Lala mengalami kecelakaan yang membuat jiwanya terjebak di dalam raga seorang antagonis di dalam novel dark romance, ia menjadi Clara Shamora yang akan mati di tangan seorang mafia kejam yang mencintai protagonis wanita secara diam-diam.
Untuk menghindari nasib yang sama dengan Clara di dalam novel, Lala bertekad untuk tidak mengganggu sang protagonis wanita. Namun, ternyata ia salah langkah dan membuatnya diincar oleh malaikat mautnya sendiri—Sean Verren Dominic.
“Sekalinya milik Grey, maka hanya Grey yang bisa memilikinya.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MTMH18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian satu
“Di mana aku?” bingung Lala saat dirinya terbagung di sebuah kamar yang begitu asing.
Seingatnya, ia mengalami kecelakaan mobil saat pulang dari kampus. Tetapi, saat dirinya terbangun… bukan rumah sakit yang dilihatnya, tetapi sebuah kamar yang tidak seluas kamar miliknya.
“Aku benci tempat sempit!” kesalnya sambil turun dari tempat tidur.
Rasanya begitu panas, kalau berada di tempat yang sempit. Jadi, Lala memutuskan untuk keluar dari kamar kecil tersebut. Mata hijaunya terpaku saat melihat pemandangan di depannya, ternyata tempat ini sangat luas, bahkan nyaris mirip dengan Mansion milik keluarga.
“Clara!” panggilan itu tertuju padanya.
Lala tidak menanggapinya, karena namanya bukan Clara. Gadis itu melangkah ke arah lift, tetapi lelaki yang tadi memanggilnya langsung menahan tangannya.
“Kenapa kau mengabaikan panggilanku?” tanya lelaki itu dengan tatapan marahnya.
“Lepaskan tanganku!” Clara meringis pelan, saat lelaki itu mencengkeram tangannya dengan kuat.
“Kau sudah berani melawanku?” Marah lelaki itu.
Lala mengernyit bingung, “Kau siapa? Aku tidak mengenalmu!” Gadis itu menyentakkan tangannya sampai cengkeraman pria itu terlepas.
“Kali ini apa rencanamu? Apa kau berpura-pura hilang ingatan agar tidak dihukum?” Tanya lelaki itu sambil menahan bahu Lala.
“Aku tidak mengerti!” Lala menatapnya dengan bingung.
“Clara Shamora!” Seruan itu membuatnya terkejut.
Clara Shamora, nama tersebut terdengar tidak asing di telinga Lala.
Plak!
Sebuah tamparan keras, Lala rasakan di pipi kirinya. Gadis itu meringis pelan, selama ia hidup… baru kali ini ada orang asing yang sudah berani menamparnya.
“Minta maaf kepada Bella!” Suruh pria yang baru saja menamparnya.
Lala terdiam, mengabaikan tatapan tajam kedua laki-laki yang wajahnya hampir mirip itu. Lala kembali masuk ke dalam kamar yang tadi, ia mencari cermin untuk melihat wajahnya.
“Ini bukan wajahku!” Kagetnya saat melihat wajahnya yang benar-benar berbeda.
“Clara Shamora!” Teriakan itu membuatnya terkejut.
“Clara Shamora, bukannya itu nama antagonis di dalam novel DARK BELLE?” Lala mengingat nama tersebut.
“Jangan bilang, aku memasuki raga Clara?” Lala seakan tidak percaya dengan apa yang dialaminya.
Belum sempat gadis itu mencerna apa yang terjadi kepadanya, tangannya sudah ditarik untuk keluar dari dalam kamar.
“Kak Gabriel, Bella tidak apa-apa. Jadi, Clara tidak perlu minta maaf,” ucap seorang gadis yang memiliki tatapan teduhnya.
“Bella, kau terlalu baik. Tapi Clara sudah keterlaluan, jadi dia harus meminta maaf kepadamu,” ucap pria yang bernama Gabriel.
Gabriel adalah kakak tertua dari Clara, sang antagonis wanita yang raganya saat ini ditempati oleh Lala. Lalu lelaki yang tadi mencengkeram tangan Lala, bernama Joan.
Keduanya adalah kakak kandung Clara, sedangkan gadis yang bernama Bella adalah anak angkat di keluarga Clara. Namun, posisi Bella lebih mirip dengan anak kandung. Makanya Clara menjadi jahat, karena merasa posisinya direbut oleh Bella.
Semua itu hanya sebagian kecil tentang isi novel yang diingat Lala, ia tidak terlalu mengingatnya dengan jelas, karena sudah lama menamatkannya.
“Clara, minta maaflah kepada Bella!” Joan menyuruhnya untuk meminta maaf.
“Maaf,” ucap Lala dengan nada tidak tulus.
“Clara, minta maaf dengan benar!” Seru Gabriel.
