NovelToon NovelToon
Benih CEO

Benih CEO

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Anak Genius
Popularitas:19.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Dhessy

Tentang Kania yang hamil di luar nikah. Tanpa dia tahu, yang menghamilinya adalah seorang CEO muda.

***

Dunia Kania menjadi gelap setelah malam itu. Tak ada lagi Kania yang ceria, tak ada lagi Kania yang murah senyum.

Yang ada hanya Kania yang penuh dengan beban pikiran yang gelisah menanti bulan selanjutnya. Berapa garis yang akan di hasilkan oleh sebuah testpack di bulan depan?

**

Bertahun-tahun Kania berjuang sendiri menghidupi buah hatinya yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.

Kepandaiannya menarik orang-orang untuk menjadikannya bintang. Hingga akhirnya, lewat jalan itulah Kania di pertemukan dengan ayah kandung anaknya yang ternyata bukanlah orang biasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhessy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Kemanapun kaki melangkah, sejauh apapun itu, selama apapun, sekuat apapun mencoba untuk menghindar, pasti akan kembali di pertemukan dengan orang-orang di masa lalu.

Begitupun dengan Kania yang saat ini sedang terpaku berhadapan dengan Dita, sahabatnya. Dita memandang Kania dengan tajam. Rasa bercampur aduk dalam hatinya ingin dia ungkapkan.

Rasa marah, kecewa, rindu. Semua menjadi satu.

Kedatangan Dita yang tiba-tiba di toko kue Kania begitu mengejutkan. Kania tidak perlu lagi bertanya-tanya dari mana Dita tahu dirinya ada di sini. Tentu saja Dita tahu semuanya dari Rama.

"Jahat kamu, Ka." Hanya dua kata saja belum bisa mewakili semua rasa yang Dita rasa.

"Kamu sudah tidak menganggapku sahabat kamu lagi? Iya?" Dita menarik napas menetralkan napasnya yang memburu. "Kamu lewati semua ini sendiri. Kamu pikir apa? Aku akan menjauhi kamu jika tahu semuanya? Kamu menganggap persahabatan kita sebatas kamu berbuat kesalahan aku menjauhi kamu, begitu?"

Baik Kania dan Dita tak mampu menahan air mata. Rasanya Kania sudah tidak memiliki wajah lagi untuk bertemu dengan Dita.

Kania merasa dirinya kotor, hina. Tak pantas memiliki sahabat sebaik Dita. Tapi siapa yang menyangka kalau justru Dita sangat marah ketika Kania pergi tanpa kabar. Tanpa Dita tahu apa penyebab Kania pergi.

"Mau peluk," ucap Kania sambil merentangkan kedua tangannya.

Tanpa menunggu lama, Dita segera menyambutnya. Keduanya berpelukan saling menyalurkan rasa rindu yang mereka rasakan selama hampir lima tahun lamanya.

"Aku bingung nyariin kamu, Ka. Sampai-sampai aku mikir, aku buat salah apa sama kamu sampai kamu pergi gitu aja. Barang-barang kamu semuanya aku bawa pulang ke rumahku. Berharap kamu mencarinya dan kita bisa ketemu."

"Maafin aku, Dita. Aku nggak tahu lagi harus gimana waktu itu. Sampai Rama datang memberikan aku sebuah pilihan yang aku rasa itu pilihan yang tepat."

Dita melepaskan pelukannya. Memegang kedua bahu Kania dan menatap Kania lekat. "Kamu bisa cerita sama aku, Ka. Kita sahabat. Atau kamu sudah tidak menganggap aku sebagai sahabat kamu sehingga kamu lebih memilih pergi?"

Dengan tegas Kania menggelengkan kepalanya. Sampai kapanpun Dita adalah sahabatnya. Sejak masih SMA mereka sudah bersahabat. Bahkan mengambil jurusan kuliah yang sama.

Menyewa kos untuk berdua. Saling berbagi kala sedang susah. Bahkan saat Dita kehabisan uang saku, Kania menjadi penyelamat hidupnya. Semua biaya makan mereka di tanggung Kania sampai jatah bulanan Dita di transfer.

