Renatta Putri Setiawan, seorang gadis berusia 22 tahun. Hidup dalam kemewahan dan kemanjaan dari keluarganya. Apapun yang menjadi keinginannya, selalu ia di penuhi oleh orang tua dan saudaranya.
Namun, suatu hari gadis manja itu harus menuruti keinginan orang tuanya. Ia harus mau dijodohkan dengan seorang pria berusia 40 tahun, agar keluarga Setiawan tidak mengalami kebangkrutan.
Renatta yang membayangkan dirinya akan hidup susah jika keluarganya bangkrut, terpaksa menerima perjodohan itu. Asalkan ia tetap hidup mewah dan berkecukupan.
Gadis itu sudah membayangkan, pria 40 tahun itu pasti berperut buncit dan berkepala plontos. Namun, siapa sangka jika pria yang akan dijodohkan dengan dirinya ternyata adalah Johanes Richard Wijaya. Tetangga depan rumahnya, dosen di kampusnya, serta cinta pertama yang membuatnya patah hati.
Apa yang akan Renatta lakukan untuk membalas sakit hatinya pada pria yang pernah menolaknya itu?
****
Hai-hai teman Readers. Kembali lagi bersama Author Amatir disini.
Semoga cerita kali ini berkenan, ya.
Ingat, novel ini hanya fiksi belaka. Tidak ada ikmah yang dapat di ambil setelah membacanya.
Terima Gaji.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Memilih Gaun Pengantin.
Richard menatap lekat gadis yang sedang mencoba gaun pengantin dihadapannya.
Ia sedang sibuk bekerja, namun sang mama menghubungi dan memaksanya untuk pulang.
Di rumah pria itu, kini Renatta sedang mencoba gaun pengantin yang akan digunakan saat hari pernikahan mereka.
“Pilih saja sesuai keinginan Rena, ma. Aku ikut apa pilihannya.” Ucap pria itu merasa gerah.
Sejak tadi, ia di suguhkan dengan pemandangan menggoda imannya. Gaun yang di coba Renatta, tak ada yang tidak bagus gadis itu pakai.
Semua gaun membuat tubuh Renatta tercetak indah. Menampilkan lekukan tubuh yang membuat Richard kepanasan.
“Ini yang terakhir. Setelah itu, kalian putuskan pilih yang mana.” Mama Luna memberikan sebuah gaun lagi. Kali ini, tanpa lengan dengan bahu terbuka lebar.
Saat Renatta keluar dari kamar, Richard menelan ludahnya dengan kasar. Bentuk tubuh sang calon istri terpampang sangat indah. Apalagi, belahan dada yang terhimpit di depan sana.
Sungguh Richard ingin menarik gadis itu kedalam kamar sekarang juga.
‘Sial. Ternyata Gadis kecilku sekarang sudah berubah menjadi wanita dewasa yang menggoda iman. Untung saja, pernikahan ini tidak mengundang banyak orang. Jadi, hanya aku yang bisa menikmati indah tubuhnya.’
Ia sudah mengenal Renatta sejak gadis itu masih bayi. Meski hubungan mereka tidak dekat, namun dari jauh Richard selalu memperhatikan sang gadis. Tak ada hal yang terlewatkan tentang Renatta. Hal sekecil apapun pria itu mengetahuinya.
“Kamu pilih yang mana, Rich?” Tanya mama Luna kemudian.
“Sudah aku katakan, aku ikut pilihan Rena.” Pria itu melonggarkan dasi yang sejak tadi membelenggu lehernya.
Kemudian ia menatap lekat gadis yang sejak tadi diam menurut apa saja yang di interuksi kan oleh mama Luna.
“Kenapa mama tak menanyakan pendapat Rena? Dia sejak tadi pasti lelah mencoba satu persatu gaun-gaun itu.” Richard menunjuk tumpukan gaun di atas meja.
“Ah, ya. Kamu suka yang mana, sayang? Katakan, apa kamu ingin mencoba yang lain lagi?” Wanita paruh baya itu meminta pendapat sang calon menantu.
Renatta menjawab dengan gelengan kepala.
“Aku terserah om Rich saja, ma.” Ucap gadis itu pelan. Ia tidak tertarik dengan semua ini. Sungguh, walau hanya menggunakan dress malam biasa saja, ia tidak masalah.
Lagipula, hanya pengucapan sumpah pernikahan setelah itu selesai. Tidak perlu terlalu berlebihan seperti ini menurutnya.
Mama Luna mengangkat sebelah alisnya. Ia menatap ke arah sang putra untuk meminta pendapat.
“Gaun yang terakhir.” Putus Richard kemudian.
