Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Kalian sudah datang," sapa Haikal dengan santai.
"Papa kenapa dia disini!" Ucap Mario spontan.
Sejak kemarin dirinya mencari Aura namun tak bertemu, dan sekarang justru mereka bertemu di rumah Papanya.
"Hay.. Mario...apa kabar?" Sapa Aura dengan senyum mengembang, "Kamu tanya kenapa aku disini?" Aura menatap Mario dengan senyum remeh, "Aku akan tinggal di sini karena aku adalah calon ibu mu."
"Apa!"
Bukan hanya Mario, Lisa pun juga terkejut mendengarnya, sampai-sampai matanya melotot sangking terkejutnya.
"Hahaha... kenapa ekspresi kalian begitu terkejut," Ucap Aura dengan wajah mencibir.
Lisa mengepalkan tangannya, dadanya bergemuruh dengan kilatan kebencian pada Aura.
'Kenapa bisa begini, Aura kau begitu licik,' geram Lisa dalam hati.
"Pah!"
Mario menatap papanya yang hanya diam saja, dia tak menyangka jika keduanya begitu serius menjalani hubungan.
"Ya, Aura akan menjadi istriku..jadi aku harap kalian juga menghormatinya,"
Mario mengepalkan tangannya kuat, dadanya bergemuruh dengan kilatan kemarahan yang terpancar. Jika wanita lain mungkin dia akan terima, tapi ini.. justru mantan kekasihnya.
"Pah! Aku yakin dia tidak serius dengan papa.. dia pasti hanya ingin membuat ku cemburu dan balas dendam!" Ucap Mario dengan penuh emosi.
Tangannya menunjuk wajah Aura dengan sinis.
"Mario benar Tuan, wanita ini hanya sengaja mendekati anda untuk balas dendam dengan begitu dia bisa membuat anda takluk dan megambil semua harta anda!" Timpal Lisa.
Aura menganga mendengar ucapan Lisa dengan pemikiran liarnya, tak menyangka Lisa menilainya seburuk itu.
'Jadi selama ini dia selalu menggunakan topeng putih, hanya untuk menutupi wajah busuknya,' Batin Aura tersenyum sinis.
"Sayang, jadi mereka menilaiku begitu buruk." Aura bergelayut manja di lengan Haikal.
Wajahnya di buat begitu sedih, "Aku tidak menyangka jika mantan kekasihku menilaiku begitu buruk, dan dia-" Aura menunjuk Lisa dengan dagunya, "Aku pikir dia teman yang baik, tapi ternyata dia punya pemikiran yang begitu buruk sampai aku tak bisa membedakan mana mutiara dan mana kotoran!" Ucap Aura dengan tatapan mengejek.
Lisa yang melihat semakin mengepalkan tangannya kuat, hingga kuku-kukunya yang tajam menebus kulit tangannya.
"Kau tidak seburuk yang mereka katakan sayang, meskipun kamu seburuk itu aku pun tidak peduli."
Kini Lisa dan Mario yang menggangga mendengar penuturan Haikal yang terbilang tak masuk akal.
Bagaimana bisa pria seperti Haikal menutup mata melihat hal buruk didepan matanya.
'Guna-guna apa yang wanita itu pakai, sehingga membuat Tuan Haikal begitu takluk,' Batin Lisa.
Keduanya justru dibuat terkejut dengan apa yang mereka dengar dan lihat, mereka pikir kedatangan kali ini bisa megambil hati Haikal lagi, tapi tanpa disangka keduanya justru mendapatkan kejutan yang tak terduga.
"Mario, ada hal apa yang membuat mu kemari,"
Mereka sudah duduk dengan tenang setelah sempat merasakan suasana tegang.
Mario tampak diam dengan memikirkan sesuatu, belum sempat menjawab, justru Lisa yang lebih dulu bersuara.
"Tuan, kami datang untuk meminta maaf dengan anda atas kejadian tempo lalu," Katanya dengan nada menyesal.
Haikal mengangkat alisnya sebelah, tatapannya masih tertuju pada Mario. Seolah apa yang Lisa katakan bak angin yang tak terlihat, membuat Lisa menahan kesal dalam hatinya.
"Em, Papa aku salah aku minta maaf," Katanya dengan kepala sedikit menunduk.
