Ketabahan Arini benar-benar diuji. Selama 6 tahun menikah, Arini tidak juga dikaruniai seorang anak dalam rumah tangganya bersama Dodi Permana. Hinaan, caci maki dan perlakuan tidak adil selalu ia dapatkan dari Ibu mertuanya.
Namun, Arini tetap tabah dan sabar menghadapi semuanya. Hingga sebuah badai besar kembali menerpa biduk rumah tangganya. Dodi Permana, suami yang sangat dicintainya berselingkuh dengan seorang wanita yang tidak lain dan tidak bukan adalah Babysitter-nya sendiri.
🚫 Warning! Cerita ini hanya untuk Pembaca yang memiliki kesabaran tingkat dewa, sama seperti tokoh utamanya. Cerita ini memiliki alur cerita ikan terbang yang bisa membuat kalian kesal 💢 marah 💥 dan mencaci maki 💨😅 Oleh sebab itu, jika kalian tidak sanggup, lebih baik di skip saja tanpa meninggalkan hujatan buat othor, yeee ...
❤ Terima kasih ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Beberapa hari kemudian.
Akhirnya si kecil Azkia diperbolehkan pulang oleh Dokter karena kondisinya yang sudah kembali seperti sedia kala. Bayi mungil nan cantik itu sudah bisa tertawa dan berceloteh ria lagi sama seperti biasanya.
Setelah membayar biaya Rumah Sakit dan perawatan si kecil Azkia, Dodi dan Arini pun bersiap kembali ke kediaman mereka. Di sepanjang perjalanan menuju rumah mereka, Arini tidak seperti biasanya. Wanita itu hanya diam saja dan tak bicara sepatah kata pun.
Melihat istrinya yang seperti itu, Dodi tampak kebingungan. Berkali-kali ia melirik Arini yang duduk tepat di sebelahnya. Namun, wanita itu tetap diam dan tidak menggubrisnya.
"Kamu kenapa, Arini? Apa aku sudah melakukan sebuah kesalahan yang tidak aku sadari?" tanya Dodi sambil sesekali melihat ke arah jalan.
Arini menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. "Bukanlah, Mas. Ini tidak ada sangkut pautnya dengan Mas. Hanya saja aku merasa kurang enak badan. Tubuhku lemas dan kepalaku terasa sangat berat," lirih Arini.
"Loh, kamu sakit?" pekik Dodi. Lelaki itu segera menyentuh kening Arini dan ternyata benar. Tubuh istrinya itu memang terasa hangat dan tidak seperti biasanya. "Kamu benar, Rin. Tubuhmu terasa hangat. Sebaiknya kamu beristirahat setibanya di rumah nanti dan jangan lupa minum obat penurun panas. Sepertinya suhu tubuhmu cukup tinggi," ucap Dodi.
Arini pun menganggukkan kepalanya pelan. "Iya, baiklah. Sepertinya aku memang butuh istirahat. karena mungkin aku kelelehan. Sudah beberapa hari selama di Rumah Sakit, aku kurang tidur dan kurang beristirahat," tuturnya.
Tidak berselang lama, mereka pun tiba di kediaman sederhana mereka. Ketika Dodi memarkirkan mobilnya, ternyata saat itu Hendra tengah berada di halaman rumahnya sendiri. Lelaki itu sedang membersihkan motor sport kesayangan miliknya.
Hendra menghentikan pekerjaannya kemudian berdiri di samping pagar yang membatasi antara rumahnya dan rumah milik Dodi. Ia tersenyum kemudian menyapa pasangan tersebut.
"Wah, si kecil sudah pulang. Boleh Om jenguk?" ucap Hendra sambil tersenyum hangat.
Setelah Arini keluar dari mobilnya bersama si kecil Azkia, Dodi segera menyusul dan meraih barang-barang bawaan mereka.
"Ya, Om Hendra. Aku sudah sehat loh, Om!" jawab Arini sembari melambaikan tangan si kecil Azkia yang sedang berada di dalam pelukannya.
