Mariza dan Derriz menikah karena perjodohan. Selama satu tahun pernikahannya, Derriz tak pernah menganggap Mariza.
Mereka tinggal satu rumah tapi seperti orang asing. Derriz sendiri yang membuat jarak diantara mereka. Karena Derriz mencintai dan masih menunggu mantan kekasihnya kembali, Luna.
Seperti yang di katakan Derriz di awal pernikahannya. Mereka akan berpisah ketika Luna kembali. Apalagi Mariza tak bisa membuatnya jatuh cinta. Bagaimana bisa jatuh cinta jika selama ini saja Derriz selalu menjaga jarak darinya. Bukan hanya di rumah, tapi di kantor juga mereka seperti orang asing.
"Apa alasanmu ingin bercerita dariku?" tanya Derriz saat Mariza memberikan surat cerai yang sudah dia tandatangani.
"Apa aku kurang memberikan uang bulan padamu? Apa masih kurang?" Derriz tak terima Mariza ingin bercerai darinya.
"Karena masa lalumu sudah kembali, Mas! Aku pergi karena aku sudah tak ada gunanya lagi di sini!" jawab Mariza.
"TIDAK!" jawab Derriz membuat Mariza bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Pamit, Mas! 30
"Ck! Sepertinya Izha masih marah dia bahkan tidak menyiapkan pakaian kerjaku hari ini!" kesal Derriz saat keluar dari kamar mandi.
Akhirnya dia mengambil dan memilih pakaiannya sendiri kemudian berjalan menuju meja makan. Tidak biasanya saat membuka pintu kamar dia tidak mencium aroma masakan dari istrinya. Biasanya saat keluar kamar aroma masakan Izha pasti akan tercium.
"Loh mana kopi dan sarapan aku? Izhaaaa, sarapan aku mana? Apa kamu masih marah dengan kejadian di rumah kakek?" panggil Derriz dia berjalan menuju ke kamar Izha.
Tatapannya tertuju ke arah nakas. Masih tersimpan dengan rapi cincin pernikahan, kotak merah dan juga buku tabungan beserta atmnya. Derriz seolah di tampar oleh kenyataan jika istrinya benar-benar sudah tidak tinggal lagi bersamanya. Izha sudah pergi dari rumah mereka.
"Ada apa denganku? Kenapa aku malah memikirkan Izha? Aku bahkan tak mencintainya. Tapi, kenapa rasanya sakit saat melihat dia tak ada di sini? Apa karena aku sudah terbiasa dengan dia? Atau apa mungkin aku mulai mencintai Izha? Aku harus segera pergi ke kantor! Aku yakin Izha pasti bekerja. Aku akan mencoba untuk membujuk Izha lagi,"ujar Derriz tergesa-gesa ke keluar rumah dan menyambar kunci mobil.
"Maaf pak, apa benar ini rumah Pak Derriz? Ini ada paket untuk anda!" ujar salah satu kurir sebelum Derriz masuk ke dalam mobilnya.
"Iya saya sendiri. Paket apa ya? karena saya tidak merasa pesan paket apapun,"jawab Derriz mengerutkan kening bingung.
"Silahkan di terima dulu, Pak!" ujar kurir memberikan paketnya kemudian pergi.
"Paket apa ini?" Derriz membuka Amplop dan di dalamnya juga berisi amplop lain dengan logo yang membaut jantungnya berdebar kencang dan matanya melebar sempurna.
"Bagaimana biasa ada surat panggilan sidang dasi pengadilan agama?" ujar Derriz tak percaya kemudian membuka dan membacanya lagi. Ternyata Dirinya yang menggugat perceraian dengan Izha.
"Kenapa bisa? Siapa yang sudah menyerahkan berkas yang bahkan aku sembunyikan di ruanganku? Karena aku memang belum berniat bercerai dari Izha dalam waktu dekat. Astaga! Siapa yang sudah bermain-main denganku? Berkas itu masih ada di dalam ruanganku. Lalu siapa yang sudah melakukan hal ini?"pikiran Derriz rasanya kacau sekali.
Dia tak mengira akan mendapatkan surat panggilan sidang perceraiannya dengan Izha. Bahkan dia saja tak pernah mengirimkannya. Derriz masuk ke dalam mobil dan segera pergi ke kantor. Memastikan berkas perceraian yang sudah dia dan istrinya tanda tangani masih ada di sana.
Braaaak
Derriz membuka pintu ruangannya dengan kasar. setelahnya dia mencari berkas penting itu. Dia ingat betul menyimpannya di mana. Tapi setelah di cari-cari ternyata berkasnya tidak ada. Siapa yang sudah mengambilnya? Apa mungkin Izha? Tapi aman mungkin dia berani masuk ke dalam ruangannya dan berani mengambil berkasnya.
"Jangan-jangan, Izha juga sudah mendapatkan surat panggilan sidang ini? Tidak mungkin!" panik Derriz kemudian meminta sekretarisnya untuk memanggil Izha ke dalam ruangannya.
