Kehilangan putri kecil yang sangat di sayangi nya membuat Hana tidak bisa berpikir jernih, rasa sakit nya yang mendalam membuat dia menyalahkan semua kemalangan di kehidupan nya pada mantan suami nya.
Hana benar-benar membenci Angga, apalagi setelah dia melihat Angga yang hidup bahagia bersama anak istrinya membuat Hana semakin bertambah membenci Angga.
Berbagai cara Hana lakukan untuk bisa mendekati Angga, dan ya dia kembali berhasil meluluhkan sikap dingin Angga padanya sampai akhirnya Angga masuk ke perangkap nya.
Tapi sayangnya malam yang seharusnya dia lewatkan bersama Angga malah menjadi salah alamat, dimana Hana yang terlalu mabuk malah masuk ke kamar seorang pria Buta.
"Siapa kamu!" teriak Hana kaget karena dia melihat sosok lain di kamar nya.
"Siapa aku? yang harus nya bertanya itu aku, siapa kau! berani nya kau masuk ke kamar ku tanpa sepengetahuan anak buah ku!" suara itu terdengar menakutkan.
Tapi yang membuat Hana aneh adalah kenapa pria itu tidak melihat ke arah nya, dan malah membelakangi nya.
Jangan lupa jejak ♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nilam nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siang yang panas
^^H A P P Y R E A D I N G^^
🌹🌹🌹🌹🌹
Ceklek..
Hana membuka pintu kamar nya, tiba-tiba terdengar suara tidak asing yang membuat Hana kaget bukan main.
"Dari mana saja kamu!" suara Gibran terdengar lebih keras dari biasanya.
Hana membalikkan tubuhnya untuk melihat Gibran, dan seketika matanya membulat sempurna saat melihat Gibran yang sudah duduk di tempat tidur dengan pakaian santai nya.
"Kapan pulang?." tanya Hana sambil berjalan mendekat.
"Jangan mengalihkan topik pembicaraan, aku tanya kamu dari mana!" kata Gibran terdengar marah.
Hana mendudukkan bokong nya di samping Gibran, lalu memegang tangan Gibran.
"Aku habis dari perusahaan X, ada hal yang penting yang harus aku selesaikan." sahut Hana tidak berbohong.
Tapi jawaban Hana itu jelas nampak tidak di terima oleh Gibran dan langsung menepis tangan Hana.
"Mantan suami mu? itu kan alasan mu pergi ke kantor Angga." ucap Gibran sinis.
"Iya, aku kesana memang untuk bertemu dengan Angga lebih tepatnya untuk___" ucap Hana terhenti karena Gibran menyela ucapan nya.
"Kau masih mencintainya, atau kau masih ingin meneruskan balas dendam mu pada Angga!" kata Gibran lebih sinis dari sebelumnya.
Hana menggelengkan kepalanya mendengar apa yang baru saja di ucapkan Gibran.
mungkin dalam pikiran Gibran dia masih Hana sebelum nya, yang menyimpan rasa benci untuk Angga.
Tapi itu sudah berlalu Hana sudah melepaskan semuanya, dan ingin hidup tanpa rasa egois nya yang menghancurkan hidup nya, ia ingin hidup damai.
"Apa kau cemburu?." tanya Hana sambil tersenyum.
Mencoba untuk tidak baper dengan ucapan Gibran sebelumnya.
dia ingin bisa menetapkan dirinya di sisi pria yang kini sudah menjadi suami nya.
Meski Hana tidak tau takdir nya dan Gibran seperti apa, tapi Hana tau tidak ada yang kebetulan di hidup ini.
Hana yakin jika dirinya dan Gibran memang sudah di takdir kan bersama.
"Berhenti mengatakan omong kosong mu, aku sama sekali tidak perduli dengan mu." jawab Gibran.
"Kau yakin suamiku?, jika tidak cemburu lalu kenapa pipi mu memerah seperti itu?." tanya Hana sambil mengusap pipi Gibran.
Yang mana hal itu membuat Gibran gelagapan dan langsung berdiri, tapi baru beberapa langkah dia malah tersandung dengan tas Hana dan akan jatuh beruntung Hana langsung menahan tangan Gibran.
Dengan konyol nya Hana memegang dada Gibran, lalu memberikan kecupan di pipi Gibran.
"Tidak usah bersembunyi, aku tau perasaan mu pada ku." kata Hana lalu memeluk tubuh tegap yang membuat nya merasa nyaman itu.
Gibran ingin melepaskan pelukan nya, tapi Hana menahan nya dengan ucapan nya.
"Jangan lepaskan, biarkan seperti ini aku merasa nyaman saat aku di dekapan mu." lanjut Hana sambil memejamkan matanya.
