NovelToon NovelToon
Aku Hanya Figuran

Aku Hanya Figuran

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Sudah Terbit / Kisah cinta ini bikin baper!
Popularitas:62.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: ErKa

Aku hanya seorang figuran dalam kisah cintamu. Tapi tidak apa-apa, setidaknya Aku masih bisa melihatmu. Aku masih bisa menyukaimu sebanyak yang Aku mau. Tidak apa-apa Kamu tidak melihatku, tapi tetap ijinkan Aku untuk melihatmu. Karena keberadaanmu bagai oksigen dalam hidupku. (Khansa Aulia)

*Update Senin-Sabtu
*Minggu Libur 😁



^ErKa^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 16 - Tidak Sekelas Lagi

Setelah puas bermain di game center, Alex mengajak Kami ke taman di pusat kota. Kami bermain-main di sana. Menjelang sore Alex mengantarkan Kami pulang ke rumah.

"Sesekali Aku menculikmu seperti ini tidak apa-apa kan?"

"Iya, nggak apa-apa..."

"Terima kasih untuk hari ini ya. Met istirahat Khans..."

"Iya, Kamu juga Al. Hati-hati di jalan."

"Oke, see you." Dan Alex dengan cepat menggeber motor gedenya.

Di hari-hari berikutnya setiap dua hari sekali Alex selalu mengajak Kita berdua main. Terkadang dia mengajakku ke cafe dimana di tempat itu ada arena permainan anak. Kadang ke warnet, tempat PS / XBOX dan tempat menyenangkan lainnya yang menjadi surganya anak kecil.

Semakin hari Kita menjadi semakin akrab. Alex banyak membicarakan tentang cita-citanya. Alex lebih terbuka dari yang kubayangkan.

"Aku ingin menjadi pakar teknologi nano, tapi orangtuaku menginginkanku untuk menjadi dokter." Aku yang masih awam dengan istilah itu hanya mendengarkan curhatan Alex dengan seksama.

"Beliau bilang, teknologi nano tidak akan berkembang di Indonesia. Jadi bukan merupakan pekerjaan yang bagus untuk di geluti. Padahal kalau mereka tahu potensi dari nano partikel yang menjadi inti dari kehidupan manusia, mereka pasti akan terkejut. Tapi susah sekali mengubah pendirian mereka. Mereka hanya ingin anaknya menggeluti pekerjaan yang di idam-idamkan semua orang dan pekerjaan itu juga dibutuhkan banyak orang sepanjang masa, seorang dokter..." Alex berkeluh kesah.

Melihatnya seperti ini membuat Alex tampak seperti anak kecil yang tengah merajuk. Dia menginginkan mainan A, tapi orangtuanya memberinya mainan B. Dia tidak puas dengan keputusan orangtuanya, padahal mainan A lebih berguna untuknya, seperti itulah kira-kira.

"Kalau Kamu ingin jadi apa Khans? Maaf ya, Kamu jadi mendengarkan curhatanku. Orang-orang di sekelilingku tidak ada yang mau mendengar isi hatiku. Bahkan Diana juga mendukung keputusan orangtuaku. Aku benar-benar tidak punya pendukung. Maaf ya Khans, kalau Aku curhatnya sama Kamu. Kamu membuatku sangat nyaman. Membuatku ingin menumpahkan semua kekesalan yang menumpuk di hatiku yang selama ini kupendam."

"Iya, nggak apa-apa. Aku senang Kamu cerita seperti ini. Itu artinya Kamu benar-benar menganggapku sebagai seorang sahabat. Bukankah wajar bila antar sahabat saling bercerita seperti ini?"

"Terima kasih Khans. Hanya Kamu yang mengerti Aku." Alex menggenggam tanganku, membuat jantungku seolah-olah akan melompat keluar. Jantungku menjadi berdebar tak karuan.

"Meoong... Meoongg... Meooong..." Terdengar suara kucing dari bawah kakiku. Aku menengok dan melihat kucing kecil yang tampak tak terurus. Sepertinya kucing itu sangat kelaparan.

"Wah... Puss... Pusss.... Ckckck... Pusss..." Alex sudah berjongkok dan mengelus-ngelus bulu kucing yang tampak kotor.