Derriz menunggu dengan perasaan tak karuan. Izha mengetuk pintu bersamaan dengan ponsel Derriz yang tak mau berhenti berbunyi.Membuat mereka tak bisa memulai pembicaraan.
"Angkat saja dulu, Pak!" ujar Izha membuat hati Derriz menceos karena dia tahu siapa yang terus meneror dengan telepon dari kemarin. Wajah Izha terlihat tenang sekali.
[Kamu kemana saja sih sayang? Aku dari kemarin sulit menghubungimu!] suara Luna terdengar dengan jelas setelah Derriz menerima panggilan dari kekasihnya itu.
"Maaf aku sedang banyak pekerjaan dengan kakek!" bohong Derriz.
"Oh iya, sayang! Apakah kamu sudah menerima surat panggilan sidang pertamamu dengan wanita itu? Aku sudah membantumu mempercepat perceraian kalian sehingga kita bisa segera menikah. Aku rasanya tak sabar untuk segera menikah denganmu, sayang!" tanya Luna dengan nada bicara yang sangat bahagia membaut Derriz mengeratkan rahangnya kuat.
"APA? Jadi kamu yang sudah mengirimkan berkas itu? Kapan Luna? kapan kamu memberikan berkas itu ke Pengadilan Agama?"emosi Derriz.
"Iya sayang, aku yang memberikannya ke pengadilan agama Minggu kemarin. Saat aku datang ke kantormu itu. Bagaimana? Kamu suka kan suprise dari aku sayang?"jawab Luna tanpa merasa bersalah.
Derriz menatap ke arah Izha yang duduk di sofa dengan sangat tenang. Bahkan Izha tak menangis sama sekali. Apa mungkin Izha sudah tahu? Derriz menutup panggilan secara sepihak dan berfokus kepada istrinya. Derriz duduk di sebelah Izha.
"Apa kamu sudah tahu dengan yang di lakukan Luna? Sehingga kamu pergi meninggalkan aku! Meninggalkan rumah dari kemarin? Kamu bahkan pamit juga ke kakek?" tanya Derriz dengan perasaan tak karuan saat ini.
"Iya, Minggu lalu dia meminta bertemu dan mengatakan jika kamu sendiri yang sudah memasukkan gugatan itu ke pengadilan agama. Bagiku tak penting siapa yang sudah memasukkan berkas perceraian kita ke pengadilan agama. Cepat atau lambat pasti akan terjadi. Bukankah kalian ingin segera bersama? Ini adalah kesempatan yang baik kan, Pak? Kenapa sekarang malah di permasalahkan?" jawab Izha tenang.
"Aku belum ada niatan untuk berpisah dengan kamu Izha!" jawab Derriz.
"Kenapa? Apa karena kamu belum pu-/as melihat aku sakit? Atau harus sampai aku hancur dulu baku kamu akan melepaskan aku? Sebenci itu kah kamu padaku?" jawab Izha dengan tatapan nyalang. Derriz malah diam, dia Tak tahu harus menjawab apa. karena dia sendiri tak tahu alasan pastinya belum mau berpisah.
"Sepertinya tak ada lagi yang harus kita bicarakan, Pak! Semuanya sudah jelas, saya tak akan datang ke pengadilan agar mempermudah dan mempercepat proses perceraian kita,"jawab Izha bangkit dari duduknya tapi tangan Derriz menarik tangan Izha.
"Kamu tinggal dimana? Kenapa pergi tanpa pamit padaku? Aku belum ingin berpisah, aku belum tahu alasannya. Tapi yang pasti aku belum ingin berpisah,"Derriz menggenggam satu tangan Izha dengan erat.
"Tapi aku ingin berpisah, demi kewarasan mentalku, Pak. Terima kasih satu tahun kebersamaan kita. Maaf jika selama menjadi istrimu, aku banyak melakukan kesalahan dan tidak seperti yang kamu inginkan. Aku ingin kembali ke tempat asalku. Semoga kamu bahagia bersama dengan kekasihmu. Aku tak pernah menaruh benci atau marah kepada kalian. Karena aku sadar tempatku tak pernah ada di hati suamiku,"jawab Izha melepaskan tangan Derriz kemudian keluar dari ruangan suaminya.
Derriz hanya bisa diam dan tanpa terasa air matanya menetes seiring dengan hatinya yang berdenyut nyeri. Sangat nyeri, mendengar ucapan Izha. Dia tak mengira jika Luna melakukan hal sejauh ini. Apa yang akan terjadi jika kakeknya tahu hal ini?
akhir nya babang axcel turun tangan jg menyelamatkan izha
skrg otw menjemput calon ibu mertua mu ya babang axcel👍👍
muak sangat sm s derris
buat izha cepet bebas dr derris n axcel membantu smua nya biar lancar
klau udh beres dgn derris br izha d bantu axcel untuk menyelamatkan ibu nya
babang axcel gercep dong tolongin izha ya, kasian izha sendirian