(Warisan Mutiara Hitam Season 2)
Setelah mengguncang Sekte Pedang Awan dan memenggal Jian Chen, Chen Kai mendapati bahwa kemenangannya hanyalah awal dari mimpi buruk baru. Sebuah surat berdarah mengungkap kebenaran yang meruntuhkan identitasnya: ia bukan anak Klan Chen, melainkan putra dari buronan legendaris berjuluk "Sang Pengkhianat Naga".
Kini, Klan Jian dari Ibu Kota memburunya bukan demi dendam semata, melainkan demi "Darah Naga" di nadinya—kunci hidup untuk membuka segel terlarang di Utara.
Demi melindungi adiknya dan mencari jati diri, Chen Kai menanggalkan gelar Juara dan mengasingkan diri ke Perbatasan Utara yang buas. Di tanah tanpa hukum yang dikuasai Reruntuhan Kuno, Sekte Iblis, dan Binatang Purba ini, Chen Kai harus bertahan hidup sebagai pemburu bayangan. Di tengah badai salju abadi, ia harus mengungkap misteri ayahnya sebelum darahnya ditumpahkan untuk membangkitkan malapetaka kuno.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan Ibu
Chen Kai mendarat tanpa suara di gang sempit di Distrik Kumuh, tempat Manajer Sun dan Xiao Mei bersembunyi.
Saat kakinya menyentuh tanah berlumpur, lututnya sedikit goyah. Aura ungu keemasan yang menyelimutinya perlahan memudar, memperlihatkan wajahnya yang pucat dan tubuh yang penuh luka goresan halus. Meskipun dia menang, pertarungan melawan ahli Pembangunan Fondasi yang memiliki 'Tubuh Pedang Alami' telah menguras banyak tenaganya, apalagi dia baru saja menerobos paksa beberapa jam yang lalu.
"Tuan... Tuan Muda?"
Manajer Sun muncul dari balik tumpukan peti rongsokan. Matanya terbelalak menatap Chen Kai, seolah melihat hantu. Dia dan Xiao Mei telah melihat ledakan cahaya di langit dan mendengar deklarasi Chen Kai yang menggema ke seluruh kota.
"Apakah... apakah dia mati?" tanya Manajer Sun dengan suara bergetar.
"Dia lolos," jawab Chen Kai datar, sambil melempar sebuah benda ke arah Manajer Sun.
Manajer Sun menangkapnya dengan refleks. Itu adalah cincin penyimpanan berwarna emas dengan lambang pedang—Cincin Komandan Jian Lie. Dan cincin itu masih basah oleh darah.
Manajer Sun menelan ludah. "Kau... memotong tangannya?"
"Harganya satu lengan dan separuh darahnya untuk kabur," kata Chen Kai. Dia duduk bersandar di dinding, mengambil napas panjang untuk menstabilkan Qi Pembangunan Fondasi-nya yang bergolak. "Tapi dia masih hidup. Dan dia akan kembali dengan pasukan yang lebih besar atau musuh yang lebih kuat. Kita harus pergi sekarang."
"Pergi ke mana? Gerbang kota pasti ditutup rapat setelah kekacauan ini," kata Xiao Mei cemas, sambil menyerahkan kain bersih untuk membersihkan luka Chen Kai.
"Justru sebaliknya," kata Chen Kai. "Tanpa Komandan, rantai komando hancur. Para penjaga bayaran akan panik, dan para bandit akan mencoba menjarah. Gerbang akan kacau balau. Itu kesempatan kita."
"Tapi sebelum itu..."
Chen Kai mengambil kembali cincin itu dari tangan Manajer Sun. "Ayo kita lihat seberapa kaya Komandan Kota ini."
Dengan kekuatan jiwa Kaisar Yao, Chen Kai dengan mudah menghapus segel mental Jian Lie yang tersisa di cincin itu.
ZING!
Ruang penyimpanan cincin itu terbuka di pikiran Chen Kai.
Isinya membuat mata Chen Kai berbinar.
"Orang ini koruptor kelas kakap," komentar Chen Kai.
Di dalamnya terdapat:
200.000 Batu Roh Tingkat Rendah. (Jumlah yang gila untuk ukuran pribadi).
Senjata Roh Tingkat Menengah: Sebuah tombak emas cadangan dan beberapa set baju zirah ringan.
Bahan Obat: Tumpukan herbal langka, termasuk beberapa 'Rumput Jiwa Es' yang sangat mahal.
Token Komando: Plakat emas yang memberikan otoritas atas pasukan kota.
