NovelToon NovelToon
Ketika Benci Menemukan Rindu

Ketika Benci Menemukan Rindu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Perjodohan yang terjadi antara Kalila dan Arlen membuat persahabatan mereka renggang. Arlen melemparkan surat perjanjian kesepakatan pernikahan yang hanya akan berjalan selama satu tahun saja, dan selama itu pula Arlen akan tetap menjalin hubungan dengan kekasihnya.

Namun bagaimana jika kesalahpahaman yang selama ini diyakini akhirnya menemukan titik terangnya, apakah penyesalan Arlen mendapatkan maaf dari Kalila? Atau kah, Kalila memilih untuk tetap menyelesaikan perjanjian kesepakatan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Mimpi Yang Terasa Nyata

Perlahan Arlen membuka kedua kelopak matanya begitu merasakan sensasi dingin dari air yang mengguyur wajahnya. Wajah wanita itu pun muncul di hadapannya. Miranda!

Miranda sedang duduk di atas tubuhnya, persis seperti yang terakhir kali Arlen ingat ketika Miranda berada di atas tubuh pria lain.

Ingatan itu membuat dadanya begitu sakit dan nyeri. Semua yang dia usahakan untuk wanita yang dia impikan akan menjadi masa depan untuk tempatnya menghabiskan seumur hidup rupanya tidak mempunyai arti apa-apa. Semuanya hanya karena uang.

Miranda hendak menyingkir dari atas tubuhnya, namun dengan cepat Arlen menangkap pinggang ramping itu dengan kedua tangannya.

"Kamu mau kusentuh, kan? Baiklah! Aku akan menyentuhmu!"

"Eh, ap-apa?!"

Arlen pun langsung menukar posisi mereka. Dia membanting tubuh ringan Miranda ke atas ranjang, mengunci kedua pergelangan tangan Miranda di atas kepala wanita itu dengan satu tangannya, sementara satu tangannya lagi tanpa permisi langsung menjelajahi tubuh Miranda dari balik kaos kebesaran yang dikenakan wanita itu.

"Kenapa memberontak?! Bukankah ini yang kamu mau sejak dulu? Bukankan kamu sangat ingin tangan pria menjamah tubuhmu?! Jadi, nikmatilah!" ucapnya dengan nada dingin, bukan nada cinta yang seharusnya diucapkan.

Sentuhan yang dilakukannya bahkan jauh dari kata lembut, dia seperti orang kelaparan yang tak tahu adab. Tangannya terus bergerak, mengabaikan penolakan yang dilakukan Miranda di bawah kukungan tubuhnya.

Semakin Miranda memberontak, semakin besar pula Arlen mengeluarkan tenaganya untuk bisa melucuti pakaian yang dikenakan Miranda. Meskipun kepalanya terasa berdenyut, tapi rasa sakit hati mengalahkan denyutan kepalanya, dirinya bahkan semakin menggila.

"Jangan! Jangan! Arlen, aku mohon, jangan!" Miranda meminta dengan putus asa begitu Arlen berhasil melepaskan celana olahraga yang dikenakan Miranda.

"Jangan?! Kenapa? Apa kamu hanya mau melakukannya jika aku membayarmu seperti pria-pria bajingan yang kamu layani itu, hah?!"

Miranda terus menggeleng, tangannya berusaha menepis tangan Arlen, tapi selalu gagal.

Arlen dengan bar-bar berhasil melucuti pakaian Miranda, dia bahkan tak segan mencengkram kuat lengan Miranda, menahannya agar tidak menyulitkannya.

"Buka kakimu!" titah Arlen. Tapi Miranda menggeleng dengan air mata yang sudah tumpah ruah.

"Buka kakimu atau kupaksa!"

Miranda tetap menggeleng, menahan kedua pahanya untuk tetap rapat.

"Baiklah jika kamu memang lebih suka cara yang kasar."

Arlen dengan hentakan tangan yang cukup kuat membuat kedua paha Miranda akhirnya terbuka, dia langsung menahan keduanya dengan cara menindihnya dengan kedua lututnya. Dia mengabaikan teriakan kesakitan Miranda karena dirinya sudah sibuk untuk membuka celananya sendiri, hingga penyatuan yang menyakitkan dan penuh dengan paksaan itu pun terjadi tanpa belas kasih.

Arlen terus memompa dirinya di atas Miranda yang terus berteriak kesakitan. Dia tak peduli.

Alih-alih melepaskan, Arlen malah melesakkan wajahnya ke leher Miranda, membuat tanda-tanda di sana.

Hingga desakan sesuatu dari dalam Arlen tak lagi bisa dia tahan, dia tak peduli dimana dia mengeluarkan cairannya, yang jelas setelah hentakan terakhir, tubuh Arlen langsung tumbang tepat di sebelah Miranda yang menangis.

* * *

Dia merasa tubuhnya tidak nyaman, antara dingin dan lengket, kepalanya pun juga begitu pusing, tapi dia memaksa matanya untuk terbuka. Kepalanya langsung menoleh ke sebelahnya dan mendapati ranjangnya yang kosong.

