NovelToon NovelToon
Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Status: tamat
Genre:Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pengantin Pengganti / Terpaksa Menikahi Suami Cacat / Tamat
Popularitas:632.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: Aisyah Alfatih

Arum Mustika Ratu menikah bukan karena cinta, melainkan demi melunasi hutang budi.
Reghan Argantara, pewaris kaya yang dulu sempurna, kini duduk di kursi roda dan dicap impoten setelah kecelakaan. Baginya, Arum hanyalah wanita yang menjual diri demi uang. Bagi Arum, pernikahan ini adalah jalan untuk menebus masa lalu.

Reghan punya masa lalu yang buruk tentang cinta, akankah, dia bisa bertahan bersama Arum untuk menemukan cinta yang baru? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Jangan bicara cinta jika yang ku rasakan hanya luka.

Rumah sakit mulai sepi saat malam, hanya cahaya redup dari lampu koridor yang menyinari lantai mengilap dan langkah kaki yang sesekali terdengar dari perawat yang berpatroli. Di ruang konsultasi lantai dua, Reghan duduk di kursi tunggu sambil memandangi hasil pemeriksaannya yang baru saja diberikan oleh dokter pendamping. Tangannya bergetar samar, sementara Bu Nara berdiri di sampingnya, menatap wajah sang atasan yang tampak lebih pucat dari biasanya.

“Jadi … ini keputusan Tuan?” suara Bu Nara terdengar berat, hampir bergetar. “Padahal dokter sudah jelas bilang...”

“Aku tahu.” Reghan memotong lembut, menatap lembar kertas di tangannya. “Aku tahu risikonya besar. Tapi kalau aku nggak lakuin, anakku nggak punya kesempatan.”

Bu Nara menarik napas dalam. “Tapi Tuan juga punya nyawa yang harus dijaga. Tubuh Tuan belum pulih sepenuhnya sejak kecelakaan dulu. Prosedur ini bisa…” suaranya mengendur, tak sanggup melanjutkan, "bisa membahayakan hidup Tuan.”

Reghan menegakkan tubuh, menatap lurus ke depan. “Bu Nara, kamu tahu kan kenapa aku hidup sejauh ini? Kenapa aku masih bertahan meski semua orang bilang aku nggak akan sembuh waktu itu?”

Bu Nara hanya menatapnya diam.

“Karena aku masih punya penyesalan,” lanjut Reghan lirih. “Aku kehilangan Arum, kehilangan kepercayaan dia, kehilangan kesempatan buat jadi ayah. Dan sekarang, Tuhan kasih aku kesempatan sekecil ini buat nebus semuanya. Masa aku mau nyerah cuma karena takut mati?”

Suasana hening, hanya terdengar dengung halus dari pendingin ruangan. Bu Nara menggenggam tangannya, menatap dalam mata pria itu mata yang dulu penuh ambisi, kini hanya berisi kelelahan dan tekad.

“Kalau begitu … saya mohon satu hal saja, Tuan,” ucap Bu Nara pelan. “Kalau Tuan memutuskan tetap melanjutkan, setidaknya biarkan dokter Gavin tahu. Biar mereka siap kalau sesuatu terjadi.”

Reghan tersenyum tipis. “Dia sudah tahu, dan aku yakin dia nggak akan biarin aku mati begitu aja. Lagipula…” matanya menerawang, suaranya menurun, “aku juga nggak yakin Arum bakal izinin aku lakuin ini kalau dia tahu. Jadi tolong jangan bilang apa-apa ke dia.”

Bu Nara menunduk, dadanya terasa sesak. “Tuan benar-benar yakin Bu Arum nggak akan berubah pikiran?”

Reghan menatap jendela, tempat lampu-lampu kota terlihat samar di kejauhan. “Arum udah lama matiin perasaannya buat aku, Bu Nara. Yang dia punya sekarang cuma luka. Aku nggak mau dia tambah benci karena aku maksa muncul lagi di hidupnya.”

Saat itu, pintu ruang konsultasi terbuka. Dokter Gavin masuk bersama dokter anak, membawa berkas dan hasil uji tambahan. Wajah mereka serius, tak banyak basa-basi.

“Tuan Reghan,” ujar dokter anak hati-hati, “kami sudah evaluasi ulang, tapi hasilnya tetap sama. Kondisi Anda terlalu berisiko. Kami tidak bisa menjamin keselamatan Anda kalau prosedur ini dilakukan.”

