Dendam Si Gadis Penggoda

Velo tersenyum menyambut kepulangan Rigo di apartemen miliknya, masih sama Seperti sebelumnya, Velo akan menggunakan pakaian yang begitu ketat. Bayangkan saja, dress dengan dada atas terbuka dan hanya ada tali kecil di sana, begitu ketat membentuk tubuhnya, sial! Dadanya lagi-lagi tidak menggunakan penyangga sehingga ujungnya begitu nampak berbentuk jelas.

" Selamat datang, suamiku? " Velo kembali tersenyum, dan dengan segera dia memeluk lengan Rigo.

" Tidak usah memamerkan barisan gigimu seperti itu, kau pikir aku senang sekali datang kesini hah?! Kalau saja kau tidak terus mengancamku, mana mau aku datang kesini. " Rigo mencoba menyingkirkan tangan Velo, tapi begitu cepat tangan Velo sudah kembali ke lengan Rigo dan kembali lekuk memeluknya.

Rigo menatap sebal, sementara Velo kembali tersenyum.

" Suamiku tersayang, aku tidak memaksamu pulang ke sini loh hari ini. "

Rigo menatap Velo dengan dahinya yang agak mengeryit.

" Jadi aku boleh pulang ke apartemenku sendiri? " Rigo sudah menarik tangannya dari pelukan Velo, bahkan dia juga sudah berbalik badan ingin cepat pergi dengan kekuatan cahaya jika bisa.

" Tapi karena mangsa sudah masuk ke kandang singa, maka singa mana yang akan melepaskan mangsanya? "

Rigo membeku tak jadi melangkahkan kaki. Sialan! Wanita penggoda seperti Velo memang paling pandai menggunakan kata-kata dan mengolahnya untuk menyerang lawan bicaranya. Licik! Tapi sungguh kesal sekali karena tidak bisa membalas ucapan Velo, yah mungkin karena beberapa waktu ini dia terus bersama dengan Selena yang begitu lembut, dan bicaranya sangat sopan berbanding terbalik dengan Velo sehingga dia tidak terbiasa dengan Velo, aduh! Tidak, lebih tepatnya lagi Rigo sama sekali belum pernah bertemu dengan wanita yang super tidak tahu diri tapi begitu percaya diri seperti dunia milik sendiri! Uh, mampus! kenapa juga malah merangkai puisi?

" Dasar wanita penggoda, ular berbisa, ratu ular kobra, bagiamana bisa bibirmu tersenyum lagi dan lagi padahal semua ucapan yang keluar dari mulutmu sangat menjengkelkan untuk di dengar. " Rigo membuah nafasnya, bagaimanapun memang kalau bicara dengan Velo tidak akan menemukan jawaban yang pas seperti yang dia inginkan. Jadi mau tidak mau dia hanya bisa secara langsung saja menyampaikan perasaan tidak sukanya terhadap Velo.

Velo terkekeh seolah ucapan Rigo gak ada artinya, dia kembali meraih lengan Rigo dan membawanya masuk ke dalam kamar.

" Kenapa tiba-tiba membawaku ke kamar? kau ingin melakukan apa hah?! Aku lelah, aku butuh istirahat karena besok adalah hari Senin, aku harus banyak istirahat supaya kerjaku besok tidak berantakan karena ngantuk! "

" Mandilah dulu, makan malamnya akan datang sebentar lagi. Jangan begitu khawatir, suamiku sayang, aku tidak suka menerkam laki-laki bau setampan dan sekaya apapun dia. " Velo mengakhiri ucapannya dengan senyum yang pastinya akan terlihat menyebalkan bagi Rigo.

" Apa-apaan sih?! " Gerutu Rigo begitu Velo keluar dari kamarnya.

Velo membukakan pintu Karen makanan yang dia pesan sudah datang, satu set baju tidur untuk Rigo gunakan setelah mandi nanti. Setelah menerima makanan dan juga baju untuk Rigo, Velo kembali masuk ke dalam untuk meletakkan pakaian di atas tidur. Tadinya Velo ingin langsung kembali ke meja makan dan menyusun makan malam untuk mereka berdua, tapi dia tak sengaja melihat ponsel Rigo berbunyi, lalu mati dan ada pesan masuk.

Velo meraih ponsel milik Rigo, mencoba memasukan kode pengamanan sesuai angka ulang tahun Selena, dan yah! Ternyata benar-benar terbuka.