Lala yang kini sudah menjadi Clara, hanya tersenyum tipis. Gadis itu memilih untuk kembali masuk ke dalam kamarnya, ia memutuskan untuk pindah ke apartemen saja.
Seingatnya, Clara masih memiliki apartemen yang merupakan hadiah untuk ulang tahunnya ke tujuh belas. Lebih baik ia menjauh dari orang-orang yang tidak menganggapnya ada.
“Clara, kau mau ke mana?” Tanya Gabriel saat melihat adiknya memasukkan baju ke dalam koper.
“Bukan urusanmu,” ketus Clara sambil menarik koper kecilnya.
Gabriel menahan geramannya, ia tidak suka dengan sikap kurang ajar sang adik.
“Dan aku harap, kita tidak pernah bertemu lagi,” ucapan Clara membuatnya terdiam.
Gabriel tertegun melihat adiknya yang benar-benar ingin pergi dari Mansion, tetapi dengan cepat pria itu mengenyahkan rasa tidak nyamannya.
“Nanti dia juga akan kembali lagi, dia ‘kan sering membuat masalah,” gumam Gabriel yang tidak peduli dengan rencana murahan sang adik.
...***...
Clara menaiki taksi untuk pergi ke apartemen, kebetulan di dalam ponsel ada alamat apartemen dan juga nomor unitnya.
Meskipun hari sudah malam, gadis itu tetap nekat pergi dari Mansion. Ia tidak suka keributan, jadi apartemen adalah pilihan yang tepat untuk menenangkan diri.
Sambil melihat jalanan malam yang sedang turun salju, Clara mencoba mengingat lagi isi novelnya. Setelah cukup lama, ia mengingat sedikit alur yang sempat dilupakannya.
“Aku akan mati dibunuh oleh seorang mafia yang mencintai Bella secara diam-diam,” Clara menghela napas dengan gusar saat ingat kalau hidupnya tidak akan aman.
Kini gadis itu harus berpikir keras untuk tidak mati di tangan pria kejam yang bernama Sean Verren Dominic, seorang mafia yang memiliki julukan Grey. Tidak ada yang tahu kalau Sean dan Grey adalah orang yang sama, hanya Clara yang mengetahuinya saat gadis itu merenggang nyawanya di tangan Sean.
“Ada apa?” Tanya Clara saat taksi yang dinaikinya tiba-tiba berhenti.
“Di depan ada seorang pria yang pingsan,” kata sopir taksi.
Clara keluar dari taksi dan ternyata benar, ada seorang pria yang pingsan di tengah jalan. Gadis itu dapat melihat perut pria tersebut mengeluarkan darah, sebab kemejanya putihnya yang sudah kotor dengan darah.
Clara kembali ke taksi, ia meminta sopir taksi untuk membantunya membawa pria yang terluka itu ke dalam taksi.
“Aku akan memberikan biaya tambahan,” kata Clara yang membuat sopir taksi tersenyum senang.
...***...
Dengan bantuan sopir taksi dan petugas keamanan apartemen, Clara bisa membawa pria yang tidak diketahui namanya itu ke dalam apartemennya.
Sebenarnya ia juga bingung, kenapa mau menolong orang yang tidak dikenalnya. Namun, jiwa keluarganya yang merupakan dokter membuat nalurinya harus menolong orang yang sedang membutuhkan pertolongan.
Clara sudah membeli beberapa obat dan alat kesehatan untuk mengobati luka tusuk di perut pria tanpa nama itu, dengan mudah ia menjahit luka yang cukup lebar di perut pria tersebut.
“Akhirnya selesai juga,” gumam Clara setelah semuanya selesai.
Gadis yang sedang menempuh pendidikan kedokteran itu, membereskan alat-alat yang dipakainya.
“Di sini, aku kuliah akuntansi,” Clara baru ingat kalau raga yang ditempatinya mengambil jurusan kuliah yang berbeda dengannya.
Clara akan mencobanya dulu, kalau tidak cocok, ia akan pindah jurusan kedokteran.
“Tapi, dari mana aku bisa mendapatkan uang?” Gadis itu menatap pria yang terlihat sudah sadar.
“Di mana aku?” Tanya pria itu dengan suara beratnya.
“Di apartemenku. Aku yang mengobatimu,” jawab Clara dengan senyuman manisnya.
Gadis itu akan meminta imbalan yang sangat banyak, karena ia yakin kalau pria tersebut bukanlah orang biasa, melihat dari barang-barang yang melekat di tubuhnya.
“Kau harus membayar pengobatan dariku, jadi siapa namamu?” Tanya Clara yang bersiap untuk mencatat nama pria tersebut.
“Sean Verren Dominic.”
Clara membeku, nama itu adalah…
Bersambung…
Selamat datang di ceritaku yang baru, semoga kalian suka sama ceritanya 🥰
up..up..up..
/Determined//Determined//Determined/