Kedatangannya di kota lain dengan niat ingin memberi kejutan pada suaminya yang berulang tahun, namun justru dialah yang mendapat kejutan.
Semuanya berubah setelah ia melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri, suami yang sangat di cintainya menggendong anak kecil dan dan merangkul seorang wanita di sampingnya.
"Siapa wanita itu Mas!" Bentak Anastasya.
"Dia juga istriku." Jawab Damian.
Deg!
Anastasya tersentak kaget, tubuhnya lunglai tak bertenaga hampir saja jatuh di lantai.
"Istri?" Anastasya mengernyitkan keningnya tak percaya.
Hatinya hancur seketika tak bersisa, rasanya sakit dan perih bagai di sayat pisau tajam. Suami yang selama ini dia cintai ternyata memiliki istri di kota lain.
Bagaimana nasib rumah tangganya yang akan datang? Apakah ia mampu mempertahankannya ataukah ia harus melepaskan semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Disini
Mayang langsung memeluk Anastasya, "Sebenarnya Tante ingin kamu tetap di sini bersama kami. Tapi jika itu sudah keputusan kamu, Tante juga nggak bisa mencegahnya. Tante hanya ingin kamu kembali ke sini jika urusan kamu sudah selesai. Ingat! ada kami keluarga mu, kamu tidak sendirian." Jelas Mayang.
"Tasya nggak janji Tante." Lirih Anastasya.
"Mommy jangan khawatir, Austin pasti membawa Syasya pulang." Sela Austin.
Mereka melepaskan pelukan.
Mayang melihat Austin, "Apa kamu akan menemaninya kembali ke Jakarta?" Tanya Mayang.
"Ia Mom, Austin juga akan ke Jakarta. Sekalian cek semua perusahaan yang ada di sana. Dodi juga sudah menghubungi ku untuk ke sana, ada beberapa karyawan yang mengalihkan dana perusahaan ke proyek yang lain tanpa persetujuan Dodi." Ujar Austin.
"Jika seperti Mommy nggak bisa mencegahnya." Sedih Mayang.
"Jadi kapan rencana kalian untuk berangkat?" Tanya Rainart.
"Pekan depan Dad." Jawab Austin.
"Cepat sekali? apa nggak bisa bulan depan aja? Mommy masih ingin bersama Syasya. Gimana Sya? kamu mau kan tinggal satu bulan lagi?" Tanya Mayang.
"Kalo Syasya terserah Austin aja Tante." Jawab Syasya.
"Maaf Mom, perusahaan benar-benar membutuhkan ku secepatnya, jika aku nggak segera berangkat, Austin takut perusahaan akan rugi besar, tapi jika Syasya masih ingin di sini, nggak apa-apa, aku akan menjemputnya nanti." Jelas Austin.
"Sudah Mom, jangan menahan mereka. Daddy yakin dengan keputusan yang diambil Austin." Rainart mencoba membujuk Mayang.
"Tapi Dad..!" Kesal Mayang.
"Lebih baik besok ajak Syasya jalan-jalan, kalian belanja sepuasnya dan manfaat sisa waktu Syasya selama seminggu di sini untuk mengajaknya jalan." Bujuk Rainart.
Mayang menghela napas dengan pasrah, "Baiklah! besok Mommy akan ke apartemen kamu Sya, Mommy akan mengajakmu Shopping." Mayang mengalah.
"Ia Tante."
Austin melihat jam tangan Patek Philippe seharusnya ratusan milyar di tangannya, "Mom, Austin antar Syasya pulang dulu ya?" Pamit Austin.
"Ia sayang, Mommy juga mau istirahat. Kalian hati-hati di jalan." Ujar Mayang.
Austin keluarga bersama Anastasya dari.mansion Mayang kemudian masuk ke dalam mobil. Setelah duduk, Austin melajukan mobilnya menuju salah satu tempat wisata di Jerman Frankfurt.
"Kok kita ke sini? bukannya kita mau pulang ke apartemen?" Tanya Anastasya heran.
"Kita mampir sebentar, aku ingin menikmati malam ini dengan mu." Jawab Austin.
Austin mengulurkan tangannya kemudian menggenggam tangan Anastasya menuju perahu yang akan membawa mereka menikmati pemandangan sepanjang sungai Main.
Anastasya tersenyum bahagia, baru kali Austin mengajaknya jalan-jalan. Biasanya Austin hanya menemaninya belanja untuk kebutuhannya.
"Kamu bahagia?" Tanya Austin melihat Anastasya sepanjang jalan tersenyum manis menikmati indahnya kota di malam hari.
"Sangat..! Ini sangat indah. Kenapa kamu baru mengajakku ke sini?" Anastasya berbinar.
"Karena aku ingin menikmati semua ini bersamamu." Austin mengeratkan genggamannya. Semenjak turun dari mobil, Austin tidak pernah melepaskan genggaman tangannya pada Anastasya.
Pengunjung yang lainnya kadang melihat mereka dan tersenyum. Mereka mengira jika Anastasya dan Austin adalah sepasang kekasih atau suami istri yang sedang berbulan madu.
Setelah beberapa menit mereka tiba di jembatan Eiserner Steg yang dikenal sebagai jembatan gembok cinta, mereka menulis nama seseorang di gembok masing-masing kemudian menggantungnya.
"Kamu tulis nama siapa tadi?" Tanya Austin sempat melirik saat Anastasya menulis.
Anastasya mendelik "Kepo..!" Singkatnya.