"Owh, syukurlah."
Hendra kembali tersenyum sedangkan Dodi tampak tidak suka ketika lelaki itu menyapanya. Hendra memperhatikan wajah Arini dengan seksama dan ia tahu bahwa Arini sedang tidak sehat saat itu.
"Arini, wajahmu pucat sekali."
"Iya, Mas Hendra. Mungkin karena aku kurang istirahat ketika di Rumah Sakit," jawab Arini sembari melangkah menuju teras rumahnya. "Kami masuk dulu ya, Mas."
"Ya," jawab Hendra sembari menganggukkan kepalanya ketika bersitatap bersama Dodi. Dodi tidak membalas, ia terus melangkahkan kakinya menyusul Arini sambil membawa barang-barang mereka ke dalam kamar.
Setibanya di dalam kamar, Arini segera meletakkan si kecil Azkia ke atas tempat tidur dan membiarkan bayi mungil tersebut melanjutkan tidurnya. Sedangkan Dodi tengah sibuk merapikan kembali barang-barang bawaan mereka. Wajahnya terlihat menekuk dan sepertinya ia sedang kesal.
Arini yang sedang mengganti pakaiannya, menyadari bagaimana ekspresi suaminya saat itu. "Kamu kenapa, Mas? Kok, wajahnya ditekuk begitu?" tanya Arini.
"Itu si Hendra bikin kesal saja. Aku tahu itu hanya alasannya saja, berdalih menanyakan soal Azkia, padahal sebenarnya ia memang ingin menyapamu. Dasar!" gerutunya.
Arini mengerutkan alisnya sambil memperhatikan suaminya tersebut. Ia berjalan menghampiri Dodi kemudian memeluknya dari belakang. "Kenapa Mas berkata seperti itu? Mas cemburu, ya?" tanya Arini sambil terkekeh pelan.
Dodi meraih tangan Arini yang melingkar di perutnya kemudian segera berbalik dan kini mereka berdiri dengan posisi saling berhadapan. "Ya, Mas cemburu. Ingat ya, Sayang. Tolong jaga jarak dari lelaki itu. Mas tidak suka," jawabnya sembari mencubit hidung Arini.
Arini kembali tertawa pelan kemudian memeluk tubuh Dodi lagi. "Entah kenapa aku suka ketika Mas cemburu. Itu artinya Mas benar-benar sayang sama Arini. Benar 'kan?"
"Tentu saja. Kamu 'kan istrinya Mas," jawab Dodi. "Sudah cepat, sebaiknya kamu segera minum obat penurun panas. Suhu tubuhmu sepertinya semakin meningkat saja, Arini."
"Baiklah."
Arini pun bergegas mengambil obat penurun panas yang ada di kotak obat. Setelah meminum obat tersebut, Arini pun segera beristirahat di atas tempat tidurnya.
Sementara itu.
Dodi kembali ke mobilnya untuk mengambil barang-barang yang masih tertinggal di sana. Ketika melewati ruang depan, tidak sengaja Dodi berpapasan dengan Bu Nining.
"Sudah pulang kamu, Dod? Bagaimana anak itu, sudah sehat?" tanya Bu Nining basa-basi.
"Ya, Azkia sudah sehat, Bu. Semoga saja ini tidak terjadi lagi," sahut Dodi.
Selama Azkia di Rumah Sakit, jangankan menengok, Bu Nining bahkan tidak pernah bertanya bagaimana kabar bayi mungil tersebut. Sementara Bu Ira Setiawan, Ibunya Hendra, beberapa kali menjenguk Arini dan bayinya.
"Pasti menghabiskan banyak uang. Hmm, Dodi, Dodi!" gumam Bu Nining sembari menggelengkan kepalanya. Ia terus melangkah menuju ruang televisi dan kebetulan Dodi sama sekali tidak mendengar apa yang diucapkan oleh Ibunya tersebut.
...***...
penasaran nih kita /Grin//Grin/