Cintaku, Mentok Di Perjaka Tua

Hari minggu adalah hari yang disukai oleh semua orang tanpa terkecuali. Semua tentu senang menikmati tanggal merah tersebut karena semuanya bisa berisitirahat. Biasanya itu juga yang dilakukan oleh Jani dan Charles saat mereka masih berstatus lajang. Tapi semuanya berubah setelah status menjadi menikah.

Salah satu aturan yang Charles buat adalah mereka harus melaksanakan ibadah bersama. Jani tentu saja tidak keberatan, pasalnya di rumah itu sudah menjadi rutinitasnya.

" Oke om, mari kita bagi tugas mulai sekarang. Mana pakaian kotor om biar aku yang cuci. Dan om langsung nyapu dan ngepel," ucap Jani sembari melipat mukena dan sajadahnya.

" Oke, nanti aku antarkan ke tempat cuci nya," jawab Charles cepat.

Mereka berdua benar-benar menjadi tim yang solid. Padahal ini merupakan hari pertama mereka setelah menikah. Tapi terlihat keduanya begitu kompak. Dalam hati Jani bergumam, rupanya seorang pemilik William Diamond bisa juga melakukan pekerjaan rumah tangga dan tidak kaku sama sekali. Jani tersenyum sepintas.

" Om, mau makan apa?"

" Apa aja, aku nggak ada pantangan sama sekali."

Jani menaikkan jempolnya ke udara dan Charles tersenyum kecil. Punya istri tidak buruk juga, gumam Charles lirih. Meskipun mereka tidak tidur sekamar tapi rupanya memiliki partner di rumah lumayan mengasyikan. Dia tidak lagi ibadah sendirian. Dan, saat bangun ada wajah lain yang ia lihat.

Sekitar satu jam kemudian mereka selesai dengan aktivitasnya masing-masing. Jani tadinya hendak langsung ke bagian laundry untuk mengangin-anginkan pakaian yang selesai diangkat dari mesin cuci. Tapi Charles melarang, ia meminta Jani untuk sarapan dulu bersamanya.

" Mari sarapan dulu, kita bisa lanjutkan nanti."

" Oke om, siap."

Jani mengambilkan nasi untuk Charles lengkap dengan lauk pauk yang ia buat. Charles tersenyum dan mengucapkan terimakasih saat menerima uluran piring dari tangan Jani.

Keduanya makan dengan hikmad. Tanpa ada bicara sama sekali. Dalam keluarga mereka ternyata sama, mengajarkan untuk tenang dan diam di meja makan. Hanya suara sendok, garpu dan piring yang saling beradu.

Selesai makan, Charles mengajukan diri untuk mencuci piring dan membereskan meja makan. Jani tentu senang, gadis itu berlari menuju bagian laundry dan melanjutkan menjemur pakaian miliknya maupun milik Charles.

Tidak ada rasa risih sedikitpun saat ia harus memegang celana dalamm milik pria yang sudah jadi suaminya itu. Pasalnya di rumah, sang abang sering meminta tolong padanya untuk mencuci pakaian miliknya. Jadi Jani lumayan terbiasa menjumpai benda keramat milik pria.

" Haaaah, akhirnya selesai juga semuanya. "

Jani menjatuhkan tubuhnya di sofa depan televisi. Di sana juga ada Charles yang sedang memangku laptop miliknya, memeriksa beberapa pekerjaan. Charles sejenak melirik ke arah Jani, terlihat wajah gadis itu yang lelah tapi Charles bisa melihat cantiknya yang alami.

Charles bangkit dari duduknya menuju ke dapur dan berinisiatif untuk mengambil minuman untuk Jani.

" Nih minum dulu, terimakasih untuk semuanya."

" Thanks om, sama-sama."

Jani menenggak air mineral yang diberikan oleh Charles hingga tandas. Jani sendiri berpikir, ternyata hidup bersama dengan orang lain tidaklah buruk. Tidak semenakutkan yang awal ia pikirkan. Ia malah merasa memiliki teman sekarang.

