Arinsa, sorang dokter residen tahun ke-4 meninggal karena kelelahan. Tapi dia tiba-tiba membuka matanya dan melihat suasana yang jauh berbeda dengan kehidupan sebelumnya.
" Weeeh dimana ini, bukannya aku sudah mati? Beeeuh diiiingiiin."
Awalnya Arinsa tidak bisa mengetahui situasi nya hingga dia mendapatkan semua ingatan dari tubuh ini.
" Putri terbuang, dasar bajingan. Mereka yang tidak bisa mengendalikan kelaminnya tapi anak yang jadi korban. Tenang saja Arinsa, nama kita sama-sama Arinsa. Aku akan membalas semua rasa sakit hatimu. Dan kamu bisa istirahat dengan tenang. Kerajaan ini, akan aku hancurkan dengan tanganku."
Bagaimana cara Arinsa bertahan hidup dengan status barunya sebagai Putri Arinsa De Rouglas?
Dan bagaimana cara dia membalas dendam pemilik tubuh asli yang sudah diabaikan oleh keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAP 28
Matahari yang menyingsing, sebagai tanda rombongan Arinsa harus mulai membereskan barang bawaan mereka dan kemudian kembali berjalan. Tujuan mereka adalah gunung tertinggi yang ada di balik bukit es ini. Konon di gunung itu terdapat sebuah kawah, dan disanalah Naga Es berada.
" Semua sudah siap! Mari kita bergerak."
Groooo
Sraak sraak
Telinga semua orang jelas bisa mendengar, bahwa suara yang baru saja masuk ke telinga mereka adalah suara dari monster.
" Sial, mereka agaknya memang menunggu kita," umpat Glen kesal.
Arinsa sedikit bergidik saat mendengar suara tersebut. Kalau untuk menghadapi manusia, mungkin dia bisa. Namun untuk monster, selama ini dia hanya memba melalui buku saja dan melihatnya di televisi sebagai makhluk fiksi dan fantasi si penulis cerita.
" Seperti apa bentuknya ya?" Gumam Arinsa penasaran.
" Kalian harus hati-hati, mau tidak mau kita tetap harus melanjutkan perjalanan."
" Baik Yang Mulia!"
Glen tetap memimpin jalan, menggunakan petunjuk arah dari penyihir, ia suah tahu jalan mana yang harus dilewati mereka. Dengan penuh kehati-hatian mereka berjalan terus.
Groooo
Suara monster kembali terdengar. Dan kali ini suara itu terdengar begitu dekat. Tanah salju yang mereka injak pun seperti bergetar. Semakin lama getarannya semakin terasa.
Sraak sraak
Grooooo
Akhirnya makhluk itu pun muncul juga. Arinsa nampak takjub melihat monster-monster yang muncul itu. Ia tidak terlalu terkejut. Hanya sedikit aneh saja. Monster-monster itu berbentuk seperti hewan buas pada umumnya, hanya saja sedikit ada modifikasi.
Ada kambing dengan tanduk yang sangat panjang namun mereka berjalan dengan kedua kaki dan bukannya empat kaki. Ada seekor beruang kutub namun mereka juga memiliki tanduk melingkar, ditambah ada helai rambut sepeti kuda.
" Semacam rekayasa genetika," gumam Arinsa lirih, namun yang pasti mereka menyeramkan. Gigi taring yang tajam dan berliur, ditambah mata merah yang menyala.Ya semua memiliki kemiripan di sana.
" Semua bersiap melawan, Tuan Putri, kali ini kau harus menggunakan pedangmu," ucap Glen sambil melihat ke arah Arinsa. " Dan kau juga Glencia, bergerak dengan fokus, jangan membabi buta," imbuh Glen yang kini melihat ke arah saudara kembarnya.
Arinsa dan Glencia mengangguk paham. Sebenarnya ini sama-sama untuk pertama kalinya bagi keduanya menggunakan kemampuannya melawan monster. Glencia belum pernah sekalipun ikut Glen dalam perang pembasmian karena dia memng fokus pada bisnisnya.
" Ini tidak akan mudah, Arin. Kita harus lebih waspada."
"Ya, aku tahu Glencia."
Hiyaaa
Grooo
Trang trang
Suara pedang beradu, saking fokusnya mereka dengan pertempuran masing-masing, Arisna dan Gencia tidak sadar bahwa mereka menjauh satu sama lain. Saat Airinsa menoleh ke samping, ternyata Glencia tidak berada di sisinya. Glencia berada di jarak setidaknya 10-15 meter dari dirinya berdiri. Namun saat ini dia tidak boleh berpikir tentang hal lain dan fokus dengan monster yang ada di depannya. Melihat kemampuan Glencia, Arinsa yakin gadis itu mampu menjaga dirinya.
Sreeet
Green
Craaaas
Arinsa terpaku saat darah monster memuncrat oleh tebasan sebuah pedang. Dan dia baru sadar bahwa saat ini tubuhnya sudah ada di pelukan Glen.
" Fokus Tuan Putri, hampir saja kamu kena serangan dari monster itu."
" Eh, oh ya, maafkan saya.Terimakasih Tuan Duke."
Degh!
Dada Arinsa berdebar dengan sangat cepat sekarang ini. Tangan Glen yang menyentuh tubuhnya terasa hangat. Dan entah mengapa wajahnya menjadi sedikit panasa.
" Oh Ayolah Arinsa, aku tahu kau jomblo selama 24 tahun ( umur Arinsa modern), tapi bukan gini juga ngarasa deg-degan karena dipegang cowok. Inget, ini keadaan terdesak."
Arinsa bicara dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri. Arinsa tahu betul kalau Glen adalah pria tampan yang sempurna, namun selama ini dia sama sekali tidak memiliki rasa apapun kepada pria itu karena tujuannya hanya satu yakni menghancurkan Rou.
"Fokus fokus."
" Kau kenapa lagi Putri?"
"Ya?"
Arinsa terkejut saat mendengar pertanyaan Glen. Ia pikir pria itu sudah pergi ke sisi yang lain, tapi ternyata dia masih berada di sisinya.
" Ti-tidak apa-apa. Hiyaaat."
Beruntung ada monster yang mendekat, jadi Arinsa bisa mengalihkan pembicaraan dengan tepat.
Agaknya perlawanan melawan monster ini tidak mudah selesai. Para monster berdatangan setelah mendengar suara salah satu monster yang memanggil.
"Sial, tidak ada habisnya," gerutu Glen.
Arinsa jelas mendengar itu, dia pun merasa demikian. Padahal tenaganya sudah hampir habis karena sedari tadi sudah melawan. Arinsa kembali melihat dimana Glencia berada. Ia bernafas lega saat Glencia tidak kesulitan. Namun ada sesuatu yang tiba-tiba mengarah ke gadis itu. Sebuah gada besar yang dilempar oleh monster.
" Glencia!!!! Awaaaas!!!
Dugh!
Bruuk!
" Kau selalu ceroboh."
TBC
wow apakah naga es disana? lagi kak jadi g sabar nih /Proud/
ayo reader sawerannya biar othor semangat /Kiss/
semoga tidak akan menjadi bibit hama untuk kehidupan arinsa /Sweat/
kangen banget nih, Ama othor juga walaupun lebih banyak Ama babang Glen /Smirk//Sly/