"Panggil Bee aja seperti biasa. Gak ada akan ada yang curiga kan kalau kita in relationship, namaku kan Bilqis keluarga panggil aku Bi."
"We have no relationship."
Samapai kapanpun aku akan mengingat kalimat itu.
>_<
Bahkan hubungan yang aku pahami, lain dari hubungan yang kamu pahami.
Kamu tidak salah.
Aku yang salah mengartikan semua kedekatan kita.
Aku yang begitu mengangumimu sejak kecil perlahan menjelma menjadi cinta, hingga salah mengartikan jika apa yang kamu lakukan untukku sebulan terakhir waktu itu adalah bentuk balasan perasaannku.
Terima kasih atas waktu sebulan yang kamu beri, itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasakan layaknya seorang kekasih dan memilikimu.
Tolong jangan lagi seret aku dalam jurang yang sama, perasaanku tulus, aku tidak sekuat yang terlihat. Jika sekali lagi kamu seret aku kejurang permainan yang sama, aku tidak yakin bisa kembali berdiri dan mengangkat kepala.
This is me, Bee Ganendra.
I'm not Your Baby Bee Qiss anymore
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Unik Muaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Show Off
"Gimana mau enggak?."
Elio tidak menjawab pertanyaanku.
Pagi-pagi aku sudah menggedor-gedor pintu apartement Elio, dengan membawa berkas-berkas tentang universitas yang menjadi incaran Sakura dan kembarannya itu.
"Gue ulangi untuk terakhir kali, ini bantuan gue yang terakhir Elio" tekanku. "Lo mau kuliah di tempat yang sama dia kuliah atau enggak, gue gak perduli. Gue cuma kasih informasi doang."
"Kenapa lo bantu gue?."
Aku tersenyum lebar, duduk menghadap kedepan dengan punggung bersandar pada sandaran sofa panjang di apartemen Elio.
"Lo udah tahu bukan tentang kasus penculikan Sakura?" itu bukan pertanyaan, aku hanya mencoba memastikan Elio masih mengingatnya. "Andai waktu itu gue bilang Adesya nama kami berdua bukan hanya nama Sakura, pasti ceritanya lain dan cerita kalian pasti juga akan lain. Begitupun dengan cerita gue dan dia."
"jadi lo merasa bersalah?, yang beg*k kan Carl, jangan lo salahin diri lo sendiri. Lagipula Bi ..." kalimat Elio mengambang, "lo masih tetep bisa temenan kan ama dia."
"Gue gak mau hanya sekedar hubungan pertemanan El, gue mau lebih."
"Maksud lo?."
Aku kembali menoleh pada Elio, kali ini sembari menyanggah kepalaku kesamping dan tersenyum lebar. "Pacaran atau nikah sekalian" jelasku.
Mata Elio melebar, "WHAT???, LO LES BI?!."
Aku tertawa lepas mendengar ucapannya, sepertinya dia yang aku maksud berbeda dengan dia yang Elio maksud.
Kebiasaanku memanggil Sagara dengan dia jika berbicara dengan Chaka atau Daniel malah aku gunakan pada Elio, tentusaja Elio akan berfikir dia yang di maksud adalah Sakura.
"Bukan ..." bantahku sembari terkekeh kecil, "bukan Sakura ... Dia yang aku maksud Sagara, El. Ya kali gue les bong, gue aja suka sagara dari gue umur lima tahun."
"Hah?."
Kali ini Elio terkejut bukan karna kesalah pahaman lagi.
Aku tersenyum lebar, menghela nafas dan kembali menatap lurus kedepan. Akhirnya ada orang selain keluargaku yang tau aku menyukai Sagara sejak dulu.
"Lo serius?, pantes lo menawarkan diri ikutan bantu gue."
Kuanggukkan kepalaku, "itu gilanya gue" gumamku. "Udah tahu endingnya dia akan memilih kembarannya dibanding gue, meski nantinya dia ada perasaan yang sama seperti yang gue rasain."
"Dia ada perasaan ama lo."
"Gak tau."
"Gue bilang, gak nanya."
Aku terkekeh sumbang, "gue gak perduli" ucapku dengan menahan nafas. "Toh awal gue memutuskan untuk dekat dengan dia, meski tahu endingnya akan begini, gue gak mengharap apapun. Gue hanya ingin mengguankan waktu ... Atau kesempatan bisa di samping dia sebaik mungkin."
Kupeluk lututku dan menyandarkan kepalaku di atas lututku. "Pada awalnya gue gak mengharap apapun, meski dia ngajak gue jalanin aja dulu, gue belum mengharap apapun El. Sampai gue mengatakan semua perasaan gue kedia dihari ulang tahunnya sebelum lo ngelamar Sakura. Dia menyakinkan gue harus percaya dan optimis tentang hubungan yang akan terjalan di antara kami. di hari yang sama dia ngelarang gue deket ama Daniel, bahkan nemuin Yardan hari itu agar gak ngedeketin gue. Dia juga posting sesuatu di instanya sebelum kerestaurant, tapi gue hapus semalem. Harapan itu muncul didi ri gue, tapi nyatanya ... Ah ... Udahlah ... Dia gak salah, gue yang salah mengartikan hubungan yang dia maksud."
