NovelToon NovelToon
Anjani Istri Yang Diremehkan

Anjani Istri Yang Diremehkan

Status: tamat
Genre:Poligami / Janda / Selingkuh / Tamat
Popularitas:1.7M
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Uang miliaran di rekening. Tanah luas. Tiga ratus pintu kontrakan.

Anjani punya segalanya—kecuali harga diri di mata suaminya dan keluarganya.

Hari ulang tahunnya dilupakan. Status WhatsApp menyakitkan menyambutnya: suaminya disuapi wanita lain. Dan adik iparnya dengan bangga menyebut perempuan itu "calon kakak ipar".

Cukup.

"Aku akan tunjukkan siapa aku sebenarnya. Bukan demi mereka. Tapi demi harga diriku sendiri."

Dan saat semua rahasia terbongkar, siapa yang akan menyesal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 3

Pagi menjelang, bahkan sebelum azan Subuh berkumandang, Anjani sudah terbangun. Matanya sembab, bekas tangis semalam masih terasa. Sepi. Sunyi. Hanya detak jam dinding yang menemani kesendiriannya. Bohong kalau dia bilang tidak sakit hati. Ulang tahunnya berlalu begitu saja, tanpa satu pun ucapan dari suami, mertua, atau ipar-iparnya. Yang lebih menyakitkan—mereka justru terlihat begitu bahagia merayakan ulang tahun wanita lain. Lusi. Wanita yang jelas-jelas tengah berusaha merebut suaminya.

Meski hatinya perih, Anjani tetap melangkah ke dapur. Rutinitas pagi yang tak pernah absen: menyiapkan sarapan untuk seluruh keluarga. Tak ada yang peduli. Tak ada pujian, apalagi ucapan terima kasih. Seolah-olah apa yang ia lakukan setiap hari hanyalah kewajiban kosong tanpa arti. Padahal, andai mereka mau berpikir sejenak—bagaimana jadinya jika tak ada yang menyiapkan makanan pagi?

Satu per satu anggota keluarga mulai berkumpul di meja makan.

“Lusi semalam cantik banget, ya,” ucap Mirna dengan senyum mengembang.

“Iya, Mah. Cantik dan kelihatan berkelas,” sahut Nina antusias.

“Aku kalau udah lulus nanti, mau jadi wanita karier aja. Nggak mau jadi ibu rumah tangga,” celetuk Nani sambil menyendok nasi.

“Iyalah. Masa kuliah mahal-mahal cuma buat jadi ibu rumah tangga,” sahut Mirna cepat, menegaskan.

“Sudah, sudah. Makan dulu. Jangan ngobrol terus,” tegur Adi, ayah mertua Anjani, datar.

Mirna hanya mendengus lalu melanjutkan, “Pokoknya kalian berdua ingat, ya. Lulus nanti jangan mau cuma di dapur. Malu sama titel kalian.”

Anjani diam. Hatinya menggumam lirih, “Andai kalian tahu… aku lulusan IPB dengan predikat cumlaude. Aku pernah ditawari posisi tenaga ahli langsung oleh kementerian. Aku ini master dengan nilai terbaik, tapi kuliah bukan untuk dibanggakan. Ilmu pengetahuan itu tanggung jawab. Bukan pameran gelar. Sekolah tinggi, tapi tak bermanfaat untuk orang lain, buat apa?”

Ia tersenyum kecil, lalu menuang teh ke cangkir tanpa sepatah kata pun.

Setelah sarapan, Nina dan Nani berangkat kuliah dengan langkah angkuh. Seolah status sebagai mahasiswi adalah puncak kejayaan hidup. Padahal, justru setelah luluslah kehidupan yang sesungguhnya dimulai—tempat pembuktian siapa yang benar-benar tangguh.

Riki pun berangkat kerja. Wajahnya dingin, tanpa ekspresi. Anjani sempat menatap punggung suaminya, berharap mendengar satu kalimat sederhana, “Maaf, sayang. Aku lupa ulang tahunmu.” Tapi, itu hanya angan. Riki berlalu tanpa sepatah kata pun.