"Kasihan sekali Kamu. Kamu pasti kelaparan ya." Alex mengambil makanannya dan memberikannya pada kucing kecil itu. Kucing itu memakan dengan sangat lahap.

"Andaikan Aku bisa merawatmu..." Suara Alex terdengar mengambang. Seolah-olah ingin mengatakan, dia ingin merawat kucing itu tapi kondisi tidak memungkinkan.

"Kamu ingin merawatnya?"

"Iya. Sepertinya kucing ini juga kucing liar. Tapi Aku tidak bisa merawatnya."

"Kenapa?"

"Mamaku alergi bulu kucing. Beliau akan gatal-gatal kalau dekat dengan kucing..."

"Aku bisa merawatnya."

"Serius?" Alex tampak antusias.

"Iya, Aku akan merawatnya untukmu. Tapi Aku kasih makan seadanya nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa dong Khans, yang penting dia ada yang ngerawat. Aku nengokin sekali-sekali boleh ya?"

"Boleh dong. Dia kan anakmu. Aku bantu merawat aja."

"Anak?!"

"Anggep aja kayak gitu kan." Aku tersenyum geli.

"Oke. Kalau dia anakku, berarti Kamu mamanya. Hai mama kucing, rawat Aku ya, please..." Alex berkata sembari memainkan kaki kucing kecil itu, seolah-olah kucing itu yang berbicara denganku.

"Oke, dengan satu syarat."

"Apa syaratnya?"

"Tidak boleh nakal, hehe."

"Kucing ini mau dibawa pulang Kak?" tanya Fian.

"Iya, Fian keberatan?" tanyaku.

"Kucingnya jelek. Aku nggak suka."

"Jelek karena belum di rawat, nanti kalau sudah di rawat pasti gemuk dan lucu."

"Beneran?"

"Iya dong."

"Siapa namanya Kak?"

"Eh ya itu Aku yang bingung. Mau dikasih nama apa ya Al?"

"Bentar, Aku mikir dulu." Alex tampak berpura-pura berpikir. "Kasih nama Alkhans aja."

"Alkhans? Bagus juga sih... Terlalu bagus untuk nama kucing. Ada arti spesial?" tanyaku kepo.

"Alkhans \= Alex Khansa, bagus kan?" Alex tersenyum usil.

"Ya ampun, kenapa nama kucing jadi pake nama sendiri? Berasa jadi kucing..." Mulutku berkata seperti itu, tapi hatiku senang. Setidaknya namaku dan Alex bisa bersanding, meskipun dalam bentuk nama seekor kucing.

"Pokoknya fix, dia namanya Alkhans... Halo Khans... Khans..."

"Kok panggilannya pakai namaku? Aku merasa seperti seekor kucing..."

"Karena Kamu memang mirip dia. Kecil, polos, pemalu, penakut. Bikin orang lain pengen melindungi." Alex berkata sembari mengusap-ngusap kucing bernama Alkhans.

"Ta-tapi Aku tidak pernah minta untuk dilindungi." Aku protes.

"Siapa yang mau lindungin Kamu? Maksudku kucing ini kok. Ge-er ya, hehe." Alex mengacak-ngacak rambutku dengan usil. Membuat pipiku memerah karena malu.

Sore itu Kami pulang dengan membawa kucing bersama Kami. Mungkin ini adalah jalan-jalan terakhir Kami pada liburan kali ini, karena besok sekolah sudah masuk.

"Sampai bertemu besok ya Khans. Semoga Kita bisa satu kelas lagi."

"Iya, semoga saja. Terima kasih ya Al, hati-hati di jalan."

"Oke." Aku menatap Alex sampai menghilang dari pandangan.

"Oke Al, mulai hari ini Mama akan merawatmu. Bila Papa memanggilmu 'Khans', maka Mama akan memanggilmu 'Al', panggilan yang adil bukan, hihihi."

Aku senang sekali. Keberadaan kucing itu seolah-olah menjadi pengikat hubunganku dengan Alex. Meskipun Alex menganggap hubungan ini hanya persahabatan semata, tapi tidak apa-apa kan Aku menganggapnya lebih?

