NovelToon NovelToon
Istrinya Polisi?

Istrinya Polisi?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cinta Paksa / Beda Usia / Kehidupan Tentara / Slice of Life
Popularitas:394.5k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Aya tak pernah menyangka sebelumnya, sekalipun dalam mimpi. Jika kepindahannya ke kota kembang justru menyeretnya ke dalam kehidupan 'ibu merah jambu'.

Kejadian konyol malam itu, membawanya masuk ke dalam hubungan pernikahan bersama Ghifari yang merupakan seorang perwira muda di kepolisian. Suka duka, pengorbanan dan loyalitas menjadi ujian selanjutnya setelah sikap jutek Ghi yang menganggapnya pengganggu kecil.

Sanggupkah Aya melewati hari-hari yang penuh dedikasi, di usia muda?

~~~~~
"Kamu sendiri yang bilang kalau saya sudah mele cehkan kamu. Maka sebagai perwira, pantang bagi saya untuk menjadi pengecut. Kita akan menikah..."

- Al Ghifari Patiraja -

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Recovery

Netra bulat Aya masih meneliti, apakah itu sarang laba-laba atau hanya debu yang nyangkut di atas plafon kamar. Yang jelas bentuknya kok kaya---bayi....

NGACO!

Abang jangan abang...

Stop sakit...

Aya masih sekolah...

Dorongan tangannya tak berbuah apapun, sia-sia belaka karena Ghi sama sekali tak menghentikan aksinya memompa Aya.

Apakah semalam Ghi membuang semuanya di dalam? Aya benar-benar ingin mengusir dan mengenyahkan kejadian semalam dari otaknya.

***

"Mama sangat kenal Ghi, dia itu keras kepala, kekeh sumekeh, teguh pendirian kaya papa. Kalo udah a ya a...terkesan galak menurut orang padahal versinya dia itu tegas. Tapi gitu-gitu juga, dia tuh bisa manja loh, Ay..."

"Inget ngga waktu dulu sakit, suka ngintilin mama sampe ke dapur, padahal dianya lagi pusing, demam...cuma karena ngga mau ditinggal, cuma karena pengen gelendotan terus..."

"Ghi itu pinter sejak kecil, secara akademik, makanya sekarang jadi perwira. Tapi orang pinter ngga jamin bisa pinter ngertiin orang juga."

"Aya tau, Ghi itu pendiem, lebih banyak diemnya, dari dulu. Ngga banyak ngomong sama orang, tapi banyak aksinya. Dia ngga pandai berkata-kata apalagi bujuk dan rayu-rayu orang. Mama tau, Aya paham banget...soalnya Aya dulu pernah sampe bilang ke mama waktu masih kecil, kalo...."

Ekhem, mama berdehem demi menirukan suara Aya kecil yang mengadu padanya, "tante tante...Aya mau nikah sama bang ikan. Ya walaupun bang ikan itu judes, galak, sering jailin Aya, tapi bang ikan ganteng, wangi!"

Aya bahkan tertawa malu mendengar cerita dulu, "masa sih? Ah ngga mungkin ma..." Aya membenarkan di lubuk hatinya, jika sejak dulu ia menyukai Ghi bahkan hingga usianya beranjak smp, Ghi tetap jadi pedomannya mencari sosok lawan jenis diantara teman-temannya.

Mama Rena menatap Aya dengan tangan yang sudah mengelus-elus kepala Aya sayang, meski ucapannya itu seperti sedang mendongeng namun Aya tau, ada maksud dan tujuan tertentu di balik cerita mama kali ini.

"Kalo lagi ngga betah sama sikap Ghi, cerita ke mama."

Aya menghela nafasnya ingat dengan obrolan tadi, selepas keduanya menikmati pastel, dan papa yang harus menerima panggilan telfon.

Ngga betah ya? Hm...mama Rena sangat tau, tak ada orang yang lebih mengenal Ghi dari Aya, sebab Aya dan Ghi tumbuh bersama meski kemudian keduanya terpisah jarak, namun hal itu tak lantas memutus silaturahmi kedua keluarga.

Aya menggeleng berdecak, tapi tindakan Ghi semalam itu benar-benar kelewat batas! Dan ia cukup dibuat sakit hati, merasa tak dihargai sebagai seorang perempuan.