Pak Adi juga pergi entah ke mana. Meski tak bekerja, dia memilih meninggalkan rumah. Barangkali bosan dimarahi Mirna, istrinya. Atau mungkin pura-pura sibuk mencari bisnis demi harga diri.

Sementara itu, Mirna kembali ke kamar, melanjutkan "bobo cantiknya". Enam bulan terakhir hidupnya terasa seperti ratu—semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh Anjani. Tapi karena Anjani terlihat sederhana, tanpa dandanan, dan dianggap tak berpendidikan, ucapan terima kasih pun terasa terlalu mahal untuk diberikan padanya.

Selesai mencuci piring dan menyapu rumah, Anjani kembali ke kamar. Di sana, dia membuka laptop dan memeriksa aplikasi kontrakan yang ia rancang sendiri. Dari sana, ia bisa melihat data penghuni, pembayaran, hingga rekaman CCTV. Untuk setiap 50 pintu kontrakan, satu orang pengurus dipercaya menjalankan operasional.

Pendapatan bulan ini tertera: Rp150.000.000. Setelah dipotong operasional sebesar Rp70 juta, bersihnya Rp80 juta. Anjani tersenyum kecil. “Andai mereka tahu penghasilanku, mungkin mereka akan menyembahku,” gumamnya.

Bukan gelar atau seragam yang membuatnya berharga, tapi pikirannya yang tajam dan kerja keras tanpa pamrih.

Ia lalu membuka email. Beberapa universitas negeri dan swasta mengundangnya menjadi dosen. Ada pula lembaga riset yang memintanya jadi tenaga ahli.

“Kita lihat nanti. Aku ingin tahu ke mana rumah tanggaku akan berlabuh,”bisik Anjani. Ia menutup email, lalu melanjutkan membaca artikel ilmiah—kebiasaan yang membuat pikirannya tetap tajam, meski hatinya mulai lelah.

Meski lelah, Anjani tetap melaksanakan kewajibannya: menyiapkan makan malam. Tak adayang spesial—hanya nasi, sayur, dan lauk sederhana. Mereka sekeluarga jarang berkumpul saat malam, tapi Anjani tetap menjalankan perannya seperti biasa.

Sudah hampir sebulan ini, Riki selalu pulang malam. Termasuk malam ini. Jam delapan baru terdengar deru mobilnya di depan rumah. Meski hatinya telah lelah menunggu, Anjani tetap menyambutnya seperti istri yang tak pernah kehilangan cinta.

Ia menyambut Riki di depan pintu, mengambil tasnya, mencium tangannya, dan merapikan sepatunya dengan lembut.

“Bang, mau makan dulu atau mandi?” tanya Anjani lembut.

“Aku mandi dulu. Tolong siapkan air hangat ya,” ucap Riki dengan senyum tipis.

Senyuman itu membuat hati Anjani terasa hangat. Ia rindu momen-momen kecil seperti itu. Mungkinkah Riki mulai berubah? Mungkinkah semua luka akan segera sembuh?

Tanpa banyak pikir, Anjani masuk ke kamar mandi dan menyiapkan air hangat. Setelah selesai, ia melangkah ke ruang tengah hendak memanggil Riki. Tapi langkahnya terhenti saat mendengar percakapan dari balik pintu.

“Bu, aku dipromosikan jadi kepala cabang di luar kota,” suara Riki terdengar senang.

“Wah, gaji kamu naik dong?” sahut Mirna bersemangat.

“Iya, Mah. Dapat rumah dinas dan kendaraan juga,” jelas Riki.

“Kalau begitu kamu harus cepat menikah dengan Lusi. Cocok banget! Dia berpendidikan, wanita karir, pasti bikin kamu bangga,” suara Mirna menggebu.

Anjani terdiam. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Bahkan ibu mertuanya sudah merancang masa depan seakan dirinya tidak pernah ada.

