" Apa kamu akan menyerah begitu saja mas? Setelah sepuluh tahun pernikahan kita." pertanyaan pelan namun bak batu besar menghantam kepalanya.
Akhyar Aksana pun terdiam membeku tanpa suara. Jujur dia bingung harus menuruti ibunya atau mendengar nasihat istrinya. Namun tidak di pungkiri, dia juga menginginkan kehadiran buah hati.
Happy reading stronger.
#Air mata pernikahan #Penyesalan suami
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon naisa strong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alma
" Rin," panggil Regi kepada Zahrin yang hendak pulang kerja.
Zahrin pun berhenti. " Ada apa?"
" Maafkan mama ku ya Rin." Regi yang tidak enak dengan Zahrin.
Mendengar hal itu Zahrin hanya melepas senyum. " Ibu kamu benar Regi, lagi pula saya memang akhir-akhir ini bekerjanya tidak beres. Tapi setelah apa yang ibu kamu katakan, ibu kamu ada benarnya. Dan sepertinya, mulai besok ... aku harus melupakan masalah ku semuanya. Aku harus mengikhlaskan mas Akhyar yang sudah menikah dengan Nurma." Meskipun sangat hati-hati Zahrin mengatakannya. Namun Zahrin mantap akan mulai menata masa depannya.
Membuat Regi berbinar, dalam hatinya berkata Iyes. Akhirnya nama Akhyar tersingkirkan dengan sendirinya dari hati Zahrin. Tanpa dia repot-repot berusaha membujuk Zahrin supaya menghapus nama Akhyar Aksana. " Baguslah Rin, kalau akhirnya kamu tersadar. Masa depan kamu masih panjang. Dan laki-laki bukan Akhyar Aksana saja. Masih banyak kan laki-laki yang lebih dari Akhyar Aksana." Regi yang dengan gamblang mengatakannya. Padahal batinnya berbicara. Aku Rin ... Aku. Aku suka sama kamu Rin.
" Terimakasih ya Regi. Meskipun kamu anak dari ibu Olivia. Kamu baik sekali sama aku."
Kapan sih Rin kamu sadarnya?
Aku bersikap seperti ini karena aku kagum sama kamu.
Aku bisa menggantikan mantan suami mu. Akhyar Aksana.
Seribu kali lebih baik malahan.
Bodoh banget dia. Menyia-nyiakan istri sebaik dan semanis kamu.
batin Regi.
" Sama-sama Rin."
" Ya sudah, aku pulang duluan ya Regi."
" Hati-hati Rin!" seraya melambaikan tangannya kepada Zahrin dan dibalas senyum oleh Zahrin.
.
.
Di rumah Ibu Reta.
" Jadi kamu terima tawaran atasan kamu mas?" tanya Nurma seraya memberikan secangkir kopi untuk Akhyar.
" Iya Nur, karena hanya kali ini kesempatan ku, kata pak Rony. Maafkan aku ya, kalau aku tidak bisa antar jemput kamu." Akhyar yang mendongak ke wajah Nurma yang berdiri di sisinya.
" Iya mas, nggak apa-apa."
" Tadinya aku mau menolaknya, karena mengingat kamu sedang hamil. Tapi setelah aku pikir-pikir, kesempatan ini sudah tidak bisa datang lagi. Makanya langsung aku iyakan tawaran pak Rony. Dan sudah aku putuskan, jika kamu naik ojek online atau naik sepeda motor sendiri." Akhyar menambahkan.
" Iya mas, tenang saja. Untuk sementara karena sepeda motor ku di rumah ibu, jadi aku akan naik ojek online."
" Terimakasih ya Nur, atas pengertian kamu." Akhyar yang tersenyum mendongak kembali menatap Nurma penuh kasih sayang. Dia benar-benar bahagia, karena Nurma ternyata tidak jauh beda dengan Zahrin yang pengertian pula kepadanya.
" Sama-sama mas," jawab Nurma yang membalas senyum yang sama kepada Akhyar suaminya.
.
.
Berbeda dengan Zahrin. Yang akan menumpahkan tangisnya malam ini sebanyak-banyak yang dia mampu. Dan berjanji pada dirinya sendiri, dia tidak akan menangisi perceraian nya dengan Akhyar kembali.
Zahrin pun menangis sesenggukan di dalam kamar kost nya. Dia benar-benar mengingat semua memori indah bersama mantan suaminya, Akhyar Aksana. Dari pertama mereka bertemu, yang ternyata Akhyar adalah kakak kelas Zahrin saat keduanya duduk dibangku SMA. Kedekatan mereka berlanjut dengan Akhyar yang kuliah sambil bekerja serabutan dan Zahrin yang langsung memutuskan bekerja mengingat hanya tinggal bersama ayahnya saja yang sudah tua.
Hingga keduanya menikah, meskipun terlihat sekali jika ibu Reta memang tidak begitu menyukainya sejak dulu. Namun mas Akhyar terbilang nekat menikahinya, tanpa mengindahkan kata ibunya.
Alhasil seperti ini. Sepuluh tahun bersama membangun biduk rumah tangga. Berujung kata cerai dan menyerah dari mas Akhyar mantan suaminya.
Zahrin kemudian membaringkan tubuhnya sembari masih menangis pelan mendekap dirinya sendiri yang tidak menyangka jika dirinya kini sudah berstatus janda.
.
.
Keesokan pagi di rumah ibu Reta.
Ibu Reta bahkan tidak melihat Akhyar putranya. " Nurma, Akhyar sudah berangkat?" Ibu Reta yang celingukan mana tahu Akhyar masih di dalam kamar.