"Aku menulis namamu." Ujar Austin.
"Kenapa tulis namaku?" Tanya Anastasya.
"Karena aku mencintaimu." Jawab Austin dengan cepat tanpa berpikir.
Deg!
Anastasya terdiam, akhir-akhir ini Austin sering mengungkapkan perasaannya. Sudah berapa kali juga Anastasya menolaknya karena dia masih terikat pernikahan dengan Damian. Anastasya selalu berusaha untuk menjaga hatinya agar tidak jatuh cinta pada Austin, namun rasa itu perlahan juga muncul tanpa ia sadari.
Setelah mereka puas melihat-lihat gembok yang berjejer di sisi jembatan, mereka menikmati makan malam romantis yang berpenerangan lilin dan cakrawala kota Frankfurt yang sangat menakjubkan.
Anastasya berbalik melirik Austin.
"Kenapa kita makan malam lagi?" Tanya Anastasya merasa sudah kenyang.
"Kita makan dissert aja." Ajak Austin menuju salah satu meja kosong.
Mereka memesan beberapa dissert dan minuman, setelah itu menikmatinya.
"Aku nggak nyangka ternyata kamu juga romantis." Ujar Anastasya.
"Tidak, biasa aja. Memang seperti ini pelayanan mereka." Austin mengelak.
"Makasih sudah mengajakku ke sini." Ujar Anastasya.
"Sama-sama, besok malam aku akan mengajakmu ke tempat yang lain yang pastinya juga sangat indah. Kita manfaatkan waktu berkeliling selama kita masih di sini." Ucap Austin.
"Iya, aku setuju, karena setelah pulang ke Jakarta mungkin aku tidak akan pernah lagi tersenyum. Jadi aku ingin merasakan kebahagiaan di sini " Ujar Anastasya.
"Kamu akan selalu bahagia jika kamu menceraikan Damian." Ujar Austin.
"Austin..! itu bukan jalan keluar terbaik." Sentak Anastasya.
"Aku hanya memberimu pendapat ku. Menurut mu yang baik, yang mana? kamu mau di poligami? tanpa kamu sadari itu sudah terjadi." Tanya Austin dengan kesal.
"Nggaklah!" Anastasya menggeleng.
"Kalo begitu, apa jalan keluar yang menurut mu benar?" Tanya Austin.
"Aku juga belum tau, aku masih memikirkan semua ini." Jawab Anastasya.
"Selain pisah dan poligami, nggak ada lagi pilihan yang lainnya untuk mu. Kamu harus rela berbagi cinta dengan wanita lain. Apa kamu bisa menerima semua itu? bayangkan suamimu berada di kamar lain di malam hari, apa kamu sanggup hidup selamanya seperti itu?" Tanya Austin.
"Tidak, aku nggak mau. Aku akan memintanya meninggalkan Kanaya." Anastasya menggelengkan kepalanya kembali. Hatinya masih bimbang antara ingin mempertahankan rumah tangganya tapi ia juga tidak bisa memaafkan kebohongan Damian.
"Syasya! kenapa kamu jadi egois, ingat diantara mereka ada Radit. Apa kamu tega memisahkan seorang anak dengan kedua orang tuanya?" Tanya Austin.
"Tidak, aku tidak akan memisahkan Radit dan Damian. Aku hanya meminta Damian meninggalkan Kanaya, itu aja." Ujar Anastasya.
"Terserah kamu saja, apapun keputusan mu pada akhirnya, aku akan terima." Ujar Austin pasrah, namun tidak dengan hatinya. Ia akan tetap berusaha membuat Anastasya jatuh cinta padanya sebelum mereka kembali ke Jakarta.
"Itulah yang selalu membuatku tenang, kamu selalu mendukung apa yang aku inginkan. Maafkan aku Austin aku tidak bisa membalas cintamu." Lirih Anastasya sedih.
"Nggak apa-apa, jangan merasa bersalah karena itu. Kita akan jadi teman meskipun kita tidak bisa bersama. Aku akan selalu ada untukmu dalam suka maupun duka. Kapanpun kamu mau aku akan datang untukmu, Tapi jika mereka menyakitimu lagi, kamu harus janji untuk mengakhiri semuanya." Jelas Austin.
"Ia aku janji." Singkat Anastasya.
"Sebaiknya kita pulang, angin semakin dingin, aku nggak mau kamu jatuh sakit." Austin berdiri mengulurkan tangannya.
"Emangnya kenapa kalo aku sakit? apa kamu sangat menghawatirkan aku?" Tanya Anastasya menggoda. Ia senang sekali melihat Austin jika sedang mengelak.
"Tentu saja tidak, jika kamu sakit kita pasti batal kembali ke Jakarta." Jawab Austin berhasil membuat Anastasya mengerucutkan bibirnya kesal. Ia tidak menyangka jawaban Austin bertolak belakang dengan yang ia pikirkan.
"Ngeselin." Kesal Anastasya.
"Kenapa kesel? kamu ingin aku menghawatirkan mu?" Tanya Austin jahil.
"Nggak perlu." Jawab Anastasya.
"Idihh... ngambek!" Austin menggelitik pinggang Anastasya membuat Anastasya langsung berlari menghindar, terjadilah kejar-kejaran diantara keduanya sambil menuju mobil.
Napas keduanya ngos-ngosan memasuki mobil. Anastasya memasang seat belt nya, sedangkan Austin menyalakan mesin dan AC mobil.
.
.
.
Bersambung....
Sahabat Author yang baik ❤️
Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