Ia benar-benar terpikat dengan keindahan tubuh Renatta berbalut gaun tanpa lengan, dengan bahu yang terbuka lebar.
Renatta memperhatikan dirinya sendiri yang masih menggunakan gaun yang Richard maksudkan.
Mata gadis itu seketika membulat sempurna.
‘Dasar pria tua me-sum. Bisa-bisanya dia memilih gaun yang sama dengan pengantin yang di gunakan oleh Bu Nadira itu.’
Tangan Renatta terkepal di balik gaun yang ia gunakan.
Hati gadis itu memanas, mengingat jika Nadira menggunakan gaun pengantin yang sama, seperti yang ia gunakan saat ini.
‘Dia pasti membayangkan jika aku ini adalah wanita itu. Kurang ajar sekali kamu om.’
“Sayang, bagaimana dengan kamu? Kamu setuju pilihan Richard?” Tanya mama Luna kemudian.
Kepala Renatta menggeleng pelan.
“Ini terlalu terbuka, ma. Aku tidak nyaman.”
Mama Luna mengangguk paham.
“Kamu dengar, Rich? Rena tidak nyaman.”
“Sudah aku katakan, terserah Rena saja.” Pria itu sedikit kesal. Bukan karena di minta pendapat, tetapi karena Renatta tidak mau mengikuti pilihannya.
“Aku pilih yang ketiga, ma.”
Renatta menunjuk gaun pengantin dengan lengan panjang, dan menutup seluruh tubuhnya.
Alis Richard terangkat sempurna. Namun pria itu tidak mempermasalahkan. Karena, semua gaun yang Renatta coba, sang pas pada tubuh gadis itu. Meski ia memilih yang tertutup sekalipun, keindahan bentuk tubuh Renatta tetap tercetak jelas.
“Baiklah. Kita pilih yang ketiga.” Putus mama Luna kemudian.
****
Setelah drama memilih gaun pengantin usai, Renatta ingin cepat pergi dari rumah Wijaya.
Ia tidak mau berlama-lam bersama mama Luna yang selalu penuh drama dalam segala hal.
“Kamu mau kemana?”
Richard tiba-tiba menarik lengan gadis itu, dan membawanya ke sebuah kamar tamu di lantai satu rumah itu.
“Aku mau pulang, om. Semuanya sudah selesai ‘kan?”
Namun pria itu justru mengunci pintu kamar. Membuat Renatta membulatkan matanya.
“Om, kenapa pintunya di kunci?” Gadis itu menguncang tubuh Richard, dan mencari dimana pria itu menyimpan kunci pintu.
“Kenapa kamu berubah semenjak kedatangan orang tua ku?” Tanya Richard sembari mendorong tubuh Renatta hingga terjatuh diatas ranjang.
“Siapa yang berubah? Aku masih seperti sebelumnya.” Gadis itu menggeser tubuhnya, ketika Richard akan mengukungnya.
“Tidak. Aku melihat jelas perubahan pada wajahmu. Kamu lebih sering murung, dan jarang tersenyum.”
Pria itu berhasi mengukung tubuh calon istrinya itu.
“Om tentu tahu alasannya.” Jawab Renatta setelah ia menghela nafas kasar.
“Dan kamu juga tahu, pernikahan ini tidak bisa di batalkan dengan cara apapun.” Tukas pria itu. Kepalanya menunduk hendak mengecup bibir sang gadis, namun Renatta memalingkan wajahnya, sehingga bibir Richard jatuh tepat pada pipi gadis itu.
“Om, aku mau pergi ke makam Rianna.” Ucap Renatta mendorong tubuh Richard.
Pria itu menopang tubuhnya dengan kedua siku. Menatap lekat wajah gadis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.
“Kapan?” Tanya pria itu.
“Sekarang, mumpung ada waktu. Besok aku harus kuliah karena dosen aku tidak suka mahasiswa yang tidak disiplin.” Gadis itu dengan jelas menyindir calon suaminya.
Sudut bibir Richard terangkat. Pria itu kemudian mengecup kening Renatta dengan lembut.
“Ayo, aku antar. Aku juga mau meminta restu Rianna.” Pria itu bangkit, kemudian mengulurkan tangannya pada Renatta.
“Om tidak ke kantor lagi?” Tanya gadis itu.
“Tidak. Hari ini, aku ingin menghabiskan waktu sama kamu.”
Jawaban Richard membuat kuncup bunga bermekaran di hati Renatta. Entah ia harus merasa bahagia, atau tidak dengan perlakuan pria itu.
***
Bersambung.
dimana mana bikin gerah 😜🤪
aku baru nemu cerita ini setelah kesel nunggu cerita sisa mantan 😁