Update setiap hari.
Celine dituduh membunuh Ny. Lyn. Jason menyiksa Celine dengan sangat kejam. Akan tetapi sebuah bukti menyatakan Celine tidak bersalah. Perlahan rasa cinta di hati Jason mulai muncul.
Tetapi satu persatu masalah mulai muncul setelah mereka berdua memutuskan untuk menikah. Di saat Jason sudah cinta mati dengan Celine. Pria di masa lalu Celine muncul dan mengagalkan semua rencana yang sudah mereka buat.
Akankah hubungan Celine dan Jason berhasil sampai tahap pernikahan? Apakah Celine tetap memilih Jason dibandingkan pria di masa lalunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 14 Kabur
Tidak dengan kelembutan. Jason menghempaskan tubuh Celine begitu saja di atas tempat tidur. Setelah Celine berbaring, dia menunduk dan melihat ke arah kemeja putihnya yang sudah dipenuhi darah. Celine juga melirik ke arah perut Jason. Tapi dia sama sekali tidak merasa bersalah. Bahkan merasa senang karena sudah berhasil membalas perbuatan Jason. Toh, pria itu juga tidak mati.
"Sikapnya aneh sekali. Sangat mencurigakan," batin Celine. "Hukuman apa lagi yang ada di dalam pikirannya?"
Jason masih belum mau mengeluarkan kata. Pria itu membuka satu persatu kancing kemejanya. Tatapannya tertuju ke arah kaki dan tangan Celine yang dipenuhi luka. Seperti ada rasa bersalah tapi dia tidak mau memperlihatkannya.
"Apa yang mau kau lakukan, Jason!" Celine berangsur mundur saat Jason melepas kemeja yang melekat di tubuhnya. Dia tidak mau dinodai dengan alasan apapun. Celine bertekad untuk melawan meskipun nyawa taruhannya.
Jason melempar jas itu ke arah wajah Celine. Memutar tubuhnya dan pergi. Celine memandang punggung Jason dengan penuh kebencian. Dia mere"mas kemeja Jason sebelum melemparkannya ke lantai. "Bajingan!"
Di depan kamar, Ben, Pak Jim dan Dea sudah menunggu dengan wajah tidak sabar. Mereka ingin mengobati luka Celine. Sedangkan Ben ingin tahu apa Jason sudah minta maaf sama Celine atau belum.
Jason melirik tajam ke arah mereka bertiga. "Apa yang kalian lakukan di sini?"
"Tuan, apa Nona Celine sudah memaafkan anda?" tanya Ben dengan wajah penuh harap.
"Aku tidak tahu. Tanya saja padanya langsung. Panggilkan dokter untuk mengobati lukanya." Jason melanjutkan langkah kakinya.
Ben sangat shock mendengarnya. Ternyata Jason masih belum menyadari kesalahannya. "Tidak semudah itu bibirnya mengucapkan maaf."
***
Di dalam kamar, Dea membantu Celine untuk membersihkan diri setelah Dokter yang memeriksa Celine pergi. Sedangkan Pak Jim bertugas mengatur para pelayan untuk menyajikan makanan dan minuman di kamar Celine. Tidak lupa dengan obat-obatan yang sudah diresepkan dokter.
"Jadi ceritanya dia sudah tahu kalau aku tidak bersalah, tapi tidak mau minta maaf?" tanya Celine sambil memandang jengkel ke depan.
"Benar, Nona. Memang seperti itu watak Tuan Jason." Dea menghentikan gerakannya saat sedang menggosok punggung Celine. "Nona, apa ini inisial pacar anda?"
"Pacar?" Celine mengernyitkan dahi.
"Di atas bokong anda ada tato. Bunga mawar dengan inisial A? Siapa dia Nona?"
Celine terdiam. Selama setahun ini dia sama sekali tidak tahu kalau di belakang tubuhnya ada tato. Bagaimana juga dia mau mengetahuinya karena posisinya tidak terlihat. Orang lain juga tidak bisa melihatnya jika Celine tidak dalam keadaan tela*njang seperti ini.
"Dea, bisa kau fotokan bentuknya? Aku ingin lihat."
"Baik, Nona." Dea beranjak dari bak mandi. Dia mengambil ponselnya dan memotret tato itu. Menunjukkannya di depan Celine.
Celine memandang tato itu dengan begitu serius. Bunga mawar merah yang ada kobaran api di atasnya. Huruf A yang Celine sendiri tidak tahu mewakili nama siapa. Apa itu inisial namanya sebelum lupa ingatan?
"Nona, jika itu mewakili nama kekasih anda. Sebaiknya anda segera menghapusnya sebelum pernikahan anda dan Tuan Jason tiba." Dea kembali memperingati.
