Pelatihan SIG atau Sistem Informasi Geografi yang di lakukan Amira bersama teman-teman sebagai kegiatan dalam semester 3, siapa sangka akan mempertemukan Amira dengan seorang pria yang akan menjadi tambatan hatinya. Sang asisten Dosen pelatih yang awalnya Amira kira sangat menyebalkan namun dengan cara ajaib bisa meluluhkan hatinya, membuatnya jatuh cinta dan menerima kehadiran pria itu sebagai pemiliki hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ONE
Namaku Amira, Amira Shintia Rahma teman-teman ku biasa memanggilku Ami atau Shintia. Aku sekarang berusia 21 tahun dan tengah menganyam pendidikan tinggi di salah satu Universitas di kota ini. Universitas Pendidikan, yang memang di fokus'kan untuk melahirkan para pendidik profesional untuk menjadi guru atau tenaga pengajar sebagai outputnya. Sebenarnya guru bukan cita-cita ku, aku juga tidak berminat menjadi seorang tenaga pengajar, namun mau bagaimana lagi kedua orangtua ku meminta agar aku melanjutkan pendidikan di Universitas ini, dengan alasan karena dekat. Awalnya aku sempat menolak, tapi pada akhirnya aku lebih memilih mengalah, toh lagi pula jurusan yang aku ambil tidak mengharuskan atau terlalu mengarahkan agar mahasiswanya menjadi guru.
Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, aku mengambil jurusan itu, sebenarnya aku sangat payah dalam sejarah tapi karena sosialisasi yang aku dapatkan dan aku mengetahui bahwa bukan hanya guru yang bisa menjadi tujuan akhir ku setelah lulus, aku akhirnya memutuskan mengambil jurusan tersebut, dan sekarang disinilah aku, duduk termenung menatap bintang yang berkelip di tengah lapangan luas sendirian, sedikit menyesal karena memilih jurusan yang aku tempuh sekarang karena terlalu banyak kegiatan yang menghamburkan uang juga tenaga ekstra dan jangan lupakan keharusan menginap di kampus yang sangat tidak aku sukai, seperti yang tengah aku lakukan saat ini.
Duduk diam sambil sesekali menoleh ke arah kanan dimana gerbang utama kampus berada dan masih bisa ku jangkau dengan pandangan mata, menunggu salah satu teman pria ku yang tengah menjemput Dosen Pelatih juga asistennya yang akan mengajarkan materi SIG – Sistem Informasi Geografi-, salah satu mata kuliah yang tak pernah aku pahami sebelumnya, namun harus menjadi pertimbangan ku jika aku masih tak ingin menjadi guru setelah lulus nanti.
Tapi tetap saja semua terasa menyebalkan, juga mengesalkan. Tidak perduli kalau memang itu alternatif lain agar aku tidak menjadi guru, tetap saja aku tidak menyukai mata kuliah itu dan pusing.
Sebenarnya SIG adalah mata kuliah yang tidak terlalu sulit, karena dibanding harus menghafal nama-nama penjajah di masa lalu, aku lebih suka menghafal nama daerah juga letaknya dalam peta yang memang ada dalam mata pelajaran SIG, tapi tetap saja aku masih tidak suka karena harus berlama-lama didepan komputer nantinya, di tambah lagi satu tanggung jawab ku emban sekarang karena aku menjadi ketua panitia pelaksana untuk kegiatan ini, hal menyebalkan lainnya yang aku alami, padahal kelas ku – maksudku di Prodi Ips khususnya untuk angkatan ku yaitu semester 3- memiliki banyak pria, bisa di hitung lebih banyak dari wanita, tapi tetap saja mereka menjadikan ku ketua dan aku berakhir di sini lebih awal dari yang lainnya untuk menemani sekedar menyambut dan mengobrol ringan dengan Dosen pelatih yang akan datang nanti, menyebalkan.
Aku memang tidak sendiri, dan itu salah satu hal yang aku syukuri, ada Euis salah satu teman dekat ku yang juga ikut menginap lebih awal –itu pun karena aku memaksanya- dan sekarang wanita itu sudah lebih dulu terlelap, meninggalkan ku yang terduduk di tengah lapangan ini sendirian, sendirian hanya berteman angin malam dan gemersik daun sedikit membuat merinding. Sebenarnya aku bisa saja menunggu didalam ruangan yang sudah di bersihkan dan dijadikan tempat istirahat untuk para wanita, tapi aku lebih memilih duduk disini, supaya cepat menyambut Dosen yang tengah teman pria ku jemput, berfikir agar cepat selesai dan aku bisa lebih cepat istirahat nantinya.
Suara deru mobil yang terdengar mendekat, membuat ku menoleh dan segara beranjak saat tau kalau itu mobil yang teman ku gunakan untuk menjemput Dosen tadi. Aku bergerak, mendekat pada mobil dan mengulas senyum ramah, berusaha sebaik mungkin agar tidak terlihat lelah dan mengantuk.
Teman ku keluar, dia mengulas senyum di susul Dosen pelatih yang juga ikut turun dari pintu mobil yang lain, aku menyalaminya, mengucapkan selamat datang dengan basa-basi ringan sebagai bentuk keramahan, sebelum fokus ku teralih pada seoang pria yang keluar dari pintu belakang mobil, aku mengernyit sebelum ingat bahwa Dosen pelatih yang akan mengajar kami juga membawa asisten seperti yang sudah ku ketahui sebelumnya, tapi aku sedikit terkejut saat melihat pria itu yang masih terlihat muda, mungkin hanya berjarak 2 atau 3 tahun dengan ku. Mengabaikan keheranan ku, aku mengulurkan tangan saat dia sudah berada didepan ku tepat di samping Dosen pelatih.
“Mas Fahmi ya?” dia mengangguk, membenarkan tebakan ku
“Ahh benar. Saya Amira, selaku kepanitiaan. Selamat datang Mas, saya harap Mas dan Bapak Wahid bisa memaklumi keadaan Universitas kami yang adanya seperti sekarang” dia mengangguk kali ini di ikuti juga dengan Pak Wahid.
Aku melepaskan jabatan tangan kami, dan mengisyaratkan pada teman ku dengan isyarat mata agar dia bergerak guna membantu untuk membawakan barang bawaan milik keduanya, yang dengan pasti di lakukan teman ku.
“Mari, kami antar ke ruang istirahat”
Keduanya mengangguk, dan dengan senyum ramah aku memimpin jalan, di ikuti Pak Wahid dan Mas Fahmi yang berjalan berdampingan di belakang ku dan tepat dibelakang mereka teman ku berjalan, membawa beberapa barang.
Sampai di depan ruangan yang telah di siapkan untuk keduanya berisitrahat aku berhenti, membuka knop pintu dan mempersilahkan keduanya masuk, aku kembali mengulas senyum tak lupa memberitahu keduanya dimana letak kamar mandi berada, siapa tau keduanya ingin membersihkan diri sebelum kemudian aku pamit untuk menyiapkan minuman juga makan malam untuk keduanya di bantu teman ku.
Setelah sedikit jauh jarak kami dengan ruangan istirahat tadi teman ku langsung berucap menjengkelkan menurutku namun tetap ku sabari.
"Am, aku bersih-bersih ya, kamu gak papa kan sendirian aku tinggal? Aku cape banget nih"
Dalam hati ingin sekali ku getok kepala teman ku itu, namun urung karena aku tau dia pasti lelah karena perjalanan jauh. Alhasil aku lebih memilih mengangguk, membiarkannya berlalu berlawanan arah dan membiarkan ku sendirian dengan helaan pasrah keluar dari mulut ku.
-