" Oh, iya Bu. Semalam dia belum sempat cerita ke ibu. Karena ibu semalam keluar. Mas Akhyar sekarang naik jabatan jadi pengawas, tapi di pindah kerjanya, di kantor cabang. Jadi dia harus berangkat lebih pagi Bu," Nurma menjelaskan.
" Syukurlah kalau Akhyar sekarang naik jabatan. Kamu yang sabar ya Nur. Kamu bisa berangkat dengan ibu ke rumah sakitnya."
" Iya Bu, kalau kita pas sama shift nya saja. Ini saya berangkat dulu ya Bu, saya sudah pesan ojek online," seraya mencium punggung tangan ibu mertuanya.
Sementara Akhyar yang baru saja sampai di tempat parkir kantor baru nya. Melepas helm dan mengedarkan pandangannya ke seluruh area depan kantornya yang cukup luas.
Tiba-tiba muncul seorang wanita muda yang mengguncang punggung Akhyar. " Mas ... Mas, tolong mas! Ayo cepetan mas! Ayo!" kata wanita itu dengan terus mengguncang lebih keras punggung Akhyar supaya Akhyar memakai helmnya.
" Siapa kamu?" Akhyar yang masih sempat bertanya.
" Nanti saya kasih tahu! Dan sekarang juga jalan kan sepeda motor kamu! Cepat!"
Bersamaan teriakan seorang pria tua yang sepertinya memanggil wanita itu. " Alma ... Alma ... Alma!" teriak papa Alma, Pak Hanung Nurmantio Pemilik dari PT. Mebel Sejahtera kepada putrinya.
Ya. Alma, anaknya enggan disuruh bekerja mengelola mebel miliknya. Minimal, Alma membantu bagian keuangan atau bagian apa saja, ketimbang dia menganggur di rumah. Hitung-hitung, supaya dia sedikit demi sedikit bisa mengerti tentang yang namanya dunia bisnis. Alih-alih Alma mau. Alma malah kabur dengan seorang pria yang Hanung bahkan belum mengenal siapa pria yang sempat parkir sepeda motor di area parkir kantornya.
Ngeng
Di dalam perjalanan Alma dan Akhyar.
" Kita mau kemana?" tanya Akhyar yang bahkan berteriak karena jalanan cukup ramai.
" Sudah ... sudah kita berhenti di depan saja!" jawab Alma yang takut karena dia tidak memakai helm. Dia takut, kalau dia dan pria itu bisa dikejar oleh polisi lalu lintas.
Tidak lama, Akhyar pun meminggirkan sepeda motornya. Melepas helm dan pengaitnya. " Sebenarnya kamu siapa sih? Aku bisa terlambat dan di pecat gara-gara kamu," ketus Akhyar yang langsung main nerocos saja, padahal helmnya baru saja nyantol di spion kanan sepeda motornya.
Mendengar itu, Alma bahkan tidak marah sedikit pun. Mendengar laki-laki yang tengah ngomel-ngomel karena ulahnya. Semakin dia gemas ingin membuat kesal terus itu pria.
Barulah Akhyar menoleh ke belakang, karena wanita itu tidak kunjung menjawab pertanyaannya.
Betapa kedua mata Akhyar langsung terkejut namun berhasil dia sembunyikan. Belum lagi tenggorokannya yang terasa susah payah untuk menelan ludah.
Untuk pertama kali, Akhyar melihat wanita yang dia bonceng ternyata seorang gadis yang sangat cantik dan itu terlihat dari kulit wajahnya yang mulus, putih bersih tanpa jerawat batu pernah membekas di area wajahnya.
Belum lagi rambutnya, yang terurai dan beberapa helai sedikit terbang-terbang karena hembusan angin yang silir-silir.
Akhyar bahkan sempat tak berkedip. Namun dia cukup sadar, jika wanita yang masih dalam boncengan sepeda motornya pasti anak kuliahan, karena terlihat dari wajahnya yang baby face dan terlihat masih ingusan.
" Kenapa lihat-lihat?" ketus Alma yang sengaja membuat itu pria semakin terlihat sebal.
Namun bukannya bertambah sebal, Akhyar malah semakin dibuat salah tingkah. Semakin canggung, karena bagaimana bisa? Dia baru pertama kali sampai di kantor barunya. Dia harus bertemu dengan wanita yang mengajaknya berlari dari kejaran seorang pria.
" Kalau begitu kamu turun sini! Dan aku akan kembali ke kantor. Kamu tahu? Aku bisa kehilangan pekerjaan jika aku terus-terusan berada di sini dengan kamu," ketus Akhyar kembali yang dengan paksa menyuruh anak ingusan di belakangnya cepat turun.
Membuat Alma pura-pura tidak mendengar. Dan dia masih saja duduk santai di boncengan motor yang tengah berhenti.
" Apa kamu tuli?" Akhyar yang tampaknya harus berkata kasar guna mengimbangi gadis ingusan yang tengah duduk santai pura-pura tidak mendengar.
" Iya ... Iya, nggak usah pakai urat," ketus ulang dari Alma.
Awas saja kamu.
Aku akan kerjain kamu habis-habisan dan aku akan jawab iya, untuk bekerja di pabrik papa.
seringai Alma yang kemudian turun dari boncengan sepeda motor Akhyar.
Akhyar pun tanpa pikir panjang, langsung meninggalkan wanita itu dan melenggang kembali ke kantornya.
.
.
PT. Mebel Sejahtera.
Kantor Cabang.
" Jam berapa ini?" Terlihat jika pak Hanung sangat marah kepada Akhyar yang baru datang.
BERSAMBUNG
Aku bahagia kau menderita mas.
Syukuri mati sekalian sama kamu juga mas.
hehehe....... aku benci banget dengan keluarga Akhyar. Keluarga nggak ada akhlak
kasian se x nasib mu almaaaa