Aya lantas membalikan badannya, memainkan ponsel dan menyelami dunia maya lewat sosial media.

Jemarinya terarah oleh naluri, mencoba mencari akun sosial media sang suami polisi, apakah ia punya?

"Apa ya namanya?" gumam Aya.

"Ghifari?" ia mencoba mengetik itu di kolom pencarian namun tak menemukan, yang ada...ia justru hanya menemukan nama sebuah sekolah. Ia kemudian mengubahnya beberapa kali, namun nihil. Hingga....

"Ghi Patiraja..." klik!

Sebuah akun muncul dengan foto badan bagian belakang berseragam polisi diantara kantor kesatuan dan tiang bendera negri, dimana bendera itu tengah gagah berkibar.

Namun sayangnya, ia tak bisa mengakses itu lebih dalam lagi, mengingat akunnya di private untuk umum. Se-misterius itu sosok Ghi dari umum.

Hampir Aya mengikutinya, namun ia mengurungkan hal itu ingat jika saat ini ia sedang marah pada Ghi. Apa kata dunia, mungkin Ghi juga akan merasa di atas angin jika itu terjadi.

Semalam Ghi tak pulang, dan Aya cukup dibuat tenang. Pasalnya tengah malam tadi ia dibuat terbangun tiba-tiba di tengah tidurnya, mungkin ia mengalami trauma.

Kali ini, sebuah pesan menghampirinya meski terlambat Aya baca.

Saya dinas luar kota.

Hanya sesingkat itu pesannya. Tak ada penjelasan ataupun keterangan yang memadai untuk Aya cerna, namun itu tak membuat Aya menaruh rasa pedulinya terhadap Ghi, ia masih terlalu sakit, terlalu marah pada lelaki itu.

Seakan tau, bunda yang kemarin baru saja menghubunginya, kembali memberinya pesan.

Ting...

Bunda beli durian, lagi murah-murahnya, jadi inget Aya. Bunda yang kesana atau Aya yang mau kesini? Biar bunda simpenin.

Bersama dengan sebuah foto beberapa buah durian yang belum dikupas sempurna, bunda memberikan emoji sedihnya. Memang baru terasa sekarang, dulu ketika Aya disana, bunda seringnya marah-marah karena Aya yang hampir setiap waktu berulah, namun sekarang...sudah beberapa waktu Aya di kota kembang, bunda merasa kehilangan, terasa sepi tak ada Aya.

Bahkan Ica pun mendadak senyap tak ada lawan bicaranya saat Aya tak ada.

Pesan itu semakin membuat Aya rindu pulang, semua masalah yang mendera termasuk masalah semalam, rasanya---ia ingin memeluk bunda saat ini--- Meski mama Rena begitu baik, tapi ibu sendiri rasanya jauh lebih membuatnya merasa tenang.

"Ma,"

"Ya?"

"Tambah lagi sarapannya Ay," pinta papa Sakti.

"Udah pa, cukup."

"Pa...ma...Aya boleh ijin ke rumah bunda?" tanya Aya, "Aya kangen bunda sama ayah...kangennn banget." ujarnya memelas, meski itu bukan sebuah kebohongan.

Papa Sakti dan mama Rena saling menatap, "weekend nanti diagendakan, biar Ghi yang anter..." Ujar papa, namun sepertinya jawaban itu tak membuat Aya puas, karena jelas ia masih menatap mama dan papa.

"Kalau diijinin, Aya mau pulang hari ini, pa...cuma sebentar. Aya ijin sekolah sehari besok, biar bisa numpahin kangennya sama ayah, bunda, Ica ngga diburu-buru waktu. Aya juga kangen Kinan, sobat lama yang udah lama ngga ketemu sejak Aya pindah." Aya berujar hati-hati, takut ucapannya salah dan menyinggung perasaan mama Rena yang sejak tadi menatapnya getir, seolah tengah mengkhawatirkan sesuatu.

Kini tangan mama sudah merambat memegang tangan Aya, "Aya kangen rumah?"

Aya mengangguk dengan cepat tanpa berpikir, "banget."

