THE WAR PRINCESS

"Key.. "Panggil Mera seorang wanita yang cantik dengan gaun merahnya dan rambut bergelombang sepanggung.

"Sayang. Sini, duduk disamping aku. " ucap pria dengan jubah hitamnya dan rambut panjang seleher.

Mera tersenyum manis dan duduk disamping pria yang dipanggil Key.

"Ada apa hum? " tanyanya sembari mengusap lembut kepala Mera.

"Tidak papa hanya ingin memanggilmu saja. " ucapnya lembut. Kemudian menyenderkan kepalanya dibahu pria yang dia cintai.

Key tersenyum melihat tingkah manja Mera.

"Aku ingin kita selalu bersama, meski terkadang kita akan disibukkan dengan aktivitas masing-masing namun aku ingin

selamanya bersamamu. Aku akan selalu menunggumu kembali. "

Key tersenyum tangannya meraih pinggang Mera dan memeluknya.

"Aku juga ingin selalu bersamamu. Aku mencintaimu selamanya. Bahkan saat kita berpisah nanti aku akan selamanya menunggumu. Kau wanita sempurna untukku. Aku beruntung memiliki kamu dalam hidupku. "

"Berjanjilah padaku, jika selamanya kau hanya untukku, cintamu hanya untukku. Jika nanti kita harus terpisah maka kau akan menungguku dan jika nanti aku tidak ingat padamu tolong tuntun aku untuk kembali kepadamu. " ucap Mera.

"Aku janji Mera. Baik sekarang, nanti dan selamanya aku hanya mencintamu. Aku akan membawamu kembali. Kau milikku selamanya akan menjadi milikku. Karena kau memang milikku. "

Arlina membuka mata. Pandangannya sedikit kabur dan saat telah jernih.

"Arlina kau sudah sadar. " ucap Ghea.

Arlina menoleh kearah Aluna. Dia mengintari sekitar di mana Ghea, Aluna, Leandro, Andrean, Nikolas, Anshel, Fasya, Vincent, Jargan dan Keandra berada di sekelilingnya.

Arlina melihat Jargan terbaring dibankar setelah mengeluarkan pelurunya begitupun dengan Keandra. Pandangannya kearah Keandra yang belum sadar. Tak terasa airmatanya menetes.

"Arlina, ada apa? " panggil Aluna.

Membuat Arlina tersadar.

"Ah, tidak papa. Bagaimana keadaan kalian, Kakak Jargan dan pangeran Keandra? " tanya Arlina.

"Kami baik-baik saja. " jawab Anshel.

"Untuk Pangeran Keandra dan Jargan mereka juga baik-baik saja. Hanya menunggu mereka sadar saja setelah mengeluarkan peluru ditubuh mereka. " sahut Nikolas.

"Karena penyerangan ini maka academy akan diliburkan untuk beberapa hari. Karna yakin jika murid masih shok dengan apa yang terjadi. " ucap Fasya.

"Apa sudah diketahui dalang penyerangan ini? " tanya Arlina.

"Pihak kerajaan tengah menyelidiki namun diyakini jika ini perbuatan dari Xavier. " jawab Vincent.

"Oh ya Arlina, selamat kau naik tingkat Silver Angel! " seru Leandro.

Arlina yang mendengar itu terkejut.

"Bagaimana bisa aku tiba-tiba naik tingkat! " tanyanya.

Mereka tersenyum mendengar ucapan dan terkejutan Arlina.

"Iya untuk ujian ketiga yang sempat tertunda karena ledakan waktu itu adalah melihat cara berperang, saat melihatmu bertarung, saat melawan Alcidion dan Aldous, sampai membunuh Orchid sudah membuktikan kelayakanmu untuk naik tingkat. " jawab Andrean.

"Tapi kenapa aku naik tingkat silver angel? Bukankah seharusnya tingkat Snake Greenpeace dulu yah? "

"Melihat bagaimana kau bertarung membunuh musuh, mengakhiri pertempuran ini dan kau juga menyelamatkan kami bahkan Pangeran Keandra. Maka dengan permintaan raja Alaska kau naik tingkat silver angel dan bukan snake Greenpeace. " jelas Fasya.

"Apa hanya aku saja? "

"Aluna dan Ghea juga ikut naik tingkat bersama anak-anak yang ikut pertempuran hanya saja masih berada ditingkat Snake Greenpeace. " jawab Vincent.

Arlina yang mendengar penjelasan itu mengangguk mengerti. Tidak disangka dia bisa langsung naik tingkat silver angel hanya karena menyelamatkan pangeran Keandra dan membunuh Orchid bahkan mengalahkan Alcidion dan Aldous di academy selesai.

"Baiklah. " sahut Arlina.