" Dasar budak cinta! " Gumam Velo seraya membuka pesan yang ternyata di kirimkan Selena karena sebelumnya dia dua kali mengubungi Rigo dan tidak mendapatkan jawaban.

Kak, besok kita makan malam bersama ya? Ada hal yang ingin aku bicarakan.

Velo tersenyum miring membaca pesan itu, lalu Velo mengetik balasan untuk Selena.

Oke, Babe. I love you!

Setelah selesai mengirim pesan itu, Velo tersenyum sendiri. Bagaimanapun, seorang Selena tidak akan menggunakan panggilan semacam itu saat berpacaran kan? Dia yang menjaga sekali citranya tentu akan memanggil kekasihnya dengan sebutan yang sangat sopan. Kak? Apakah iya Rigo jadi memanggil Selena dik?

" Salah paham lah Selena, aku menantikan pertunjukan yang cinta monyet dari kalian berdua. "

Velo meletakkan ponsel Rigo ke tempat semula.

***

Selena menghempaskan ponselnya ke atas tempat tidur, dia mengigit kuku Ibu jarinya dengan air mata yang jatuh dengan mimik begitu syok. Ini adalah kali pertama Rigo memanggilnya babe, bukankah selama ini panggilan mereka biasa-biasa saja? Sebenarnya Rigo salah ketik, atau dia salah mengenali nomor telepon? Dulu, Rigo adalah pria yang begitu mudah bergonta ganti pasangan, Dia memiliki banyak penggemar wanita di manapun dia berada, Tapi semenjak mengenal dirinya dia yakin benar Rigo sudah banyak berubah. Lalu apa ini?

Selena mondar mandir ke kanan ke kiri memikirkan betapa banyak perubahan dari Rigo selama beberapa hari belakangan ini. Tanda merah di leher, bibir terkena lipstick dan bengkak, sekarang salah menyebut panggilan untuknya?

Tidak, Selain Rigo cinta pertamanya, Rigo adalah satu-satunya pria yang dia inginkan karena beberapa hal. Pertama wajah mereka yang begitu cocok, hobi yang sama, Rigo yang begitu menghargainya tidak seperti dia dengan wanita lain sebelumnya. Semenjak dia berpacaran dengan Rigo, dia semakin sering menjadi pusat perhatian karena keberuntungannya dalam hidup, dan kalau Rigo berselingkuh, orang akan salah paham dan meragukan karakter yang selama ini melekat padanya kan?

" Aku harus cari tahu, aku tidak boleh diam terus karena nantinya aku yang akan rugi karena kehilangan Rigo. " Gumam Selena lalu kembali meraih ponselnya.

***

Rigo lagi-lagi tak bisa mengangkat telepon dari Selena karena sekarang dia sedang makan malam bersama Velo, sedangkan ponselnya berada di dalam kamar dan tidak mengangkatnya telepon dai Selena membuat Selena semakin gelisah ketakutan sampai tubuhnya gemetar.

Setelah selesai makan malam, Rigo tadinya ingin langsung masuk ke dalam kamar, melihat ponselnya sebentar lalu tidur setelahnya. Tapi, Velo tiba-tiba saja memeluk pinggangnya bahkan sebelum tangannya berhasil menyentuh handle pintu.

" Velo, aku kan sudah bilang kalau aku lelah. Besok pagi hari senin, pekerjaanku pasti akan banyak sekali. "

Velo tak menyingkirkan tangannya, justru dengan cepat dia menyusupkan tangannya lewat celana yang pinggangnya begitu mudah longgar.

" Velo! Kau jangan-jangan sengaja memesan baju tidur dengan model begini supaya kau bisa dengan mudah melakukan ini ya?! " Rigo menahan tangan Velo jangan sampai dia mengerakkan benda keramat miliknya karena akan jadi panjang urusannya nanti.

Tak kehabisan akal, Velo menjalankan satu tangannya mengusap dengan gerakan begitu lembut menggoda membuat Rigo merinding dan tidak tahan lagi untuk menahan satu tangan Velo dengan kedua tangannya.

" Dapat! "

Velo berhasil bebas mengerakkan bagian yang paling utama itu membuat Rigo tak bisa lagi menolak. Dia diam awalnya, lalu nafasnya mulai tersengal, dan melenguh. Setelah itu dia berbalik meraih lengan Velo, dan membawanya masuk ke dalam kamar.

Bersambung.