"Menikahlah dengan saya, Alara." Ucap Alderio seraya menggenggam tangan Alara.
Alara Sinta Pramudito, seorang mahasiswa tingkat akhir yang memiliki wajah cantik dan sangat manis harus rela melepas kegadisannya akibat kejadian satu malam yang tidak disengaja.
Kejadian yang enggan untuk diingatnya itu justru tidak direstui takdir, ia kembali dipertemukan dengan sang pria sebagai dosen pembimbingnya.
Alderio Gautam Haiyan, pria tampan dengan sejuta pesona yang berprofesi sebagai seorang dosen di universitas bergengsi di kotanya.
Tak menyangka akan bertemu kembali dengan wanita yang menjadi pasangannya malam itu apalagi sebagai mahasiswanya.
Sifat Alara yang tidak menye-menye dan spontan berhasil membuat sosok Alderio jatuh dalam pesonanya.
Lantas bagaimana kisah keduanya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alara mellow
Sepanjang jalan-jalan di mall, Alara tak bisa berhenti memikirkan suaminya yang saat ini sedang marah, ia jadi tidak enak pada Alderio karena pergi dan bukan membujuknya. Bahkan karena terlalu memikirkan suaminya, Alara tak fokus memilih baju dan lebih banyak melamun.
"Alara." Panggil Reina menyadarkan Alara dari lamunannya.
"Eh iya, apa?" sahut Alara mengangkat dagunya sebentar.
"Lo kenapa melamun aja sih, katanya tadi mau beli baju, atau lo mau ke ramen langsung?" Tawar Reina sambil tetap memilih baju yang akan ia beli.
Alara menggelengkan kepalanya, ia kini tidak berniat melakukan apapun, apalagi ia kan sudah masak di rumah, masa makan diluar.
"Na, gue balik ya." Ucap Alara pamit.
"Cabut, lo bercanda? Kita baru aja kesini loh." Balas Reina keheranan.
"Gue lupa masih ada urusan, next time kita belanja bareng lagi, sekarang gue harus pergi." Ujar Alara lalu pergi menuju kasir untuk membayar belanjaannya.
Setelah membayar dua buah baju yang ia ambil, Alara langsung pergi dan tak lupa melambaikan tangannya kepada Reina. Ia sudah memesan taksi online dan sepertinya tidak akan lama untuk sampai ke mall.
Benar kata Alara, taksi pesanan ya tak sampai 10 menit sudah datang, ia buru-buru masuk dan meminta pada sang sopir taksi untuk lebih cepat sedikit karena ia harus buru-buru sampai di rumah.
Sesampainya dikawasan apartemen, Alara langsung berlari masuk ke dalam, ia sudah membayar ongkos taksinya melalui pembayaran online jadi tidak perlu memakai uang cash.
Alara sampai di depan pintu apartemennya dengan nafas tersengal-sengal, ia menarik nafas lalu membuangnya perlahan. Setelah dirasa cukup tenang, Alara masuk ke dalam rumahnya.
"Mas." Panggil Alara namun tak mendapat sahutan.
Alara melihat ke arah dapur, ia membuka tudung saji yang menutupi masakannya dan ternyata masih utuh, itu artinya Alderio memang benar-benar marah sampai tak mau makan.
Alara beranjak dari dapur menuju kamarnya, ia melihat Alderio sedang tidur sambil memeluk guling. Alara meletakkan belanjaannya di sofa lalu membuka cardigan yang ia gunakan, ia ikut naik ke atas ranjang dan berbaring di sebelah Al.
"Serem banget sih kalo lagi marah." Bisik Alara mengusap wajah tampan suaminya pelan.
Alara ikut memejamkan matanya dan langsung tertidur, tangannya masih berada di wajah Al karena sudah keburu mengantuk.
Hari semakin malam, namun pasangan suami istri yang kini saling berpelukan tampak enggan membuka mata mereka masing-masing. Si pria yang awalnya sedang marah justru luluh setelah melihat istrinya tertidur sambil memegang wajahnya.
