Ini kisah cinta Sinaga, pria beristri yang jatuh cinta pada wanita yang mengandung anaknya. Mereka bukan kekasih, bukan musuh. Mereka hanya orang asing yang terjebak oleh keadaan. Karena satu malam, Moza hamil. Bagaimana Moza menjalani hidupnya? Apa Naga tahu, bahwa wanita asing itu mengandung benih yang tak sengaja ia tanam.
Follow akun Instagram Sept
Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati Yang Mengusik
18+ Istri Gelap #17
Oleh Sept
Naga tertegun sejenak, ia tidak terima dengan sikap Moza. Pria sekaya dirinya, tampan dengan masa depan cerah, kaya raya hingga tujuh turunan, malah ditolak mentah-mentah. Apalagi hanya seorang Moza, wanita yang tak jelas asal usulnya.
Pria itu pikir, ketika mengatakan siapa dirinya yang sesungguhnya maka Moza akan terpikat. Setidaknya wanita itu mempertimbangkan tawaran yang ia berikan. Naga salah, Moza malah mundur tidak mau terlibat dengan dirinya yang katanya sudah beristri.
Dari mana wanita itu tahu dia sudah beristri?
Sanrio Group bukan perusahaan abal-abal. Itu adalah perusahaan besar yang sering dibicarakan di media massa. Selain karena besarnya perusahaan, juga besarnya skandal yang ada di dalamnya. Pemilik sekaligus pendiri baru-baru ini terkena kasus, secara tak langsung media mengulik silsilah keluarga dari Sanrio group. Dan Sinaga ada di dalamnya, seorang pewaris dengan catatan bersih tak seperti ayahnya yang memiliki banyak skandal dengan banyak wanita. Naga merupakan sosok pria idaman, tapi tidak bagi Moza.
“Memangnya mengapa kalau aku sudah menikah?”
Moza menatap aneh, itu jelas sebuah masalah. Untuk apa ia hadir dan merusak rumah tangga orang? Pelakor bukan cita-cita Moza. Meski beberapa tahun silam itu adalah pekerjaannya.
“Sepertinya anda salah paham, mungkin dulu aku sangat rusak! Tapi ... ” Moza diam sejenak ketika dilihatnya Sendy mulai terbangun. Anak itu sepertinya sedang mengigau, bulir keringat sebesar jagung memenugi dahinya yang lebar.
“Mama ... takut Mama ... Ma ... Mama!” Anak kecil itu malah menangis dalam tidurnya.
Moza ingin turun dari ranjang dan memeluk putrinya, tapi ia tak bisa banyak bergerak, belum apa-apa perutnya sudah merasakan nyeri. Luka yang masih basah, membuat ia meringis menahan sakit.
Sedangkan Naga, ia langsung mendekati Sendy. Menggendong dan menenangkan anak itu, sikap hangat Naga pada putrinya membuat Moza memalingkan muka. Moza menyeka pipinya yang tiba-tiba basah. Moza tak pernah membayangkan sebelumnya, bahwa Sendy akan dapat pelukan hangat dari ayahnya.
“Ikut bersamaku!” Lagi-lagi Naga mengatakan ajakan yang sama. “Lihat anak ini!” ujar Naga lagi, ia ingin memperlihatkan betapa buruknya akibat hidup dalam pelarian. Putrinya pasti merasa ketakutan, hingga mengigau dalam tidurnya.
“Untuk apa aku ikut bersamamu?” Bila semula nada bicara Moza dingin dan terkesan angkuh. Kini ia mulai merendah, bahkan terlihat putus asa. Madam bukan lawan yang sebanding baginya, apa ia harus menerima tawaran dari pria di depannya? Moza pun mulai gamang.
“Untuk apa? Apa aku tak salah dengar? Dia putriku.”
“Itu hanya sebuah kesalahan, dia lahir karena kesalahan.” Suara Moza terdengar serak, memikirkan sejarah lahirnya Sendy membuat dadanya terasa sesak. Bagaimana bisa seorang anak lahir karena tak sengaja? Lahir dari sebuah kesalahan yang dilakukan oleh orang tuanya. Tidak ada anak yang mau dilahirkan seperti itu. Moza kini malah merasa bersalah, wanita itu mencera kata-katanya sendiri. Seolah kehadiran Sendy tidak pernah diharapkan.
Naga menghela napas panjang, memejamkan mata sejenak kemudian mulai bicara. “Akan aku perbaiki kesalah itu.”
Moza menggeleng pelan, bagaimana cara Naga memperbaiki? Sedang waktu sudah berlalu. Apalagi pria itu bukan pria biasa, kenyataan bahwa Naga merupakan pria beristri membuat Moza tidak ingin meminta dan menuntut apapun dari Naga.