Gibran terdiam merasakan pelukan yang hangat itu, pelukan itu juga membuat nya bisa merasakan detak jantung yang tidak beraturan dari Hana.
"Sial, kenapa tubuhku menolak untuk melepaskan tubuhnya." batin Gibran.
"Jantung nya berdetak lebih kencang, apa mungkin dia menyukai ku?." batin Hana.
"Gib___" ucap Ibu Lisna terhenti karena melihat adegan putra dan menantunya yang sedang berpelukan.
Ibu Lisna menutup kembali pintunya lalu menghembuskan nafas nya panjang.
"Gibran tidak boleh jatuh cinta pada gadis kampungan itu, aku tidak mau calon cucu ku berasal dari rahim kampungan." batin Ibu Lisna.
Sedangkan di dalam kamar Hana dan Gibran duduk di tempat tidur dengan saling berhadapan.
Hana menatap penuh arti pada pria yang sama sekali tidak bisa melihat nya itu.
Gibran terlihat tidak nyaman, meski tidak bisa melihat tapi dia bisa merasakan jika ada seseorang yang sedang memperhatikan nya.
Hana menarik tangan Gibran untuk bisa merasakan detak jantung nya.
"Dengarkan, aku tidak berbohong saat aku bilang aku menyukai mu." kata Hana.
"Kau pikir aku percaya begitu saja pada wanita seperti mu?." tersenyum sinis.
"Memang nya aku wanita seperti apa?." tanya Hana dengan mengulum senyum nya.
Gibran diam tidak jadi melanjutkan ucapannya, membuat Hana langsung memikirkan ide konyol nya dengan mengalungkan tangannya ke leher Gibran.
"Hey apa yang kau lakukan!" kata Gibran sambil mencoba melepaskan tangan Hana di lehernya.
"Ayolah, aku ingin.." bisik Hana dengan senyuman kecilnya tepat di telinga Gibran.
Deg..
Detak jantung Gibran berdetak semakin kencang, membuat Hana terkekeh pelan.
"Cepat menyingkir dari ku!" sinis Gibran.
"Ngak mau, aku ingin ini.." mengusap leher suaminya.
Membuat Gibran merinding dan langsung menarik pinggang Hana.
"Cepat hentikan tingkah nakal mu atau aku akan __" ucap Gibran terhenti.
"Aku memang ingin itu, Ayo lanjutkan." kata Hana semakin menantang.
Dan terjadilah siang yang panas yang di lalui dengan penuh tawa renyah Hana, karena permainan nya di pimpin oleh dirinya sendiri.
Satu jam berlalu..
Hana menarik selimut nya untuk menutupi tubuhnya, tangan nya dengan sengaja melingkar di perut suaminya.
"Aku benar-benar sudah gila." batin Hana.
Gibran mencoba menajamkan matanya, keringat dingin nampak bercucuran di tubuh dan wajahnya, tentunya karena permainan panasnya beberapa menit lalu.
Tidak bisa bohong jika dia menyukai permainan Hana, dan Gibran benar-benar merasa menjadi pria normal meski disini dia yang di layani.
"Aku menyukai mu." bisik Hana di telinga Gibran.
Tapi tidak di jawab oleh Gibran, membuat Hana mengerucutkan bibirnya dan langsung melepaskan pelukannya.
Dan hal itu membuat Gibran langsung menahan pinggang Hana yang dia kira adalah tangan.
"Kalau mau lagi bilang, ngak usah modus." kata Hana sambil terkekeh.
Membuat Gibran langsung melepaskan tangan nya dari pinggang Hana.
"Diam disini." kata Gibran tegas.
"Kalau aku ngak mau? gimana?." tanya Hana dengan tawa nya yang tertahan.
Gibran menghela nafas nya panjang lalu menarik Hana ke pelukan nya.
"Aku tidak akan melepaskan mu." bisik Gibran yang lagi-lagi salah alamat.
Gibran berbisik di punggung Hana, membuat Hana benar-benar ingin tertawa keras, tapi takut membuat Gibran merasa payah.
"Baiklah aku akan diam." kata Hana sambil membalikkan tubuhnya menjadi menghadap ke arah Gibran, dan tanpa ragu Hana mencium dada bidang Gibran yang terbuka itu.
"Aku harus bisa membuat nya nyaman dengan ku, dengan begitu aku bisa melihat apa yang membuat nya menjadi seperti ini." batin Hana.
________
🌹🌹🌹🌹🌹
Jangan lupa like coment and Vote ya kak ♥️
TINGGAL BAGAS & FREYA, JENN & JUAN...