“Aku masih mencintai Anjani, bu,” ucap Riki pelan.

“Kamu itu jangan bodoh! Kamu sudah janji nikahi Lusi. Jangan bikin Ibu malu!” hardik Mirna.

“Aku mau dua-duanya, Bu.”

Anjani tak tahan lagi. Ia masuk dengan wajah tenang, menyembunyikan luka di dadanya.

“Mas, air hangatnya sudah siap,” ucapnya pelan, menahan air mata yang nyaris jatuh.

Malam itu, selepas membereskan dapur dan memandikan dirinya dengan air hangat untuk meredakan lelah, Anjani duduk di pojok ranjang sambil membuka ponselnya. Seperti biasa, ia hanya ingin mengecek jadwal kontrakan dan beberapa email pekerjaan. Namun, satu notifikasi mencuri perhatiannya—grup WhatsApp "Keluarga Besar Pratma".

Grup yang berisi saudara-saudara riki

Anjani melihat grup tersesebut

[Nina menambahkan lusi]

“wow sudah terang-terangan memasukan pelakor ke keluarga besar” pikir anjani

Nina : Selamat datang calon kaka ipar

Nani : akhirnya kita akan punya kaka ipar yang dibanggakan

Rina (sepupu) : wih ini yang S2 dari singapura itu ya

Nina : iya dong

Mirna : selamat datang lusi cantik pintar wanita karir

Lusi : terimakasih semuanya maaf tadi aku sibuk di kantor

Susi : wow akhirnya kita akan dapat menantu wanita sukses bukan menantu upik abu

Nina mengirim foto foto: Lusi dan Riki, berdua, duduk berdempetan di sebuah kafe mewah. Lusi tersenyum penuh percaya diri, sementara Riki tampak canggung tapi tidak menolak.

Caption yang menyertai foto itu lebih menyakitkan daripada foto itu sendiri.

"Semoga cepat resmi ya, biar nggak main belakang terus."

Disertai emotikon hati dan tanda tertawa.

Grup langsung gaduh. Sepupu-sepupu Riki dan beberapa tante mulai menimpali.

"Aduh, akhirnya diumumkan juga ya. Udah cocok dari dulu."

"Cewek pintar dan cantik emang pas buat jadi istri manajer."

"Eh, yang di rumah itu masih ada nggak sih? Jangan-jangan numpang doang."

“masa manajer istrinya hanya ibu rumah tangga menjijikan sekali”

Sindiran pasif-agresif mengalir deras, seperti hujan di tengah malam. Tak satu pun menyebut nama Anjani, tapi semua tahu siapa yang dimaksud.

Anjani membaca semuanya. Sekilas hatinya mencubit, tapi bukan luka yang terasa—melainkan kelegaan aneh. Dia diam sejenak, lalu menaruh ponselnya di atas pangkuan. Kepalanya menunduk, dan tawa kecil lolos dari bibirnya.

“Ternyata segini doang nilainya,” gumamnya lirih.

Satu per satu kepingan puzzle mulai tersusun jelas. Ia bukan istri dalam sebuah rumah tangga. Ia hanya batu loncatan. Tapi Anjani bukan wanita yang bisa diinjak lalu dilupakan. Diamnya bukan lemah. Tawanya bukan menyerah.

“baiklah jika itu mau kalian, maka akan aku tunjukan caraku bermain” gumam anjani pada dirinya

Kemudian dia melihat riki yang sudah tertidur pulas “jangan menyesal jika aku pergi”