"Sampai kapanpun kamu tetap sahabat aku, Dit. Aku cuma malu sama kamu. Tanpa aku ceritakan, pasti kamu sudah tahu semua, kan, dari Rama?"

Dita mengangguk membenarkan. Rama sudah menceritakan semuanya pada Dita. Meskipun harus mendesak Rama, merengek, bahkan hampir saja Dita bersujud di kaki Rama demi mendapatkan informasi tentang Kania.

"Setidaknya kamu punya teman untuk bercerita, Ka. Kamu punya tempat untuk berbagi agar hati kamu bisa lega. Kenapa harus memilih pergi?"

"Aku tidak siap dengan pandangan miring orang lain tentang aku, Dit. Meskipun sampai sekarang ada saja yang memandangku sebelah mata karena anakku tidak memiliki ayah, setidaknya tidak sebanyak jika aku tetap tinggal di Surabaya." Kania menjeda ucapannya. "Tempat ini menerima aku apa adanya, Dit. Bahkan di saat orangtuaku sendiri mengusirku, aku di terima dengan baik di tempat ini."

Kania mengingat betapa baiknya orang-orang di sekelilingnya. Para tetangganya di rumah Rama dulu sangat baik. Tentu mereka paham kondisi Kania yang hamil tanpa seorang suami tanpa Kania menceritakan semuanya.

Tapi semua menerima Kania dengan baik. Entah bagaimana mereka di belakang Kania, Kania tidak tahu. Yang Kania tahu mereka selalu bersikap baik jika berhadapan dengan Kania.

Anaknya juga tidak pernah mendapatkan perlakuan buruk. Baik dari tetangganya maupun anak-anak tetangganya.

Mereka yang memandang Kania dan Shaka sebelah mata justru para orangtua teman-teman Shaka di sekolah. Bukankah itu sudah hal biasa? Momen mengantar anak ke sekolah justru di jadikan momen untuk membicarakan orang lain, memamerkan harta benda mereka.

Berbeda dengan perlakuan orang-orang di sekitar rumah orangtuanya. Mereka menggunjingnya, terang-terangan mengatakan Kania akan membawa sial jika tidak di usir dari sana. Bahkan orangtuanya sendiri sudah tidak memperdulikan dirinya. Tidak mau menganggapnya sebagai anak lagi.

Sakit. Kania sangat sakit hati. Tapi Kania sudah mengikhlaskan semuanya.

Perlakuan mereka adalah hukuman bagi dirinya yang sudah berbuat dosa. Hukuman baginya yang sudah mempermalukan kedua orangtuanya dan juga keluarga besarnya.

"Ya sudahlah. Lagipula sekarang kita sudah bertemu lagi. Aku sangat bahagia bisa ketemu kamu lagi. Sekarang anak kamu di mana?"

Kania tersenyum. "Dia lagi sekolah. Satu jam lagi pulang."

Dita mengangguk mengerti. Setelahnya Dita terdiam untuk beberapa saat. "Ka," panggilnya pada Kania.

Kania menjawabnya dengan berdehem pelan.

"Kamu sudah tahu kabar tentang Roni?" tanya Dita yang di sambut dengan gelengan kepala oleh Kania.

"Aku belum tahu. Dan kayaknya aku nggak mau tahu juga, Dit."

Dita menghembuskan napas dengan pelan. "Dia sudah meninggal."

Kania membelalakkan matanya mendengar ucapan Dita.

"Tiga bulan setelah kamu pergi, dia meninggal dalam kecelakaan. Saat itu dia sedang mabuk parah. Luka yang dia alami juga sangat parah sampai wajahnya pun sulit untuk di kenali," ucap Dita tanpa menunggu Kania bertanya kenapa Roni meninggal.

Kania terdiam tak mampu berkata-kata. Tidak menyangka Roni akan pergi secepat itu dan dengan kondisi yang memprihatinkan pula.

Kenapa secepat itu? Bahkan Kania belum sempat memaki Roni karena kelakuannya yang membuatnya harus keluar malam-malam mencari dirinya. Dan Kania pun terpaksa masuk ke tempat laknat itu dan berakhir dengan kehidupannya yang sekarang.