Alara menggeliat, perutnya sedikit sakit karena belum makan sejak tadi sore, ia baru makan di rumah Mama Dania siang tadi dan kini hari sudah malam. Perlahan Alara bangkit dari posisinya, ia duduk lalu melirik ke arah Alderio yang masih pulas dengan tangan melingkari pinggangnya.
"Mas … Mas, bangun. Sudah malam, ayo mandi dan makan." Pinta Alara menggoyangkan badan suaminya pelan.
"Mas." Panggil Alara lagi dan kali ini berhasil membuat Alderio bangun.
Alderio ikut duduk, ia mengucek matanya lalu menatap Alara dengan mata masih menyipit karena baru bangun.
"Mas, bangun yuk. Udah malam, kita kan belum makan." Ajak Alara sambil memegang tangan suaminya.
Alderio mengangguk pelan, ia turun dari ranjang disusul oleh Alara. Ia kira suaminya itu akan langsung mandi dan dirinya akan merapikan tempat tidur, namun siapa sangka, Alderio malah menggendong dan membawanya ke dalam kamar mandi.
"Mas!!" Pekik Alara reflek mengalungkan tangannya di leher sang suami.
"Mandi bareng, sebagai hukuman kamu udah buat aku kotor sama tepung." Bisik Al lalu menggigit telinga istrinya.
Alara kegelian, ia menggeliat namun tak banyak protes terutama di kamar mandi. Wanita itu terlihat pasrah menerima segala bentuk aksi suaminya, dibawah shower, didepan cermin dan di bathub, ada saja tempat yang Alderio pilih untuk mengajak istrinya panas-panasan.
Setelah selesai, Alara dibantu suaminya berpakaian meski ia juga harus merasakan icip-icip dari suaminya yang masih belum puas.
"Mas, udah dong. Aku capek nih, kamu nggak kira-kira." Pinta Alara lemas.
"Iya, Sayang. Abisnya aku gemes sama kamu, rasanya mau kurung terus gigit." Sahut Alderio mengecup bibir istrinya cepat.
Alara menggelengkan kepalanya pelan, tak habis pikir bagaimana Alderio memiliki tenaga yang begitu besar, ia saja lemas dan hampir pingsan, namun suaminya itu malah terlihat segar.
"Kamu duluan aja ke meja makan, aku harus rapikan tempat tidur." Tutur Alara berjalan pelan ke arah ranjang.
Alderio memeluk istrinya lagi dari belakang, salah satu kebiasaan yang selalu membuat Alara jangkel, apalagi jika dirinya sedang melakukan sesuatu seperti sekarang.
"Mas, udah dong. Kamu ini gangguin aku terus, tapi giliran aku ganggu balik malah marah. Hiks …" tangis Alara terdengar menusuk ditelinga Alderio.
Alderio terkejut, ia membalik badan istrinya lalu membawa Alara ke dalam dekapannya, ia usap lembut punggung Alara sambil puncak kepala nya ia berikan ciuman penuh kasih sayang.
"Maaf, Sayang. Aku nggak ada maksud gangguin kamu, iya-iya aku salah." Bisik Alderio beralih mengusap lengan istrinya.
Alara tak banyak bicara, tangannya melingkari pinggang Aldi sebagai balasan pelukan dari suaminya, entahlah ia juga bingung mengapa bisa tiba-tiba menangis.
"Sudah, kamu istirahat 'ya. Biar aku bawa makanan nya ke kamar, kamu kelelahan dan butuh istirahat." Tutur Alderio lembut.
Alara tak menjawab, namun ia juga tak menolak saat Alderio menarik tangan nya menuju ranjang dan memintanya untuk naik.
"Tunggu disini, aku ambil makanan dulu." Tutur Alderio mencium kening istrinya dalam.
MBAK ALARA KOK JADI MELLOW, KAYAK ....
To be continued