"Bukan karena---"

Aya menggeleng dan memotongnya, "Aya oke ma. Senin malam Aya pulang. Biar selasa bisa sekolah." Tukas Aya cepat-cepat, ia tak mau jika ucapan mama berbuah kesalahpahaman dengan papa.

Sejenak papa Sakti melihat Aya sambil berujar tak yakin, "yakin? Ibukota--kota kembang itu 2 jam loh! Belum lagi dari tol ke rumah ayah Rega?"

"Yakin pa. Aya ngga akan cape kok..."

Kembali keduanya saling memandang dengan mama Rena yang mengeritingkan alis pada papa, seolah menyerahkan semua keputusan pada sang suami.

Ia lantas beranjak dari duduknya meninggalkan Aya dan sang istri.

Aya melirik mama Rena, "papa marah engga, ma?"

Gelengan menjadi jawaban mama Rena, "engga kayanya. Papa kayanya mau---"

"Oke. Nanti kamu dianter Yudis ya...bawahan papa." Datangnya lagi segera.

Aya tersenyum, om Yudis pun tak apa lah yang penting ia bisa merehatkan diri dari bayang-bayang Ghi sejenak, terutama bayang-bayang kejadian semalam yang nyatanya mampu menekan mentalnya.

"Makasih pa..."

Dan disini, akhirnya seorang polisi muda bawahan papa Sakti sedang menunggu Aya, tanpa harus angkut-angkut pakaian Aya.

"Kamu mintanya dadakan, jadi mama ngga punya banyak bawaan buat besan." Sesal mama.

Aya mengurai senyuman, "ngga apa-apa, ma. Aya cuma mau main aja. Cuma kali ini mainnya agak jauh..."

"Ghi?" seolah takut jika ada apa-apa dengan kondisi pernikahan anak dan mantunya itu mama Rena bertanya soal Ghi.

"Abang lagi nugas luar katanya. Tadi malem ngasih kabar. Aya belum kasih kabar sama bang Ghi, soalnya takut ganggu. Toh kalo lagi dinas gitu hapenya kadang mati kan? Biar nanti kalo udah nyampe rumah Aya kabarin." Ucapnya tak janji.

Mama Rena memeluk Aya, "apa perlu mama temenin?" Aya menggeleng, "udah ada om Yudis kan.." tunjuknya, "mama nemenin papa aja."

"Hati-hati, sampe rumah cepetan kasih kabar."

Aya mengangguk menyalami, sementara papa Sakti sudah mewanti-wanti bawahannya itu, "hati-hati bawa mantu saya, Yud..."

"Siap ndan!"

"Mari bu.."

Aya berdadah ria masuk ke dalam mobil milik mama Rena yang ia pakai untuk pulang ke rumah bunda. Dengan helaan nafas, Aya menonaktifkan ponselnya.

.

.

.

.

1
Danny Muliawati
kemana neng Mimin blm update bbrpa hr ini
Sari Aliya
kq gx up lagi iya kk
oca rm
kapan up lagi kak
Zee Zee Zubaydah
kok blum up juga kak
'Nchie
haha kasian ica 😄dipenjara aja ca penjara orang2 sholeh biar dpt ustad ganteng plus sholeh
Ika Sembiring
up kak
sitimusthoharoh
dah kebayang serendom ap rumah tanggane merekq berdua.
lanjut
sitimusthoharoh
aya emang beda y kapt wkwkkwkwkwwkwk
lanjut
Anonymous
Up
Defvi Vlog
enak aja minta maaf, ga segampang itu ya ghi
Defvi Vlog
aku aja yg baca sedih sakit bacanya😢
Defvi Vlog
emang c klo suami pulang kerja cape pasti bawaannya emosi, apalagi istri bwt ulah.
Defvi Vlog
tegang berasa nonton film action 🤭
Ika Sembiring
up kakakkk
Yuni Widiyarti
siap2 ay tinggal dirumah sendiri
Yuni Widiyarti
emang ay nya bang ghi segokil itu dak heran aku
oca rm
lanjut kak
Ika Sembiring
up kakak
Ney Maniez
jangan atas nama kan jihadddd please 😭😭😭
lagi sedihhh pengen ketawa ngakak
Rita
sadizzzzz🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!