Judul novel : "MY STUDENT IS MY STUPID WIFE
Ini kisah tentang NANA DARYANANI, seorang mahasiswi cantik yang selalu mendapat bullying karna tidak pandai dalam pelajaran apapun. Nana sudah lama diam-diam naksir dosen tampan di kampusnya, sampai suatu hari Nana ketahuan suka sama dosennya sendiri yang membuat geger seisi kampus.
Bagaimana dengan Sang Dosen, apakah dia juga akan menyukai Nana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gabby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HUKUMAN
Hari itu cuaca sangat panas bahkan jam masih menunjukkan pukul 9 pagi tapi mentari sangat terik, padahal kemarin hujan turun dengan deras.
Di tengah lapangan yang luas, Nana dihukum mengitari lapangan sebanyak 50 kali putaran. Bukan main hukuman dari pak Hessel, karna Nana mendapat nilai jelek kemarin.
Nana sudah mengitari lapangan sebanyak 5 kali, tapi itu sudah membuatnya kelelahan dan nafasnya pun mulai sesak, mengingat sewaktu kecil Nana pernah mengidap penyakit jantung.
Nana berlari pelan sambil memegang dadanya yang dia rasa semakin sesak, sedangkan Hessel sambil menghitung putaran malah mendorongnya untuk berlari lebih cepat. Entah kenapa, hanya karna masalah nilai Hessel tega menghukum Nana sekejam itu.
"Lari yang cepat! jangan seperti siput! masih 44 kali putaran." teriak Hessel tanpa memberi ampun, Nana hanya mengangguk keringatnya bercucuran sangat banyak, pandangannya mulai buram, Nana tidak yakin bisa menyelesaikan putaran berikutnya.
"Hessel, kau sudahilah hukuman untuk dia! Apa kau tidak bisa lihat dia kelelahan, hanya karna nilai kau tega menghukumnya seperti itu." ujar pak Henry, yang menyaksikan Hessel menghukum Nana.
"Kau diamlah Hen, ini resikonya dia berani dekat dengan pria lain." tanpa sadar Hessel mengucapkannya.
"Apa? Aku tidak salah dengarkan, jadi kau dan Nana....."
"Emmm... maksudku ini akibat dia malas belajar, sekarang dia harus menerima resikonya." Hessel langsung memotong pembicaraan.
"Jujur saja Hes, kau mulai menyukai Nana kan?" goda Henry.
"Saat seorang wanita mengejar cinta seorang pria, maka suatu saat si pria pasti akan luluh, apalagi gadis itu Nana, kau harus berhati-hati Hes." tambah Henry.
"Apaan sih gak lah, siapa juga yang mau sama stupid, dia itu terlalu kecil bagiku." Hessel mengelak namun di hatinya mulai berdebar-debar, ada getaran yang sulit Hessel artikan.
"Nana itu cantik, arghhh sialnya aku sudah menikah, jika aku masih single sudah ku nikahi si Nana." ucap Henry terlihat sangat serius, namun Hessel tidak menanggapinya.
"Ayo Nana lari yang kencang, baru 7 putaran, jangan harap saya akan memberi kamu keringanan, hukuman ini memang pantas untuk murid seperti kamu." teriak Hessel dari pinggir lapangan.
"Hes, sepertinya Nana sangat pucat." kata Henry mengamati Nana.
"Tidak, dia hanya mencari alasan agar aku menghentikan hukuman untuknya." ketus Hessel seolah tak peduli.
Benar adanya baru saja Henry bicara, tepat di putaran ke 10 Nana malah jatuh pingsan.
"Nana..." teriak Hessel histeris sambil berlari kearah Nana.
"Nah, apa aku bilang benarkan, Hessel, Hessel bagaimana bisa kau melakukan ini." gumam Henry berlari mengikuti Hessel.
Hessel menempatkan tubuh Nana dalam dekapannya.
"Nana, buka matamu, Nana wakeup..." ucap Hessel menghuyung tubuh Nana mencoba menyadarkannya.
"Nana, buka matamu..." khawatir.
Henry diam-diam mengamati Hessel, dia bisa merasakan temannya itu sebenarnya sangat mengkhawatirkan anak didiknya.
"Hes, sebaiknya kita bawa Nana ke ruang kesehatan, dan aku akan menelpon dokter." kata Henry.