“Moza ... aku tidak kenal penolakan dalam hidupku, dan lagi jangan meminta perlindungan dari pria lain. Aku ayahnya!” Naga mulai tegas karena Moza terlihat berpendirian teguh.
“Tapi ...!”
“Lagi! Aku tak kenal kata tapi! Sekarang terserah padamu, ikut atau tidak. Yang pasti aku akan membawa Sendy!” Naga mulai mengancam, sebuah ancaman secara halus untuk Moza agar mengikuti dirinya.
“Kau ketrelaluan, tidak ada bedanya dengan wanita itu!” Moza marah, ia menyamakan Naga dengan Madam Antony. Menjadikan putrinya sebagai sandra untuk mengatur hidup Moza.
“Terserah apa katamu, yang jelas aku hanya ingin putriku hidup layak!”
“Kamu pikir selama ini bagaimana ia hidup denganku?” Wanita itu sedang tersulut emosi, kata layak melukai hati Moza. Selama ini ia mati-matian agar Sendy bisa memiliki apapun yang ia inginkan. Moza bekerja apa saja, demi buah hatinya itu. Meski tak bisa membelikan barang-barang super wah, setidaknya Sendy tidak pernah kekurangan selama hidup bersamanya. Satu-satunya yang tak mampu Moza berikan hanyalah cinta seorang ayah. Sosok Ayah yang tak bisa ia tiru meski ia harus banting tulang. Menjadi tulang punggung tak bisa menghindari hakikatnya sebagai tulang rusuk.
“Akan lebih baik jika dia tinggal denganku!” Tidak peduli mau Moza terluka atau tidak oleh ucapannya, karena Naga yakin bila Sendy bersamanya maka semua akan terjamin. Masa depan yang cerah untuk anaknya, beda bila ikut Moza. Bayang-bayang hitam mengenai Madam, sudah pasti menjadi mimpi buruk bagi buah hatinya itu.
“Aku yang melahirkannya, tidak ada yang bisa merebutnya dariku! Sampai matipun aku tak akan melepaskan anakku!” Kamar yang semula tenang kini menjadi tegang.
Naga mendesis kesal, sepertinya isi kepala Moza hanya berisi batu. Keras kepala dan susah diatur.
“Sadarlah Moza, dia bukan hanya anakkmu!” Naga geram, karena ia merasa Moza terlalu egois. Wanita itu tak berpikir bagaimana nasib Sendy di masa yang akan datang. Harusnya ia terima saja tawaran darinya. Toh Moza tak akan rugi, perlindungan dan hidup terjamin pasti akan ia berikan.
“Tuan Sinaga, aku sangat sadar. Dan aku sangat tahu diri, itu alasan aku tak akan mengikutimu. Bukankah anda sudah berkeluarga?” Moza kembali mempermasalahan tentang status Naga. Ini adalah satu-satunya cela agar Moza bisa menghindar.
“Memang apa masalahnya bila aku sudah berkeluarga? Bukankah pekerjaanmu dari dulu menggoda pria-pria yang sudah menikah?” sindir Naga, pria itu sudah hilang kata-kata untuk membujuk Moza. Hingga terpaksa harus memakai kalimat yang mungkin terdengar menyakitkan untuk didengar.
Moza mencengkram kain seprai di bawahnya, ada rasa marah campur kecewa. Bukan karena benci pada pria yang mengatai dirinya barusan. Moza hanya marah pada masa lalunya. Sebuah masa lalu yang tak mungkin bisa ia elak.
“Mengapa diam saja? Apa kau marah atas ucapanku barusan? Apa ada yang salah?” Naga mengamati gerak-gerik Moza, ia sedang menunggu reaksi wanita itu.
Moza mengangkat wajahnya, menatap Naga yang tengah menggendong putrinya. “Aku bahkan tidak pernah menggodamu! Kata-katamu terlalu kejam bagi wanita yang sudah pernah melahirkan anak darimu.”
Naga tersenyum tipis, Moza selalu punya jalan untuk lari dari jebakan kata yang ia buat. Benar, wanita itu bahkan tak pernah mencarinya. Meskipun sudah membuatnya hamil. Kejadian malam itu pun, ia yang sepenuhnya salah. Memaksa Moza untuk membantu dirinya, melepaskan hasratnya yang terlanjur membara.
“Kamu benar Moza, tak sekali pun mencoba untuk menggoda. Tapi, selalu mengusik!” Bersambung.
Masa lalu tidak bisa dihapus, barangkali menjadi mantan pendosa akan lebih baik dari pada jadi mantan orang baik.