Citra adalah seorang gadis culun yang dijodohkan oleh kakeknya pada pria tampan dan kaya raya.
Dan dia juga sengaja menyembunyikan identitasnya pada semua keluarganya, tidak terkecuali pada suaminya sendiri.
Karena dia ingin melihat, apakah suaminya benar-benar mencintainya atau tidak.
Apakah Citra dan Rifki bisa bersama lagi? setelah Citra mengetahui kalau Rifki dan Syasi sudah punya anak.
Sedangkan Syasi adalah adik tirinya Citra sendiri.
Bagaimana kisahnya? yuk intip terus perjalanan kisah cinta antara Rifki dan Citra di Rahasia Menantu Culun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riski iki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Menantu Culun Bab 17
Mendengar ucapan Robin yang mengatakan bahwa dirinya tidak punya nyali, seketika Rifki hendak melayangkan bogem mentahnya pada wajah Robin.
Namun Rifki sadar bahwa sekarang dirinya berada di tempat yang salah. Rifki pun dengan perlahan melepaskan genggaman tangannya pada kerah baju Robin. Lalu dia tersenyum sambil memperbaiki posisi kerah baju Robin yang sempat berantakan karena ulahnya.
"Maaf, aku tidak bermaksud kasar padamu, aku hanya...!" ujar Rifki terhenti karena Robin kembali menyela ucapan Rifki.
"Kau tidak perlu minta maaf padaku, karena aku tidak butuh maaf darimu, Dan sekarang lebih baik kamu pergi dari perusahaan ini sebelum aku memanggil Satpam dan menyeret mu keluar dari sini dengan paksa," ancam Robin sambil menunjuk pintu keluar.
Rifki yang mendengar ancaman Robin, kemudian dia menarik nafas dalam, lalu dia kembali menanyakan pada Robin dimana keberadaan istrinya Citra.
"Istri."
Robin berdecih kala mendengar pengakuan Rifki yang menyebut Citra sebagai istrinya. Lalu dia menatap tajam kearah Rifki.
"Tuan Rifki yang terhormat, apa kau tidak malu pada dirimu sendiri. Setelah kau menyia-nyiakan Citra selama dua tahun, dan memperlakukannya dengan sangat buruk, apa kau masih pantas mengakui dirimu sebagai suami dari Citra?" ujar Robin.
Rifki terdiam cukup lama meresapi ucapan Robin. Meski tak dapat di pungkiri bahwa dirinya sangat menyesal telah menyia-nyiakan Citra selama ini. Dan sekarang Rifki berniat untuk kembali lagi pada Citra dan menjadikannya sebagai pendamping hidupnya.
Lalu, untuk kesekian kalinya Rifki kembali menanyakan pada Robin dimana keberadaan Citra sekarang.
"Sudah aku bilang aku tidak tau, dan walaupun aku mengetahuinya aku tidak akan pernah memberitahukan nya padamu," sarkas Robin lalu dia berjalan perlahan menuju kursi kebesarannya.
Rifki yang merasa di acuhkan akhirnya diapun pergi meninggalkan ruangan Robin, dan memutuskan untuk mencari keberadaan Citra sendiri.
Sesampainya di Mobil, Rifki yang merasa kesal karena tidak mendapat informasi apapun, kemudian dia langsung membanting setir mobilnya dengan sangat kencang.
Bukan karena dia tidak mendapat alasan atas pembatalan kerjasama antar perusahaannya dengan Citra. Melainkan karena dia tidak tau sama sekali tentang keberadaan Citra saat ini.
"Ah...!" teriak Rifki lalu dia kembali membanting setir mobilnya berulang-ulang.
*****
Dua hari kemudian
Rifki yang mencari keberadaan Citra, sampai sekarang belum mendapat titik terang. Bahkan dia sudah mengerahkan seluruh anak buahnya, tapi sampai sekarang Rifki belum mengetahui dimana keberadaan istrinya Citra.
Dengan langkah gontai, akhirnya Rifki masuk ke dalam rumahnya. Namun pada saat di ruang tamu Rifki berpapasan dengan Syasi. Rupanya sejak tadi istrinya itu dengan menunggu kedatangannya.
"Dari mana saja kamu mas?" tanya Syasi lalu dia menghujani Rifki dengan pertanyaan-pertanyaan seperti biasa.
Rifki terdiam dan tak menjawab pertanyaan Syasi. Lalu dia melongos pergi meninggalkan Syasi menuju kamar.
Syasi yang merasa di acuhkan, lalu dia mengejar Rifki menuju kamar pribadi mereka. Dan baru saja dia sampai di ambang pintu, kemudian Syasi kembali mengintrogasi suaminya.
