Cooper Anderson, laki-laki dingin dengan sejuta rahasia.
Dia menikahi putri pertama Keluarga Pratama tapi dimalam pertama yang dia tiduri adalah si bungsu nya bukan istri nya.
Malam pertama yang seharusnya menjadi malam pertama Elia, dijadikan nya malam pertama bersama Rihanna.
Tidak ada yang tahu rahasia apa yang sebenarnya Cooper sembunyikan dari semua orang.
Laki-laki itu lebih tertarik pada Rihanna bahkan mengklaim gadis itu dari ujung kaki hingga ujung kepalanya adalah milik nya.
"Kau gila...... kakak lepaskan aku...aku benci pada mu"
Rihanna Zivilia
"Aku tidak akan pernah melepaskan mu, jika kamu macam-macam maka akan aku pastikan aku akan menarik seluruh saham milik ku di perusahaan ayah mu, akan aku pasti kan keluarga kalian Jatuh bangkrut dan aku akan menghancurkan keluarga mu tanpa sisa"
Anderson Cooper
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nila KingShop Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu kenyataan Dimasa Lalu
Beberapa waktu sebelumnya.
Elia terlihat beberapa kali mencoba memasang gaya di hadapan fotografer dan beberapa kru lain nya sejak tadi.
Sejak awal pemotretan dia jelas sama sekali tidak bisa berkonsentrasi dengan baik dan benar,
Beberapa kali dia gagal mendapatkan gaya yang dia inginkan sejak tadi, bahkan dia yang biasanya tidak membutuhkan penata gaya terpaksa di pandu oleh beberapa orang untuk memperbaiki gaya nya.
Beberapa kali tim fotografer menghela nafas mereka melihat Betapa kacaunya Perempuan itu Bergerak sejak tadi.
Sang asisten Elia bahkan hanya bisa melihat perempuan itu dengan jutaan kekhawatiran.
"Kita berhenti saja dulu"
Seorang fotografer berkata cepat, dia melepaskan pegangannya pada kamera yang ada di hadapannya.
Laki-laki itu tahu, Semakin memaksakan diri agar Elia terus bergerak jelas akan merugikan mereka.
Seperti nya kondisi Elia terlihat tidak baik-baik saja fikir Laki-laki itu.
"Kita bisa melanjutkan nya besok"
Ucap laki-laki itu lagi.
"Maafkan aku"
Beberapa kali Elia berusaha untuk menunduk kan kepalanya, dia merasa sedih karena gagal mendapatkan apa yang seharusnya orang-orang harapkan dari dirinya.
Dia gelisah, yah begitu gelisah sebab sejak semalam Cooper membawa Rihanna entah kemana.
Mungkin dia bukan kakak yang baik untuk adik nya Tersebut, tapi dia benar-benar menyayangi gadis kecil itu.
Dia fikir seandainya saja dulu dia tidak berbuat bodoh pada saudara laki-laki Cooper, mungkin semuanya tidak akan jadi seperti ini.
Malam itu karena kecerobohan nya, dia menghancurkan hidup seseorang.
Tapi dia benar-benar tidak melakukan pembunuhan tersebut, begitu dia naik ke gedung atas apartemen tersebut, Chriss tahu-tahu menatap dirinya sambil menyentuh dadanya dengan sekuat tenaga, bisa dia lihat darah segar berhamburan didada dan lantai atap gedung bangunan tinggi tersebut.
"Pergilah, lari..."
"No....Chriss....No..."
Seketika Perempuan itu mencoba untuk mengatur nafas nya dengan baik saat dia mengingat kejadian malam itu.
Elia sejenak berusaha mencari obat di dalam tas nya, dia panik...yah begitu panik.
"Elia..?"
Sang asisten nya, Rossa bertanya sambil berusaha membantu mencari obat didalam tas perempuan tersebut.
Dia tahu perempuan itu sering menjadi panik secara tiba-tiba pasca trauma yang di alaminya bertahun-tahun yang lalu.
"Aku tidak membunuh nya Ross, aku tidak membunuh nya, dia benar-benar menjatuhkan dirinya sendiri"
Berkali-kali Elia berkata seperti itu kepada dirinya dan orang-orang.
Tapi tidak ada saksi dan bukti kuat yang mengatakan Elia tidak bersalah, perempuan itu tidak memiliki alibi sama sekali malam itu.
Semua tuduhan jelas mengarah kepada Elia, bukti-bukti konkrit, panggilan, pesan yang dikirim bahkan ancaman yang keluar pun jelas menunjukkan jika Elia lah pelaku nya.
Saat polisi menemukan Elia, saat itu dia jelas masih begitu muda, Elia tidak sadar kan diri di atas atap gedung tersebut sambil menggenggam pistol didalam genggaman nya yang dinyatakan sebagai pistol yang menembak Chriss malam itu.
Sejenak setelah menelan obat yang ada di tangan nya tadi, Elia mencoba untuk memeluk Rossa.
"Aku benar-benar tidak membunuh nya"
Elia menangis sambil terisak kecil di pelukan Rossa.
"Semu pasti baik-baik saja"
Rossa menepuk-nepuk punggung Elia untuk beberapa waktu.
Hingga tiba-tiba terdengar sebuah panggilan dari Balik handphone Elia.
Rossa seketika mengerut kan dahinya.
Dokter Felix.
"Kamu masih menemuinya?"
Tanya Rossa pada Elia sambil mengerutkan keningnya, dia melepaskan pelukannya dari Elia.
Perempuan itu terlihat mengangguk kan kepalanya.
"Berhentilah menemui laki-laki itu El, aku bukan iri atau tidak suka dengan kedekatan kalian, tapi bagi ku, dia mengetahui sesuatu soal kematian Chriss malam itu"
Ucap Rossa sambil mencoba untuk terus menyakinkan Elia.
"Tapi aku butuh dia"
Elia bicara sambil sedikit meninggikan suaranya.
"Kamu tidak butuh dia, tapi kamu menjadi berketergantungan dengan dia karena apa yang dia lakukan, kau hanya melewati sesi hipnotis yang tidak kamu butuhkan hingga mengacaukan banyak ingatan mu dimasa lalu"
Rossa tidak kalah kesal, bicara sedikit meninggikan suaranya.
"Dia memanfaatkan kamu, apa kamu lupa soal itu?"
Meskipun Rossa selalu berkata Felix bukan laki-laki yang baik, tapi tetap saja Perempuan itu tidak mau mendengar kan ucapan nya.
"Aku harus pergi menemui nya sekarang juga"
"No.. please"
Rossa mencoba menahan lengan Elia.
Alih-alih bisa menahan nya, Perempuan itu malah memberontak dan pergi.
Pada akhirnya dengan perasaan bingung Rossa menyambar handphone miliknya, dia berusaha untuk menghubungi seseorang di seberang sana.
"Kau ada dimana? ini cukup gawat, Elia...dia.."