"Seharunya kau meminta maaf pada Aura, dialah orang yang kau sakiti."
Mario tertegun, ia menatap Aura yang tampak santai menikmati makanannya tanpa terganggu, ucapan Mario barusan tepat mengenai sudut hatinya yang menyebutnya merasakannya sesak.
Mario hanya emosi, kemarahannya membuatnya gelap mata hingga tanpa sadar menyakiti Aura yang selama ini begitu tulus dan baik. Mario akui, selama bersama Aura, wanita itu tak pernah memperlakukannya dengan buruk, hanya saja gairahnya sebagai pria normal tak bisa Aura penuhi, hingga membawanya untuk bermain api dibelakang Aura.
Lisa semakin geram, ia tak bisa menyembunyikan kemarahannya lewat tatapan tajamnya pada Aura, ia tetap membenci Aura, karena baginya Aura adalah rivalnya.
"Aura aku-"
"Sudahlah sayang, aku tidak menginginkan maaf dari mereka, karena bagiku semua sudah selesai dan aku tidak ingin berhubungan dengan mereka."
"Aura! Kau begitu sombong!" Hardik Lisa dengan keras, sejak tadi ia sudah menahan kemarahannya.
Dirinya seperti udara yang tak dianggap disana, sedangkan Aura seperti seorang putri yang perannya sangat penting untuk dua pria itu.
"Jaga bicaramu nona!"
Lisa terkesiap saat Haikal menginterupsinya dengan suara kerasnya.
Sedangkan Mario hanya diam dengan tangan mengepal, dan tatapan tajam tertuju pada Aura.
"Jika hanya ingin membuat keributan, lebih baik kalian pergi dari rumah ku." Ucap Haikal dengan tatapan dinginnya.
Wajah Lisa menjadi pucat, bukan seperti ini yang ia mau.
'Tidak, aku tidak boleh menunjukan keburukan jika tidak aku tidak akan bisa masuk kedalam keluarga ini,'
"T-tuan, maafkan kami... kami datang hanya untuk meminta maaf jadi maafkan kami," ucap Lisa dengan suara bergetar dan gagap.
Aura hanya tersenyum mencibir, ia senang melihat dua orang di depannya dengan ekspresi tertekan.
"Papa aku minta maaf," ucap Mario lagi.
Haikal menghela napas, tidak tahu harus menanggapi seperti apa, karena semua ada di tangan Aura.
"Minta maaflah dengan Aura," Titah Haikal.
Wajah Lisa terlihat sangat masam, tapi demi mendapat pengakuan Lisa menunjukan wajah penyesalannya dan meminta maaf dengan setengah hati.
"A-aura maafkan aku," Cicit Lisa dengan wajah tertekan.
"Aura, aku minta maaf.. aku melakukan semuanya tanpa aku sadari," Ucap Mario dengan penuh rasa penyesalan.
"Humm.." Aura hanya bergumam menanggapi keduanya.
Lisa semakin dibuat tercengang dengan respon Aura.
'Kenapa dia jadi besar kepala,'
Mereka pada akhirnya menghabiskan makan bersama dengan banyak drama sebelumnya, hingga saat waktu menjelang malam keduanya tak segera pulang.
"Apa kalian tidak berniat untuk pulang?" Tanya Aura to the poin.
Karena dirinya merasa lelah ingin istirahat, tapi dua orang sejak tadi tak mau pergi.
"Aura, kamu mengusir kami?" Ucap Lisa dengan nada lirih.
Aura hanya memutar kedua matanya malas, Lisa terlalu banyak drama.
"Kalau kamu bisa tinggal disini, kenapa kami juga tidak bisa. Inikan rumah orang tua Mario dan aku adalah kekasih Mario jadi kami juga berhak untuk tinggal di sini."
Lisa menggunakan kesempatan untuk bisa tinggal dirumah mewah milik orang tua Mario, ia seperti tak rela jika hanya Aura yang bisa tinggal di sini.
Mario justru terlihat gugup, apalagi melihat tatapan Haikal yang berubah.
"Atas dasar apa kau menginginkannya? Bahkan Mario sendiri butuh ijin ku untuk masuk kerumah ini."
Deg
Lisa menelan ludah dengan susah payah.