Tapi yang paling menarik perhatian Chen Kai adalah sebuah gulungan surat yang disegel dengan lilin merah berlogo Klan Jian Pusat.
Chen Kai mengeluarkan gulungan itu dan membukanya.
Isinya singkat, tapi informasinya berat:
"Kepada Jian Lie. Misi Prioritas: Tangkap 'Benih Naga' (Chen Kai) hidup-hidup. Darahnya adalah kunci sekunder. Dan yang lebih penting... Tetua Agung menduga dia memiliki 'Kunci Warisan' yang dicuri ibunya, Saintess dari Sekte Teratai Suci, sebelum dia lari dengan pengkhianat Long Tian."
Tangan Chen Kai membeku.
"Ibu..." bisiknya.
Jian Lie tidak berbohong. Ibunya benar-benar bukan orang biasa.
"Sekte Teratai Suci..." suara Kaisar Yao terdengar serius di benaknya. "Itu adalah salah satu dari Tiga Sekte Besar di Benua Tengah. Kekuatan mereka... jauh di atas Klan Jian. Jika ibumu adalah seorang Saintess (Wanita Suci) di sana, statusnya setara dengan putri kaisar."
"Jadi ayahku... Long Tian... menculik seorang Saintess?" Chen Kai tertawa getir. "Pantas saja mereka diburu sampai ke ujung dunia."
"Ini memperumit masalah, Bocah," lanjut Yao. "Jika Sekte Teratai Suci tahu kau ada, mereka mungkin akan memburumu juga. Entah untuk membawamu pulang... atau membersihkan noda pada reputasi mereka."
Chen Kai meremas gulungan surat itu hingga hancur menjadi debu.
"Biarkan mereka datang," katanya dingin. "Satu per satu. Klan Jian, Sekte Darah, Sekte Teratai Suci... aku tidak peduli. Siapa pun yang menghalangi jalanku akan berakhir seperti Jian Lie."
Dia berdiri, membagikan sebagian Batu Roh kepada Manajer Sun.
"Sun, ambil 10.000 Batu Roh ini. Gunakan untuk menyuap jalan kita keluar atau membeli perbekalan darurat."
Manajer Sun menerima kantong itu dengan tangan gemetar. "Tuan Muda... kau benar-benar dermawan."
"Kita berangkat," perintah Chen Kai.
Mereka bergerak cepat melalui lorong-lorong gelap. Seperti prediksi Chen Kai, Pos Perdagangan Besi sedang dalam kekacauan total.
Di jalanan utama, para tentara bayaran mulai menjarah toko-toko yang ditinggalkan penjaga. Asap kebakaran terlihat di beberapa titik. Penjaga gerbang terlalu sibuk menahan gelombang orang yang ingin keluar atau masuk untuk memeriksa identitas dengan teliti.
Di tengah kerumunan pengungsi yang panik, sebuah kereta kuda rongsokan (yang "dibeli" Manajer Sun dari pedagang yang ketakutan) menyelinap keluar gerbang selatan.
Kusirnya adalah orangtua bungkuk dengan wajah penuh bisul (Manajer Sun yang menyamar lagi). Di belakang, duduk seorang pemuda dengan wajah tertutup perban (Chen Kai) dan seorang gadis bisu (Xiao Mei).
Saat mereka melewati batas kota dan memasuki hutan belantara yang gelap, Chen Kai menoleh ke belakang untuk terakhir kalinya.
Pos Perdagangan Besi, kota yang dia masuki sebagai buronan yang diburu, kini dia tinggalkan sebagai penakluk yang telah menghancurkan penguasanya.
"Ke mana tujuan kita, Tuan Muda?" tanya Manajer Sun dari depan, suaranya sedikit lebih ringan sekarang setelah mereka lolos.
Chen Kai melihat peta yang dia temukan di cincin Jian Lie. Ada tanda khusus di sebuah area hutan batu di sebelah timur.
"Hutan Batu Berkabut," kata Chen Kai. "Raja Tikus bilang ada 'Pintu Warisan' yang terbuka di sana. Dan di peta Jian Lie, tempat itu ditandai sebagai 'Zona Pencarian Prioritas 2'."
"Jika Klan Jian tertarik pada tempat itu," mata Chen Kai berkilat. "Maka aku juga tertarik."
Kereta kuda itu memacu kecepatan, menghilang ke dalam kegelapan malam, menuju petualangan baru di mana misteri masa lalu dan bahaya masa depan menunggu.