"Mas, jawab pertanyaan ku. Dari mana saja kamu selama dua hari tidak pernah pulang ke rumah ini, padahal besok malam adalah hari yang kita tunggu-tunggu selama ini," ujar Syasi penuh emosi.
Ya, besok malam adalah hari dimana pesta meriah dilaksanakan di taman belakang Mension mewah milik keluarga Bagaskara, dan tujuan pesta itu dilakukan untuk memperkenalkan Syasi pada para kolega bisnis Rifki. Dan Rifki, Bagaimana dia bisa lupa dengan pesta itu?
Rifki menunduk, lalu dia memijat kepalanya yang sedikit berdenyut. Dan sejurus kemudian dia menghampiri istrinya yang tampak sedang menahan emosi yang bergemuruh di dalam benaknya.
"Maaf," ujar Rifki sambil mencium kening Syasi dengan sangat lembut. Lalu dia menatap manik mata Syasi yang sudah digenangi oleh cairan bening.
"Dua hari ini aku sangat sibuk untuk mengurus perusahaan kita, jadi aku memilih untuk tidak pulang ke rumah, karena aku menginap di kantor," ucap Rifki berbohong.
Syasi tersenyum. Sebab dirinya sudah merasa cukup lega mendengar penjelasan singkat suaminya.
"Baiklah, maafkan aku mas. Karena aku sudah berpikir buruk tentang dirimu," ujar Syasi kemudian.
Lalu dia menawarkan pada suaminya, apakah sekarang Rifki mau mandi terlebih dahulu atau makan?
"Aku mau mandi dulu sayang. sebab, aku merasa kalau badanku sudah terlalu lengket oleh keringat," ujar Rifki sambil tersenyum.
Kemudian dia meninggalkan Syasi menuju kamar mandi.
Di dalam kamar mandi
Rifki mengusap dada hingga beberapa kali, sebab dia merasa cukup lega karena Syasi sama sekali tidak berpikiran macam-macam tentang dirinya.
Usai membersihkan diri dan berpakaian santai, kemudian Rifki keluar dari dalam kamar, lalu dia melangkah setapak demi setapak menuruni anak tangga satu persatu.
Sesampainya di meja makan, ternyata Syasi sudah menata semua hidangan di atas meja dengan rapi.
Rifki menarik kursi, lalu dia mendudukkan bokongnya. Dan dalam waktu yang bersamaan pula, Syasi keluar dari dapur dan membawakan secangkir teh hangat untuk suaminya.
Syasi menyunggingkan senyuman, kala melihat Rifki sudah duduk manis di atas kursi.
"Mas, aku pikir kamu masih di kamar, dan malas turun ke bawah, jadi aku tadi hendak mengantarkan makanan malam untuk mu," ujar Syasi sambil menaruh teh hangat yang barusan dia bawa di hadapan Rifki.
Rifki tidak menjawab pertanyaan Syasi, sebab dirinya sejak tadi menunggu kedatangan Mom Siska, namun sampai sekarang tak pernah kunjung datang, kemudian dia menatap kearah Syasi yang hendak duduk di atas kursi. Dan sejurus kemudian Rifki pun akhirnya menanyakan keberadaan Mom Siska pada Syasi.
"Dimana Mommy? biasanya dia yang selalu datang lebih awal, tapi aku sudah hampir Lima menit duduk di sini, namun dia belum juga menampakkan hidung belangnya," ucap Rifki.
Syasi tersenyum. Lalu dia menjelaskan pada Rifki bahwa Mom Siska sedang berlibur bersama dengan teman-temannya ke Bali.
"Tapi mas Rifki tidak perlu merasa khawatir, besok pagi juga Mom sudah sampai rumah kok," jelas Syasi.
"Oh... begitu! tapi Mom kenapa tidak mengabari aku, bahwa dirinya pergi ke Bali?" tanya Rifki.
"Bukannya Mom Siska tidak memberi tau mas, tapi dua hari ini memang mas Rifki sangat sulit untuk di hubungi, bahkan aku menelpon mas hingga beberapa kali, tapi mas Rifki tak kunjung mengangkatnya," ujar Syasi.
Rifki menarik nafas dalam mendengar ucapan Syasi barusan. Memang tak dapat di pungkiri bahwa dua hari ini dia sangat sibuk mencari keberadaan Citra, hingga membuat dirinya lupa segalanya.
"Maaf," ujar Rifki.
Syasi tersenyum manis.
"Tidak apa-apa, sekarang 'kan mas Rifki sudah di rumah dan sudah menjelaskan semuanya tadi padaku, jadi mas Rifki tidak perlu merasa bersalah begitu," ucap Syasi.
Lalu dia mengajak suaminya untuk menikmati masakan buatannya.