Ah, rupanya dia bermimpi. Entah bisa dikatakan mimpinya buruk atau indah. Tapi, mimpinya terasa begitu nyata, dia bahkan masih mengingat rasa lembut kulit Miranda pada telapak tangannya, bibir Miranda pada bibirnya, dan dua gumpalan kembar yang begitu pas dire masnya.

Dia membuang napas kasar. Semalam mimpi basahnya benar-benar gila, celana boxernya pun sampai basah dan...dia bahkan sampai tidak mengenakan baju.

Ini aneh. Baru kali ini Arlen bermimpi sampai membuka pakaian seperti ini.

Tak hanya kulit lembut Miranda yang terasa begitu nyata pada sentuhannya, iaa pun ingat bagaimana Miranda menangis dan memohon agar Arlen tidak melakukannya. Wanita itu bahkan berteriak kesakitan.

Akh, kepalanya kembali berdenyut, rupanya efek alkohol benar-benar sudah membuat dirinya kacau. Dia juga mengacau di kantor.

Dua hari yang gila! Keluhnya dalam hati.

Detik berikutnya dia baru menyadari adanya mangkuk kosong dan handuk di atas meja samping tempat tidurnya. Tak hanya itu, dia juga menemukan satu baki dengan semangkuk bubur yang sudah dingin di atas meja nakas.

"Kalila masuk ke kamarku." katanya dengan intonasi kesal.

Dengan mengabaikan kepalanya yang berdenyut dan tampilannya yang hanya mengenakan boxer, Arlen keluar dari kamar hanya untuk mengomel pada Kalila karena telah berani masuk ke dalam kamarnya. Ia mendapati Kalila tengah menyantap sarapannya di meja makan. Mata mereka saling bertemu. Berbeda dengan tatapan Arlen yang kesal, tatapan Kalila penuh dengan kewaspadaan.

"Apa kamu masuk ke dalam kamarku?" tanya Arlen seraya berjalan cepat menuju meja makan.

Tiba-tiba saja Kalila langsung berdiri dan menjauh, ia bahkan nyaris terjatuh karena kakinya yang tersandung kaki kursi, tapi dia berhasil menjaga keseimbangannya. Melihat reaksi Kalila yang seperti ketakutan, membuat Arlen menghentikan gerakannya.

"Ke-kenapa ga pakai baju?" tanya Kalila.

"Jawab dulu pertanyaanku. Kamu masuk ke dalam kamarku?"

Kalila diam sejenak, seperti seseorang yang sedang mencerna pikiran yang berkecamuk di dalam kepalanya.

"Jawab!" Arlen membentaknya.

"I-iya, aku membawakan obat dan bubur untuk-"

"Sudah kukatakan jangan masuk ke kamarku!" Potong Arlen dengan tatapannya yang menghunus.

"A-aku hanya...kamu terlihat sakit semalam, jadi aku hanya-"

"Hanya apa? Hah?! Jangan menguji kesabaranku, Lila! Kamu dan wanita itu sama saja, kalian mendekatiku hanya karena harta, jadi ga perlu lagi berpura-pura peduli dengan alasan apapun! Mengerti!"

Kalila mengangguk.

"Aku akan mengurus perceraian kita, secepatnya."

Mendengar kata perceraian, Kalila langsung mengangkat wajahnya, menatap balik Arlen dengan tatapan bingung.

"Tenang aja, aku akan memberikan uang kompensasi karena aku telah memangkas periode kontrak. Kamu bisa nikmati uang kompensasi itu."

"K-kamu benar-benar akan menceraikanku setelah..."

"Ya, aku akan mengurusnya. Kenapa? Apa kamu pikir setelah hubunganku dan Miranda berakhir aku akan menerimamu? Jangan mimpi!"

"Tapi semalam-"

"Sebaiknya mulai sekarang kamu pikirkan alasan yang akan kamu berikan kepada Bunda Seruni."

Arlen benar-benar tidak memberikan kesempatan Kalila untuk menyelesaikan ucapan-ucapannya. Dia tidak mau lagi mendengar kalimat-kalimat apa pun yang mungkin akan meluluhkan hatinya dan membuatnya hancur lagi.

Kalila mengangguk kemudian. "Kalau memang itu sudah menjadi keputusanmu, mungkin, mulai hari ini aku akan mulai pindah."

"Bagus!"

Kalila melangkah kembali ke meja makan hanya untuk mengangkat piringnya untuk di bawa ke dapur.

Arlen mengerutkan kening melihat bagaimana cara berjalan Kalila yang aneh, dan bagaimana Kalila yang selalu berusaha agar rambutnya menutupi lehernya. Entahlah, Arlen tidak peduli.

"Sebaiknya kamu sudah angkat kaki sebelum aku keluar dari kamar." ucap Arlen dengan sangat dingin sebelum akhirnya dia meninggalkan Kalila untuk kembali masuk ke dalam kamarnya.

.

.

.

Bersambung

1
Kiky Mungil
Yuk bisa yuk kasih like, komen, dan ratingnya untuk author biar tetep semangat update walaupun hidup lagi lelah lelahnya 😁

terima kasih ya yang udah baca, udah like karya aku, semoga kisah kali ini bisa menghibur teman-teman semuanya ❤️❤️❤️

Saranghae 🫰🏻🫰🏻🫰🏻
Ana Natalia
mengapa selagi seru2nya membaca terputus ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!