Andrean yang tak sengaja melintas di depan lapangan, dia harus melihat Nana pingsan dan berlari ke arah Nana.
"Minggir pak." dengan tidak sopan Andrean mendorong Hessel, lalu mengambil alih posisi Hessel.
"Na, buka matamu, apa yang terjadi..." ucap Andrean panik.
"Andrean, kita bawa Nana ke ruang kesehatan dulu." kata Henry.
"Baik pak." Andrean menurut.
"Biar saya bantu." ujar Hessel ingin membantu Andrean membawa Nana.
"Saya sendiri yang akan membawanya." ketus Andrean mengaiskan tangan Hessel dari tubuh Nana.
Sekarang Hessel hanya bisa diam menyaksikan Nana di gendong oleh pria lain tanpa bisa melakukan apa-apa, hanya bisa mengikuti Andrean dari belakang.
*****
"Dok, bagaimana kondisinya?" tanya Andrean, dokter baru saja melakukan pemeriksaan, sedangkan Hessel juga ingin menanyakan kesehatan Nana tapi Andrean mendahuluinya.
"Apa pasien pernah mengalami penyakit jantung?" tanya dokter.
"Iya dok, itu terjadi saat dia masih kecil." jawab Hessel.
"Bagaimana bapak bisa tau kalau Nana pernah menderita penyakit jantung?" ternyata Andrean malah mencurigainya.
"Kenapa kamu masih menghukumnya Hes, kalau kamu sudah tau dia punya penyakit berbahaya." kata Henry.
"Saya tau, kemarin saya tidak sengaja melihat laporan riwayat kesehatannya." ucap Hessel.
"Jika terjadi sesuatu pada Nana, bapak harus tanggung jawab." ancam Andrean tidak terima melihat wanita yang di cintainya tersiksa.
"Tenang dulu, pasien saat ini baik-baik saja, tapi jangan membuatnya kelelahan dan jangan terlalu menekannya, karna itu bisa membawa pengaruh buruk untuk kesehatannya." jelas dokter.
"Baik dok, terima kasih." ujar Andrean merasa lega, lalu diam kembali duduk di samping Nana.
"Buka matamu Na, aku disini." ucap Andrean sambil menghangatkan tangan Nana dengan menggosokkan ke dua telapak tangannya.
"Arghhh... anak ini sepertinya dia sangat peduli pada Nana." batin Hessel memperhatikan Andrean yang terlihat sangat peduli pada Nana.
"Auh... ada apa denganku, kenapa setiap kali melihat Nana bersama dengannya, dadaku terasa sesak."
Tak lama kemudian Nana pun sadar.
"Ahhh... aku dimana?" ucapnya masih sangat lemah melihat disekitarnya, Nana heran saat melihat ada Hessel, Henry, dan Andrean ada bersamanya.
"Na, jangan banyak gerak dulu, istirahatlah." ujar Andrean mencoba membaringkan Nana kembali.
"Kenapa aku disini, apa yang terjadi?" tanya Nana, pandangannya tertuju pada Hessel namun Hessel memalingkan wajah saat Nana melihatnya.
"Kamu pingsan di lapangan Na." jelas Andrean.
"Oo... iya aku ingat sekarang." kata Nana setelah mengingat semua kejadian yang di alaminya.
"Hen, keluar yuk." kata Hessel ingin menghidari Nana.
"Ok, Nana, cepat sembuh ya." ucap Henry menepuk pundak Nana seolau memberinya semangat.
"Terima kasih pak." Nana tersenyum, dia masih melihat Hessel berharap Hessel akan menanyakan kesehatannya.
"Drean, kau jaga Nana hari ini kau boleh tidak mengikuti kelas saya." kata Henry.
"Siap pak." Andrean sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama Nana.
Namun tidak dengan Nana, dia berharap Hessel yang akan menemani namun yang terjadi tidak seperti harapan Nana.
"Ayo Hen." Hessel menarik tangan Henry menyeretnya keluar dan mereka pun keluar dari ruangan tersebut.
Hessel sama sekali tidak bicara sepatah katapun dengan Nana sebelum dia berlalu pergi, paling tidak menyapa tapi itu tidak terjadi, Nana merasa sedih namun dia hanya bisa bersabar mengingat mereka harus selalu menjaga kerahasiaan pernikahan di hadapan publik.