Gavin menatap Reghan tajam, seolah ingin menahan, tapi pria itu hanya menatap balik dengan ketenangan yang ganjil.

“Lakukan saja,” katanya mantap. “Aku udah tanda tangan persetujuan.”

Gavin mengepalkan tangan di bawah meja, matanya meredup. “Anda sadar apa yang Anda bilang, Tuan Reghan? Ini bisa...”

“Aku sadar, Dok.” Reghan memotong, suaranya berat tapi tegas. “Aku sadar betul. Tapi kalau aku bisa kasih sedikit harapan buat dia…” matanya menunduk sesaat, “buat anakku hidup … aku rela.”

Keheningan menelan ruangan sesudahnya. Namun di luar pintu yang sedikit terbuka, seseorang berdiri terpaku. Langkahnya goyah, matanya membulat menahan tangis yang ingin pecah.

Arum, telah berdiri lama di luar sejak Gavin masuk ke dalam ruangan tersebut. Dia mendengar semuanya, setiap kalimat penuh tekad dan rasa bersalah dari pria yang dulu menghancurkan hidupnya. Tangannya menutup mulutnya agar tidak terisak keras. Air mata jatuh tanpa bisa ia cegah.

Brak!

Pintu ruangan konsultasi itu terbuka keras, membuat semua kepala di dalam menoleh. Dokter Gavin yang sedang berbicara dengan nada serius terhenti mendadak, wajahnya berubah tegang.

Reghan, yang duduk dengan tangan mengepal di pangkuan, perlahan menoleh, dan dunia seolah berhenti saat matanya bertemu dengan mata wanita itu. Arum berdiri di ambang pintu dan tubuhnya gemetar, wajahnya pucat, matanya basah.

Namun yang paling menusuk bukan air mata itu, melainkan tatapan kecewa yang tajam tatapan yang dulu pernah penuh cinta.

“Tuan Reghan Argantara!” suara Arum pecah di antara tangis dan amarah yang tertahan bertahun-tahun. Langkahnya berat, tapi pasti, menghampiri pria itu. Dan sebelum siapapun sempat mencegahnya,

Plak!

Tamparan keras itu bergema di seluruh ruangan. Dokter Gavin langsung berdiri, mencoba menahan Arum,

“Arum...”

Namun wanita itu menepis tangannya. Reghan tak berkutik, meski wajahnya memerah oleh tamparan itu, tapi matanya justru menatap Arum dengan campuran haru dan rasa bersalah yang dalam. Arum menatap balik, tatapan yang tajam, tapi penuh luka.

“Kamu gila, Tuan Reghan!”

Suara Arum bergetar, tapi nada marahnya menusuk.

“Setelah semua yang kamu lakuin … kamu pikir aku mau kehilangan kamu dengan cara begini?! Kamu pikir aku bisa lihat kamu mati demi anak yang bahkan kamu sendiri tidak pernah tahu jika dia lahir?”

Suasana ruangan mendadak mencekam. Hanya terdengar napas berat Arum dan detak jantung Reghan yang terasa di telinganya sendiri. Reghan menghela napas, mencoba tenang.

“Arum … aku cuma mau nyelametin dia. Revano nggak salah, dia cuma...”

“Diam!” potong Arum keras, air matanya jatuh satu per satu.

“Jangan pakai alasan itu untuk menebus kesalahan kamu dulu! Kamu nggak bisa terus hidup dengan rasa bersalah, Tuan Reghan! Aku udah hancur waktu kamu biarin aku disalahin, waktu kamu biarin aku disiksa di depan semua orang yang aku hormati!”

Suara Arum meninggi, pecah di akhir kalimat.

“Dan sekarang kamu mau menebus semua itu dengan mati?! Dengan ngelakuin donor yang bahkan bisa ngerenggut nyawa kamu?!”

Reghan menunduk, suaranya serak, nyaris tak terdengar.

“Kalau nyawaku bisa nyelametin dia, Arum … aku rela. Mungkin itu satu-satunya cara aku bisa perbaiki semuanya.”

Arum menggeleng cepat, melangkah mendekat, memukul dada Reghan bertubi-tubi.

