendengar ketika bibir kemerahan itu samar terdengar memanggil kedua orang tuanya dengan satu tetes air mata yang mengalir di pipi.
*
"Jadi Bapak sudah menikahkan calon istri saya dengan pria lain?" tanya Akbar dengan tubuh yang seperti tak punya semangat lagi.
Dia tidak tahu apa yang terjadi tapi tadi ketika kembali dari pencariannya untuk menemukan kejelasan tentang keberadaan Dinar, ibunya mengatakan hal yang membuat hati dan bahkan hidupnya patah. Bahwa Daryono telah menikahkan Dinar dengan pria lain.
"Maaf Nak Akbar, tapi bapak yakin jika apa yang bapak lakukan sudah benar. Keluarga itu ingin bertanggung jawab dengan apa yang terjadi pada Dinar."
"Tapi apa Bapak yakin jika pernikahan itu bisa membahagiakan Dinar? Mereka belum saling mengenal, dan bagaimana jika semua orang di keluarga itu membenci putri Bapak? Maaf tapi Wirabumi adalah keluarga kaya raya, sedang...."
"Akbar," Atin menggelengkan kepalanya pelan seolah meminta putranya untuk tidak meneruskan kata katanya. Semua sudah terjadi dan ia yakin semua ini sudah digariskan olehNya.
"Semula akupun berpikir seperti itu Nak, tapi entahlah....aku yakin jika ini adalah jalan terbaik. Mungkin kau urung menjadi menantuku, tapi kau akan tetap menjadi bagian dari keluargaku."
Semua yang ada di tempat itu hanya bisa saling memandang ketika tanpa mengatakan apapun Akbar melangkah pergi.
"Pak sepertinya Nak Akbar marah pada kita," lirih Sri dengan raut khawatir.
"Tidak apa apa, wajar jika sekarang dia kecewa. Tapi dengan berjalannya waktu semua akan baik baik saja," sahut Atin memeluk wanita yang hampir saja menjadi besannya.
tidak pernah membuat tokoh wanitanya walaupun susah tp lemah malahan tegas dan berwibawa... 👍👍👍👍
💪💪