S 2
"Aku Punya Papa." Tiga kata yang selalu diucapkan Farzan bocah berusia 6 tahun itu, ketika teman-teman seusianya mengolok dirinya tidak punya papa.
Ibu mana yang tidak sakit hati melihat putranya yang selalu diolok, namun Zana hanya bisa diam karena dia tidak bisa menunjukkan siapa ayah dari anaknya.
Hingga ketika Farzan dinyatakan mengidap Pneumonia, penyakit yang bisa mengancam nyawanya, membuat dunia Zana seakan runtuh. Berbagai cara sudah ia lakukan untuk pengobatan putranya, namun hasilnya selalu nihil bahkan semua yang ia punya telah habis terjual. Dan pada akhirnya, dengan terpaksa Zana kembali ke kota kelahirannya untuk mencari sosok ayah biologis putranya, yaitu laki-laki yang telah menghancurkan masa depannya 7 tahun lalu, dengan harapan laki-laki itu bisa menolong putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17. MENCARI
"Zana, Farzan, kalian di mana?" Teriak Farhan ketika baru saja memasuki rumah yang sudah ia berikan untuk Farzan dan mamanya. Ada perasaan cemas jika ibu dan anak itu tidak kembali ke rumah ini.
Kekhawatirannya itu semakin memuncak ketika memasuki kamar Farzan, ia tidak mendapati keberadaan putranya itu. Iapun berpindah memeriksa kamar Zana dan hasilnya sama, wanita itu juga tidak berada di kamarnya.
"Kemana mereka?"
Dengan langkah tergesa, Farhan memeriksa setiap sudut rumah itu. Ruang tengah, ruang tamu, ruang keluarga, dapur bahkan setiap kamar mandi ia periksa namun tak menemukan yang dicarinya.
Farhan terus berteriak memanggil nama Zana dan Farzan, tak mendapat sahutan membuatnya benar-benar merasa cemas. Namun, ia tetap berusaha untuk tenang dan kali ini ia menuju samping rumah yang sudah disulap seperti taman bermain, barangkali Farzan bermain di sana bersama ibunya.
Namun, lagi-lagi ia tidak menemukan keberadaan ibu dan anak itu. Perasaan takut pun kini menyergapnya. Takut jika Zana membawa Farzan pergi darinya.
"Tidak, tidak, Zana dan Farzan tidak boleh pergi. Mereka milikku dan mereka tidak boleh pergi dariku."
Kembali Farhan mengayunkan langkahnya dengan tergesa keluar dari rumah itu. Ia mengingat kontrakan Zana, mungkin mereka ada di sana pikirnya.
Setelah berada didalam mobilnya, iapun bergegas melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju kontrakan Zana. Ia sangat yakin jika mereka ada di sana.
Tak berapa lama kemudian, mobil Farhan pun telah terparkir didepan kontrakan Zana. Melihat bu Nini sedang menyapu iapun segera turun dari mobil menghampiri pemilik kontrakan itu.
"Eh ada Nak Farhan." Ujar Bu Nini sambil tersenyum.
Farhan pun membalas senyuman wanita paruh baya itu sekilas, "Bu, apa Zana dan Farzan ada disini?" Tanyanya.
Bu Nini mengerutkan keningnya, "Loh, ibu pikir Nak Farhan kesini sama Nak Zana dan Farzan?"
"Tidak Bu, justru aku kesini karena sedang mencari mereka?"
"Nak Zana dan Farzan tidak pernah kembali kesini lagi semenjak Farzan masuk rumah sakit waktu itu." Ujar Bu Nini.
Wajah Farhan pun seketika nampak pias, jika Zana dan Farzan tidak kembali ke kontrakan lalu kemana perginya mereka? Apa Zana membawa putranya pergi ke rumah keluarganya? Tapi apa itu mungkin mengingat Zana pernah mengatakan dulu keluarganya mengusirnya tanpa belas kasih. Tapi itu bisa saja, orang tua Zana pasti akan luluh setelah melihat cucu mereka. Dan sekarang itu adalah satu-satunya tempat dimana ia bisa mencari Zana dan putranya. Tapi bagaimana ia bisa kesana, ia tidak tahu alamatnya.
"Bu, apa ibu tahu alamat rumah keluarganya Zana? Atau ibu mungkin menyimpan nomor ponsel Zana?" Tanya Farhan lagi, ia benar-benar terlihat panik.
"Tidak Nak Farhan. Ibu sama sekali tidak tahu dimana keluarga Nak Zana, yang ibu tahu saat mereka datang kesini Nak Zana mengaku dari luar kota. Dan ibu juga tidak sempat meminta nomor ponselnya." Tutur bu Nini.