"Dia ada perasaan sama lo, ke ..."
"GUE GAK PERDULI HAAAHAAA!" Teriakku sembari tertawa.
Aku berdiri, merentangkan tangan dan berjalan kearah pantri di apartemen Elio.
"Gue kesini mau bantu lo, ini malah gue yang curhat" gerutu lalu mengambil gelas dan menuangkan air untuk aku minum.
"Iya, tumben lo cerewet. Gimana kalo gue bilang ke Sagara?."
"Gue gak perduli" ucapku dengan cueknya.
Elio mendengus.
"Gue pulang, gue laper di sini gak ada makanan."
Aku berjalan kearah sofa untuk mengambil ransel milikku.
Elio kembali mendengus lalu berdiri dari duduknya dan berjalan mengikutiku kearah pintu apartemennya.
"Gue lupa nanya" ucap Elio menghentikan langkahku yang akan keluar dari apartemennya, "kenapa lo bisa naik keatas sini?. Lo gak ngebobol kea ..."
"Apart gue di lantai tujuh belas, bye" potongku.
Ini asetku, dari tabungan dan hasil kerja sambilanku selama aku SMA. Meski apartemenku masih atas nama Bang As, tapi yang membeli apartemen ini hasil dari uangku.
*-*
Kebebasan yang diberikan Bunda sebelum aku ujian akhir, aku gunakan sebaik mungkin. Malam sabtu aku menginap di aparteman, dan malam minggu aku menginap di An Angel.
Kulirik jam sudah jam sembilan, pantas saja aku merasa lapar. Buru-buru aku mandi dan segera keluar kamar Kak An, di ruang santai sudah ada Bang Ar dan Bang Je yang sedang sibuk dengan berkas di depan mereka.
"Makan dulu, sudahnya itu bantu Abang ngitung keuangan hotel, dek" ucap Bang Ar tampa mengalihkan tatapannya dari berkas di depannya.
Aku mendengus, "tapi Bang a ..."
"Butuh berpa?, tiga?, lima? Atau berpaa sebutin aja" potong Bang Ar.
Aku tersenyum lebar, "hehheee ... Ok kalo gitu."
Kuambil leptopku dan berlari kecil menuruni tangga, membantu pekerjaan para Abang, bukan lagi hal yang tabu bagiku, Chaka atau Daniel. Karna setiap libur pasti ... Ayah mempergunakan otak kami sebaik mungkin dengan data perusahaan.
Deg ...
Langkah kakiku yang akan menginjak anak tangga di lantai kedua menuju lantai bawa terhenti kala melihat dia melangkah naik.
Kubuang muka kesembarang arah dan melangkah mundur, memberikan dia ruang untuk lewat. Dia, Sagara pasti akan menemui Bang Ar atau Bang Je di lantai tiga.
"Lo kena ..."
Aku langsung berlari kecil menuruni tangga, enggan untuk berlama-lama bahkan mendengar suaranya.
Tepat di beberapa anak tangga terakhir, langkahku memelan karna mataku serasa berkabut. Kudongakkan kepalaku dan menghela nafas dalam beberapa kali untuk menenangkan diri. Lalu kembali melanjutkan langkahku kearah dapur untuk meminta makanan pada chef restaurant kak An.
Baru saja duduk di temani dengan secangkir milkshake straw di depanku, teriakan dari arah pintu masuk restaurant membuatku mengurungkan niat untuk bermain game di leptopku, padahal leptopku sudah menyala.
"Ratu Qiss!."
Siapa lagi yang memanggilku dengan panggilan Ratu jika bukan Yardan.
Aku mendengus, kenapa bisa pria itu selalu ada di sekitarku akhir-akhir ini. Biasanya hanya di sekolah, sekarang di area balap, di restaurant Kak An dia juga muncul.
"Boleh duduk sini kan?."
Aku tersenyum sinis, "belum gue persilahkan lo juga udah duduk."
Yardan terdiam sebentar lalu tersenyum segaris, "sepertinya Adesya Bilqis Ganendra yang gue kenal udah kembali."
Kuangkat sebelah alisku, "maksud lo?."
Yardan melipat kedua tangannya di atas meja dan mencondongkan tubuhkan kearahku. "cool, percaya diri, misterius, I love it."
Kutarik sebelah sudut bibirku, ternyata aku tidak sia-sia menjadi adik Bang Al, seorang aktor dan model internasional. Yardan saja berfikir aki sudah kembali seperti Bilqis yang dulu, meski nyatanya aku masih belum beranjak dari tempat terpurukku.
Deg ...
Ujung mataku menangkap sesuatu, namun aku tidak menoleh pada target.
Lampu kamera leptopku berkedip, tanda jika ada yang meretas leptopku. Siapa lagi yang mampu meretas perangkatku jika bukan Bang Ar dan Dia. Aku yakin betul jika i i ulahnya, karna Bang Ar sedang sibuk dengan berkas-berkasnya.
Jika kalian masih ingat, Dia pernah memintaku mengajarinya cara meretes perangkat yang memiliki keamanan yang tinggi, dan saat itu aku menggunakan perangkatku untuk menjadi objek. Jadi ... Sangat gambang baginya untuk kembali menerobos perangkatku tampa membunyikan alaram peringatan.
Let's show off
*-*