Mendengar Arlina setuju mereka tersenyum.

"Kau istirahatlah dulu dan setelah ini kita akan sama-sama pulang. Setelah kondisimu dan kita kembali Vit kau akan diajak ke istana. Disana mungkin ada yang akan dijelaskan. " ucap Leandro.

"Baiklah kak. "

****

BRAKK!

"Brengsek! Rencanaku gagal untuk membunuh pangeran dan tujuh kesatria itu! " amuk seorang pria dan dia adalah Xavier.

"Aku harus memikirkan rencana baru! "

Xavier menatap anak buahnya

"Kau cepat panggilan dia kesini! " titahnya.

"Baik Tuan, " pemuda itu pergi untuk memanggil orang yang diminta oleh tuanya itu.

Tak lama pemuda itu kembali bersama pemuda lainnya.

"Tuan memanggilku? "

"Aku minta pergi ke ibukota Kimendra. Cari tau apa yang terjadi disana. "

"Bukankah orang-orang tuan masih disana? "

"Mereka itu tidak becus. Jadi kau yang akan pergi kesana Dion. Lagian jika kau yang kesana mereka tidak akan curiga benar begitukan Andreas! " smirknya.

Pria itu tersenyum.

"Baiklah jika itu keinginan tuanku maka akan aku lakukan. "

Xavier menyeringai iblis lalu mengangguk dan pria itu bernama Andreas atau memiliki nama asli Dion pergi dari kastil ini menuju ibukota Kimendra.

Andreas telah sampai di ibukota. Hingga dia melihat gadis cantik yang bernama Arlina. Terlihat gadis itu tengah berdiri bersandar disamping gerbang meshion Kim. Dengan keramahan dia mendekat.

"Nona Arlina.. " sapanya.

Arlina menoleh kearah kiri dimana Andreas memanggilnya.

"Pelatih. Lama tidak bertemu. " ucapnya.

Andreas menunduk hormat

"Nona lebih cantik dari yang saya lihat terakhir kalinya. "

Arlina tersenyum.

"Terimakasih pelatih dan aku rasa pelatih berbeda dengan terakhir kita bertemu. " ucapnya.

Mendengar itu Andreas terkejut namun dengan cepat menormalkan ekpresinya.

"Benarkah? Saya rasa itu hanya perasaan Nona saja. " ucapnya.

Melihat ekpresi Andreas, Arlina tersenyum.

"Ya sudah ayo masuk ayahanda dan lainnya sedang menunggu pelatih. " ajaknya.

Andreas tersenyum lega.

"Baiklah. "

Begitu Andreas berjalan tiba-tiba

BUGH!

Brukk

****

Di Kerajaan Minerrand.

"Kalian panggilkan Laude dan Claude. " titah Pangeran Keandra.

"Baik pangeran. " prajurit itu pergi untuk memanggil dua orang yang diperintahkan.

Tak lama dua dayang datang.

"Pangeran memanggil kami. " ucap wanita dengan rambut hitam disanggul bernama Claude.

"Ada yang bisa dibantu, pangeran? " tanya wanita rambut pirang yang dikepang bernama Laude.

BRAKK!

Pintu tiba-tiba ditutup dengan kasar. Terlihat pangeran Rendra datang bersama Leandro, Andrean, Nikolas, Anshel, Fasya, Vincent. Mereka menatap tajam dua dayang tersebut. Hal itu membuat dua dayang itu ketakutan terlebih melihat tatapan dingin namun tajam menusuk.

"Ma-maaf pangeran ini ada apa ya? " tanya Claude berusaha bersikap tenang.

"Apa kau tau apa kesalahanmu? " dingin Pangeran Keandra.

"Ma-maksud pangeran? " tangan Laude gugup karena tatapan tajam langeran Keandra dan nada dingin yang begitu menusuk.

Crekk!

"Akhhhh! " teriak Claude dan Leandro kesakitan karena tarikan dirambut mereka.

*Kau tidak tahu atau pura-pura tidak memahami apa yang pangeran Keandra katakan!? " bentak Andrean yang menarik kuat rambut Claude.

"Kami tau jika kamu adalah penghianat kerajaan lebih tepatnya mata-mata kerajaan! " teriak Leandro menarik kuat rambut Laude.

BRUKK

"Akhhhh! " ringis keduanya kesakitan yang didorong kasar oleh Leandro dan Andrean tepat dikaki pangeran Keandra.

"Aku tau, kalian adalah mata-mata yang dikirim oleh Xavier. Dan nama asli kalian adalah Sivia dan Ervlin. " dingin pangeran Reandra.

Mendengar itu keduanya terkejut. Tidak percaya jika identitas mereka akan terbongkar.