1
Bunda Keisha
extrapart donk... msh kurang.. /Pray/
esti kusuma
judulnya sepele, isinya wow
Ari Peny
kok diko punya data dr intelijen kamu hrs curiga anjani
Ari Peny
pasti ni diko ada rahasia
shari ayi
selamat berjuang rizki dan raka 💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪
Hainun Hanafiah
kok kaya kisah nyata yaa..
Rika Hassan Aulia
terimakasih Thor cerita yg keren happy ending bikin seneng... coba kl sad ending g bisa tidur 👍
Ari Peny
yaaa anjani kok kalah
Memyr 67
𝖻𝖾𝗋𝗁𝖺𝗋𝖺𝗉, 𝗌𝖾𝗍𝖾𝗅𝖺𝗁 𝖺𝗒𝖺𝗁𝗇𝗒𝖺 𝗅𝗎𝗌𝗂 𝖽𝗂𝗍𝖺𝗇𝗀𝗄𝖺𝗉, 𝗋𝗂𝗄i, 𝗒𝗀 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂𝗇𝗒𝖺 𝖽𝗂𝗍𝖺𝗇𝗀𝗄𝖺𝗉. 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗅𝗎𝗌𝗂 𝗆𝖾𝗇𝖾𝗋𝗎𝗌𝗄𝖺𝗇 𝗉𝗋𝗈𝖿𝖾𝗌𝗂 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗃𝖺𝗅𝖺𝗇𝗀 𝖽𝖺𝗇 𝖻𝖾𝗋𝗍𝖾𝗆𝗎 𝗌𝗂 𝗄𝖾𝗆𝖻𝖺𝗋 𝗇𝗂𝗇𝖺 𝗇𝖺𝗇𝗂, 𝗌𝖾𝗆𝗎𝖺𝗇𝗒𝖺 𝗍𝖾𝗋𝗉𝖾𝗋𝗈𝗌𝗈𝗄 𝗓𝗂𝗇𝖺, 𝗆𝖾𝗇𝗂𝗇𝗀𝗀𝖺𝗅𝗄𝖺𝗇 𝗂𝖻𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗋𝗂𝗄𝗂 𝗌𝖾𝗇𝖽𝗂𝗋𝗂, 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗃𝖾𝗅𝖺𝗌.
Dedeh Dian
sungguh sangat bagus ceritanya.... makasih author
Dedeh Dian
terimakasih author...sangat sangat bagus ceritanya... terinspirasi..untuk menjadi lebih kuat.💪
Ladya
Cih nulis pake chatGPT aja bangga 😏
SOPYAN KAMALGrab: hahaha.... terimakasih KA udah mampir
total 1 replies
Memyr 67
𝗀𝖺𝗒𝖺 𝗁𝗂𝖽𝗎𝗉 𝗅𝗎𝗌𝗂? 𝗅𝗎𝗌𝗂 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀, 𝗆𝖺𝗎𝗇𝗒𝖺 𝗆𝗈𝗋𝗈𝗍𝗂𝗇 𝗋𝗂𝗄𝗂, 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗍𝖺𝗎 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗒𝗀 𝖽𝗂𝖽𝖺𝗉𝖺𝗍 𝗋𝗂𝗄𝗂 𝗂𝗍𝗎 𝖻𝖺𝗇𝗍𝗎𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝗂𝗌𝗍𝗋𝗂𝗇𝗒𝖺. 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝖼𝗈𝖼𝗈𝗄, 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝗋𝗂𝗄𝗂 𝗍𝗎 𝗅𝗎𝗌𝗂. 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀.
Memyr 67
𝗂𝗇𝗂 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 𝗄𝖺𝗉𝖺𝗇, 𝗄𝖾𝗌𝖺𝖻𝖺𝗋𝖺𝗇𝗇𝗒𝖺 𝖺𝗇𝗃𝖺𝗇𝗂?
Alang Sari
kereen bab ini
Lina Gunawan
realita politik dn birokrasi di negeri antah berantah
Yusni
cerira yg menaruk....sesuatu yg jrg sekali ada di novel..semua dikemas dlm saty cerita walau ada jg yg typo ...semoga semakin keren lagi kedepannya
Lina Gunawan
suka bngt sm alur ceritanya, kereen thor/Good//Good/
Dessy Lisberita
anjani sekarang berkuasa dari kakenya
Alma Zhienot
nah kn Jamal lagiiiiii. awas aza kmu Jani kalo sampe mecat jamal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!