"Pernikahan?" Celine tersentak kaget. Dia tidak mau menikah dengan Jason. Bukankah Nyonya Lyn sudah tidak ada. Itu berarti tidak ada lagi yang harus dipertahankan di rumah itu. Celine bahkan sudah memiliki pemikiran untuk segera pergi dan kembali ke Swiss. Dia akan menjalani kehidupan seperti beberapa bulan yang lalu.
"Nona, bukankah anda sudah terbukti tidak bersalah. Itu berarti ...."
"Aku tidak mau menikah dengan pria kejam seperti dia," sahut Celine.
Dea hanya diam saja. Dia melanjutkan tugasnya sampai selesai. Membantu Celine mengenakan pakaian dan meninggalkan wanita itu untuk istirahat di dalam kamarnya.
***
Saat semua orang sudah terlelap. Celine justru masih duduk di sofa sambil memikirkan perkataan Dea. Bagaimana kalau yang dikatakan wanita itu benar? Bagaimana kalau Jason memang memiliki niat untuk melanjutkan pernikahan mereka? Nggak! Celine nggak mau menikah dengan Jason Lionidas.
Celine segera beranjak dari sofa. Dia membuka pintu dan berdiri di depan balkon. Celine melihat ke bawah. Cukup tinggi dan mungkin kakinya akan patah jika dia tetap memaksakan diri untuk melompat. "Malam ini aku harus kabur."
Celine mengambil gorden dan mengumpulkan kain yang ada di dalam kamar. Mengikatnya menjadi sebuah tali. Celine segera mengunci pintu kamarnya dari dalam agar tidak ada yang memergoki aksi kaburnya malam ini.
"Sepertinya cukup." Celine mengikat kuat tali pada besi pagar balkon. Wanita itu menurunkan kain yang sudah terikat ke bawah. Mengatur napasnya sekali lagi sebelum memulai aksi kaburnya.
Dia turun dengan sangat hati-hati. Tubuhnya bergelantungan di atas. Bergerak ke kanan dan kiri. Celine merasa sedikit ngeri. Dia berusaha turun lagi. Menggerakkan tangan dan kakinya dengan sangat hati-hati dan penuh perhitungan.
Tanpa disadari, salah satu kain koyak. Celine mulai panik. Wanita itu berusaha untuk segera melompat saja. Tidak peduli jika jarak dengan lantai dasar masih beberapa meter lagi. Setidaknya dia tidak akan sampai patah tulang kalau sampai terjatuh.
Kedua matanya terpejam saat tubuhnya terjun bebas menuju ke lantai bawah. Sepasang tangan kekar menangkap tubuh Celine dengan sempurna. Untuk beberapa saat Celine berpikir tubuhnya nyangkut. Tidak mungkin tidak sakit karena tadi jaraknya lumayan tinggi. Perlahan Celine membuka kedua matanya. Dia memandang Jason yang kini menatapnya dengan begitu dingin. Pria itu seperti ingin marah tapi dia tahan di dalam hatinya. Untuk waktu yang lama mereka saling memandang satu sama lain.
Ben yang juga ada di sana mendongak ke atas memperhatikan kain yang masih bergelantungan. Kepalanya geleng-geleng tidak percaya. Bisa-bisanya Celine memiliki pemikiran untuk kabur dengan cara seperti itu. Cukup beresiko bukan?
"Anda itu wanita yang menarik dan penuh dengan kejutan, Nona. Apa anda tidak tahu kalau tempat anda kabur ini adalah tempat favorit Tuan Jason untuk duduk santai?" gumam Ben di dalam hati.
aduh helena kenapa malah nemuin robert sih.....
cinta yg berubah jd obsesi
mngkin benar ada baiknya aberzio n jason bekerja sama kesampingkan ego dulu biar bis amengalahkan si robert yg psiko itu
dan karena musuh itu juga hidup kalian jadi makin terasa lebih hidup dan berwarna gak monoton n flat tugitu ajah..
mau juga donk shoping tanpa melihat harga n beli semua yg disuka🤣🤣🤣
aberzio pasti akan melindungi istrinya
percayalah aberziomu sangat bisa diandalkan
eyh ato itu trik musuh yang sebenarnya udah ngintai helena diam diam..🤔
mudah²an hanya kebetulan
penuh misteri ini....
aku masih penasaran sm sosok siapa yg berniat membunuh helena dulu sampe sekarang
beda sama aberzio dia malah jatuh cinta saat helena menjalankan misi...n sll melindunginya diam² setiap ada misi untuk helena
mudah² segera dikasih anak kedua ya helena n aberzio