Farhan langsung mengusap wajahnya dengan kasar, rasanya ia ingin menangis. Mengingat Zana yang sangat marah saat ia menuduhnya atas hilangnya Farzan dibutik, pasti wanita itu membawa putranya pergi. Dan kemana ia harus mencarinya sekarang.
"Bu, terimakasih informasinya, dan sekarang aku pamit pergi dulu." Ujar Farhan, tanpa menunggu jawaban bu Nini ia langsung saja berbalik dan melangkah cepat masuk kedalam mobilnya.
Sepanjang jalan, Farhan mengedarkan pandangannya berharap dapat menemukan Zana dan Farzan. Namun, sudah melebihi satu jam mobilnya melaju dan tidak membuahkan hasil, iapun memilih untuk menepikan mobilnya. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku jas pengantin yang dipakainya untuk mencari foto Farzan, ia akan menggunakan foto itu untuk mencari putranya.
Jempolnya dengan lihat menscroll layar ponselnya mencari foto Farzan yang pernah ia ambil ketika putranya itu sedang tertidur. Namun, gerakan jempolnya terhenti ketika mendapati sebuah foto yang menarik perhatiannya. Tanpa sadar kedua bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman dan seakan melupakan bahwa ia sedang panik saat ini.
"Jadi Farzan mengambil gambar kami waktu itu," senyum Farhan semakin mengembang menatap foto dimana dirinya dan Zana sedang berpelukan disaat putranya menyuruhnya untuk meminta maaf pada Zana.
"Dasar anak nakal. Papa jadi mengerti sekarang, waktu itu kau sengaja membuat agar kami berpelukan." Kekehnya.
Beberapa saat terus menatap foto itu, iapun teringat dengan tujuan awalnya yaitu mencari foto Farzan untuk ia gunakan mencari keberadaan putranya itu dan juga Zana.
Setelah menemukan foto Farzan, ia langsung mengunggahnya dibeberapa akun sosial medianya, dengan catatan akan membayar mahal bagi siapapun yang menemukan putranya.
"Papa janji tidak akan menyia-nyiakan kalian lagi." Gumamnya sambil menatap foto Farzan.
.
.
.
Zana tak lepas menatap dua bocah laki-laki yang sedang asyik bermain puzzle diruang tengah, Farzan putranya begitu cepat langsung akrab dengan Arkan, putra dari Adam dan Jane.
Tanpa Zana sadari sepasang suami istri yang telah berbaik hati memberinya tempat tinggal itu kini telah duduk disampingnya. Ketika Jane berdehem barulah ia menyadarinya.
"Eh Jane, maaf aku terlalu fokus memperhatikan anak-anak bermain jadi aku tidak menyadari kedatangan kalian." Ujar Zana sambil tersenyum malu-malu.
"Tidak apa-apa, aku juga sering seperti itu kalau memperhatikan Arkan sedang bermain. Aku terus menatapnya karena aku merasa sedang menatap dua orang sekaligus." Kata Jane sambil melirik suaminya, yah putranya itu sangat mirip dengan suaminya.
Zana tersenyum, iya juga tidak menyangka jika wajah putranya akan lebih mirip dengan ayah biologisnya ketimbang ia ibunya. Dan jujur setiap kali ia melihat Farzan ia akan langsung teringat dengan laki-laki yang telah merenggut paksa kehormatannya.
"Oh ya, tadi aku lihat Farhan memasang foto Farzan dibeberapa akun sosial medianya, dia akan membayar mahal bagi siapapun yang bisa menemukan putranya." Ujar Adam.
Mendengar itu, Zana langsung terlihat panik. Ia tidak mau putranya berada dalam bahaya lagi jika tetap berada disekitar Farhan, karena Keyla pasti akan selalu berusaha menyakiti putranya.
"Tapi kamu tenang saja, Farhan tidak akan tahu jika Kamu dan Farzan berada disini. Aku juga ingin melihat bagaimana seorang Farhan akan berusaha keras mencari kalian berdua." Ujar Adam lagi yang melihat Zana nampak cemas. Laki-laki yang berprofesi sebagai seorang dokter itu terkekeh membayangkan bagaimana frustasinya Farhan saat ini. Mungkin lebih frustasi daripada tujuh tahun lalu ketika mencari Zana yang menghilang dari gubuk. Karena saat ini yang dicarinya cari bukanlah lagi Zana seorang diri melainkan putranya juga.
.
.
.
TBC.......✨✨✨
Tinggalkan like dan komennya dong, terimakasih. ☺️🙏🙏🙏