"Menurutku itu hukuman buat dia karena udah kurang ajar, Ka. Sama orangtuanya, sama kamu."

"Sudahlah. Semua sudah berlalu. Dia juga udah nggak ada," ucap Kania dengan maksud ingin mengakhiri pembicaraan mereka tentang Roni. "Eh, iya. Kamu kesini sama siapa?"

"Jelas sama Rama-lah. Kalau aku sendiri yang ada aku malah hilang di jalan."

"Nggak apa-apa hilang. Nggak ada yang nyari juga, kok."

"Ih, ada yang nyari tau! Enak aja nggak ada."

Lantas keduanya tertawa bersama. Menikmati masa yang sempat hilang selama hampir lima tahun lamanya.

🌼🌼🌼

"Mama nggak mau tau, Rama. Kamu harus mau di jodohkan dengan wanita pilihan Papa dan Mama."

"Nggak mau, Ma. Rama sudah mencintai wanita lain."

"Wanita yang mana? Yang kamu tampung di rumah lama kita di kampung? Wanita yang hamil tanpa tahu siapa yang menghamilinya? Wanita seperti itu mau kamu jadikan istri?"

"Ma, berapa kali aku harus bilang kalau Kania itu wanita baik-baik."

"Tidak ada yang namanya wanita baik-baik kalau dia hamil di luar nikah bahkan tidak tahu siapa ayah bayinya itu."

Dita yang baru saja datang dan masih berdiri di dekat pintu rumah Rama yang terbuka, begitu terkejut mendengar perdebatan antara Rama dan mamanya.

Wanita yang di tampung Rama, entah siapa yang menghamilinya, dan dia bernama Kania.

Dita menutup mulutnya yang sedikit terbuka. Serasa mimpi mendengar kenyataan yang baru saja terungkap selama lima tahun lamanya.

Keberadaan Kania dan keadaannya.

Ternyata selama ini Rama tahu dimana Kania berada. Bahkan dulu di saat semua orang bingung mencari Kania, sebenarnya Rama tahu dimana Kania berada.

Dan lagi, Rama mencintai Kania.

Satu kenyataan lagi yang membuat hati Dita seperti di tusuk ribuan pisau tajam. Sakit dan hancur.

Tapi ada yang lebih penting dari perkara hati. Yaitu Kania, sahabatnya.

🌼🌼🌼

1
Ani Sifa
gue berharap endingnya Kania sama Devan walaupun msih menyebalkan critanya ini😀🙏🏻
Ani Sifa
2episode guwe bisa mewek baca ini..😭bayangin ketemu adiknya yg lama g bisa ketemu....gustiii
Ani Sifa
mulek,kenapa kesannya bu Hanum yg mengendalikan anaknya,bbrp tahun jg kok Devan njiteb wae🙆🏻
Ani Sifa
pilotnya adiknya Kania mungkin
Ma Em
Luar biasa
Ragil Kuning
jangankan dunia novel, yg jelas" lbh banyak cerita sekedar hiburan..
di dunia nyata aja banyak tuh samaan nama..
gak ush peduliin nyinyiran orang thor, anggap aja tuh orang bnr" ngehayati cerita kamu
Ragil Kuning
Luar biasa
Ragil Kuning
hati, mulut sama otak devan minta diuleg cabe sekilo itu mah
Wiwik Retno Eni
Luar biasa
nengkirana
lah kan ditinggalin duit ya. kmana itu duit?
Icha Arlita
Luar biasa
Icha Arlita
ampun bang jago 🤣
Mazree Gati
kata katanya bikin jijik,klo sampai nikah sama devan jgn bikin novel thorrr,,,kaya ga ada laki lain
Mazree Gati
sekolah ma tergantung otaknya ga harus sekolah elit,,jgn mau kania pulang aja kasihan toko kuenya
Atiek Sariningtyas
Luar biasa
Mega Mendung
Buruk
Icha Veronica
Luar biasa
Julia Juliawati
nah gitu terima itu rizki anugerah dr author walo jln nya, salah
Julia Juliawati
anak kuliahan tp goblok
Julia Juliawati
bodoh knpa g blg di perkosa. mlh bungkam huuh gedek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!