" Jadi apakah ada acara, misal mau pergi?"

" Ehmm, sebenarnya habis zuhur nanti ada pertemuan komunitas di kampus. Apakah boleh?"

" Boleh aja, nanti aku antar."

Jani mengangguk patuh. Kebetulan motor miliknya juga belum ada di sana. Dia baru menghubungi bunda nya untuk mengantarkan motor yang kata orang-orang itu butut ke rumah ini.

Selepas sholat luhur, Charles dan Juni sudah bersiap untuk menuju ke kampus. Jani sejenak melihat mobil Charles dan membuang nafasnya kasar. Jika diantar dengan mobil kinclong begini maka bisa jadi heboh dunia persilatan, eh dunia perkampusan, gumam Jani dalam hati.

Charles bisa melihat reaksi lain dari Jani. Terlihat gadis itu tidak suka atau lebih tepatnya tidak nyaman dengan mobil yang akan mereka pakai.

" Ada apa?" Charles akhirnya bertanya juga.

" Ehmmm, gini om. Ini satu fakta yang harus om tahu. Aku tuh di kampus dikenal miskin, jadi kalau naik mobil mewah begini dikiranya jadi sugar baby." Jani menjelaskan dengan hati-hati.

" Apa?"

Terang saja Charles terkejut. Putri seorang Aryo Dwilaga jadi anak miskin. Bagaimana ceritanya? Charles memijit keningnya yang tiba-tiba berdenyut. Sungguh dia tidak tahu apa peran yang sedang dimainkan istri kecilnya itu saat ini.

" Terus, maunya gimana. Apa aku harus nyari mobil butut juga."

" Ehmmm, nggak sih usah om. Nggak gitu juga kali om Nanti om turun di ujung aja. Biar aku jalan pas masuk kampus."

Charles mengangguk pasrah, ia ikutin saja apa permintaan istri kecilnya itu. Tampaknya akan banyak permainan yang ia mainkan nanti bersama Jani. Dan ini adalah awalnya, Charles rasa akan banyak hal yang terjadi. Ada rasa dia tidak sabar menanti saat itu tapi ada rasa was-was juga yang menggelayut di dalam dalam dirinya.

Sekitar satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai juga di lingkungan kampus. Seperti permintaan Jani bahwa ia meminta turun di tempat agak jauh dari gerbang.

Setelah meraih tangan Charles untuk berpamitan, gadis itu langsung keluar dan lari dari mobil milik sang suami. Charles takjub, pasalnya Jani mengerti etika bercium tangan kepada suami. Meskipun mereka menikah atas sebuah perjanjian, tapi mereka memerankan peran masing-masing dengan sangat apik.

Peristiwa Jani keluar dari mobil mewah Charles rupanya terekam oleh sepasang mata. Mata tersebut langsung terbuka lebar. Tak lama senyuman penuh arti terbit di bibirnya.

" I got you, ini akan jadi berita heboh. But, aku harus punya bukti. Dan bego nya aku lupa buat ambil gambar tadi. Next aku pasti dapet. Ho ho ho, seorang gadis miskin menjadi sugar daddy pria tua kaya raya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aihhh judul yang sempurna. Habis kau kali ini Jani."

Orang tersebut menyeringai. Sebuah rencana hebat sudah ia susun di kepalanya dan siap ia realisasikan. Ia kemudian melenggang menuju dalam kampus saat mobil itu melesat pergi dari lingkungan universitas.

Sebuah senyum mengembang setiap kali ada yang menyapanya. tampaknya orang tersebut memiliki Star Syndrom. Ia selalu ingin jadi pusat perhatian.

" Aku selalu populer dan akan selamanya tetap populer. Maka tidak akan ada yang bisa mengalahkan termasuk pria yang ku inginkan harus jadi milikku. Titik."

TBC

TBC