***

Hari pertama sekolah pun di mulai. Sekarang Aku sudah kelas 2 SMA. Di hari pertama, biasanya para murid akan berbondong-bondong melihat pengaturan kelas. Sama dengan harapan Alex, Aku berharap bisa kembali satu kelas lagi dengan pria kesayanganku itu.

Aku pun ikut berdesak-desakan. Tidak sabar untuk mengetahui kelas baruku. Aku melihat namaku ada di kelas 2 E. Aku membaca nama-nama di daftar yang terdiri dari 40 siswa itu. Aku baca dari atas ke bawah, kembali dari bawah ke atas. Namun Aku tidak melihat nama Alex di sana. Apa Kami tidak satu kelas lagi?

Aku mulai membaca semua daftar itu. Dan ternyata Alex berada di kelas 2A, satu kelas dengan Diana. Seketika Aku merasa kakiku lemas. Aku segera duduk untuk mencegah diriku agar tidak jatuh.

Ternyata takdir memang tidak bisa dipungkiri. Mereka sepasang kekasih yang sudah ditakdirkan. Bahkan bila Aku berdoa setengah mati agar mereka terpisah, itu tidak akan terjadi. Sepertinya Tuhan sudah menakdirkan mereka bersama.

"Khans..." Aku sangat familiar dengan suara itu. Suara yang selalu mengisi mimpi-mimpiku. Aku mendongak dengan antusias. Wajah bahagiaku langsung bias begitu melihat siapa yang datang.

Aku melihat Alex datang bersama Diana. Aku senang dengan kedatangan Alex tapi Aku cemburu pada Diana. Sungguh lucu sekali bukan? Apa hakku untuk cemburu?! Aku bukan siapa-siapanya Alex. Yang berhak cemburu seharusnya Diana. Dia adalah pacar Alex yang diketahui oleh dunia! Lama-lama Aku menjadi wanita tidak tahu diri yang menginginkan milik orang lain. Aku wanita yang memiliki hati yang buruk.

***

Happy Reading 🥰

1
Nuralfiyah 1157
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/lucu liat Khansa dan alex
rawrrz
Luar biasa
Hasim Jap
bab esmosi ya... pdhl udh bca berkali kali tpi tetep ajah.. ahhahaaaa
anNa_siLviA
ceritanya sangat berkesan,di baca berulang pun gak bikin bosen karna memang menarik😍
Hasim Jap
hi thor erka.. aku kmbli lgi bca cerita mu...dri pertama crita inimuncul aku udh bca berkali kali.. smpe ud lupa skrng.dn skrng bca lgi.isenh isenh donlowd neveltoon lgi.. yg dicariin prtama cerita mu thorr.. ga bosen trnyata bca karya mu
Senti Tiara
Kecewa
Senti Tiara
Buruk
Gupron Gupron
aku aku aku aku othor goblok
Adila Ahmad
bgus
Juwita Maimunah
nyampe bab ini belum jelas prasaan Alex ke khnsa
Hasim Jap: alex bnran cinta khansa mba... diana cuma mantan dan diana juga sudah jdi istrinya kaka nya alex.. itu mengapa khansa curiga curiga trs krn blm tau.. hihihii. aku udh bca berkali kali. critanya emang bagus poll.. nnti klo udj pov alex bru tau semua. cmiwww
total 1 replies
Juwita Maimunah
jadiingat masa SMA bayar SPP smpe berbulan2 ga bisa bayar pas mau semester utung TU baik hati Masi ada toleransi bisa ikut smester
Juwita Maimunah
pernah di posisi ini jadi kangen SMA org tua ingat perjuangannya
Esti Esti
nanti alex nddk ingat
Esti Esti
hadehhh
Esti Esti
Lebih bagus nggk ada gambarnya
Esti Esti
terkadang emang gtu sakit hati yg buat kita semangat belajar
@Anonymous_
Luar biasa
Se_Rha🍁
betull sekali dan aku mengalaminya 3thn yg berat bnget 🤧
Rinnie Erawaty
aku udah beberapa kali baca tapi part ini aku ikut sedih saat guru BK ngasih tau Khansa siapa yg jd orang tua asuhnya..... Alex 😭
Kadek Vrinda
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!