“Kamu pikir aku butuh penebusanmu?! Aku cuma butuh kamu hidup, Tuan Reghan! Aku cuma mau anakku tumbuh dengan ayahnya, bukan dengan kenangan bodoh tentang pria yang meninggalkan kami dua kali ... dulu karena keegoisanmu, dan sekarang karena rasa bersalahmu!”

Reghan menatap Arum, menahan kedua tangannya dengan lembut.

“Arum … aku masih cinta sama kamu sampai saat ini.”

Kata-kata itu lirih tapi cukup untuk membuat dunia berhenti bagi Arum. Air matanya menetes lebih deras.

“Jangan ngomong soal cinta kalau setiap kata kamu berarti luka buat aku, Tuan Reghan."

Dokter Gavin menatap mereka berdua dengan rahang mengeras. Ada rasa tak nyaman di dadanya, antara marah, kasihan, dan sesuatu yang jauh lebih kompleks. Dia tahu Arum masih mencintai Reghan. Dan dia tahu, Reghan benar-benar menyesal.

“Tuan Reghan,” ucap Gavin akhirnya, suaranya tegas namun bergetar, “Sebagai dokter … aku nggak bisa biarkan kamu lanjut donor ini. Kondisimu nggak stabil. Dan kalau kamu nekat, kamu bisa kehilangan nyawa bahkan sebelum proses selesai.”

Reghan hanya diam, matanya beralih dari Gavin ke Arum, lalu menatap kosong ke lantai. Suara hatinya hancur di dalam diam.

l Arum memegang wajahnya dengan kedua tangan, menunduk sambil terisak.

“Kenapa, Tuan Reghan … kenapa harus kamu terus yang bikin semua sakit begini…”

Dia terisak, jatuh bersimpuh di depan Reghan. Reghan segera berlutut, menarik tubuh Arum ke dalam pelukannya. Pelukan itu kaku, penuh luka, tapi juga terasa seperti rumah yang pernah hilang. Air mata keduanya bercampur, satu di pipi Arum, satu di bahu Reghan.

“Maaf…” bisik Reghan lemah. “Maaf, Arum … aku cuma nggak tahu lagi cara lain buat menebus segalanya…”

Arum mengguncang kepala di dadanya.

“Cinta nggak butuh penebusan, Tuan Reghan. Cinta cuma butuh keberanian buat tetap hidup bersama dengan luka itu.”

Reghan menutup mata rapat. Tangannya menggenggam rambut Arum erat, seolah kalau dilepaskan, wanita itu akan hilang lagi untuk kedua kalinya. Setelah adegan itu, Arum meninggalkan ruangan dalam tangis, sementara Reghan terduduk diam, menatap tangannya sendiri yang gemetar.

Bu Nara menatap majikannya itu dengan mata berkaca-kaca.

“Kalau Tuan tetap lanjut donor, Bu Arum nggak akan pernah memaafkan Tuan,” katanya lirih.

Namun Reghan hanya menjawab dengan suara nyaris tak terdengar,

“Lebih baik aku mati dengan memaafkan diriku sendiri … daripada hidup terus menyakitinya.”

1
Rahma Wati
ceritanya seru mantap 👍🏻♥️♥️
Ruk Mini
setelah..drama yg panjang..akhiry, sgt menguras emozi thor, tpi gpp yg oenting Happy y ga thor, suka sm karakter y tegas, ga ngalor ngidul alur y sat set, sgt menghibur, ok tq thorr d tgg karyamu lagi🙏👍👍👍
Aisyah Alfatih: maksih kak 💕
total 1 replies
beybi T.Halim
berharap karakter arum ini karakter yang keras,bandel tapi juga mengabdi dengan ikhlas😁🤭
beybi T.Halim
hebat .,sangat suka karakter perempuan yg tidak.mudah diinjak,tenang namun juga bs mematikan👍
Ana Akhwat
ceritanya bagus tapi hampir full dengan drama
Ani Aqsa
karya mu hebat thor rangkaian katanya ,ceritanya pasti aku baca spe hbis
Aisyah Alfatih: makasih kakak 💕💕
total 1 replies
Mella Zubaiir
arun biar happy ending sm pak dokter aja, urusan regan trserah mau di buat bahagia atau mnderita trserah othor sja😁
Mella Zubaiir
Mirip cerita dracin😁
guntur 1609
cerita maya sm Alena dan ayah regan kok gantung ya
guntur 1609
cerita maya sm Alena dan ayah regan kok gantung ya
guntur 1609
sakit kau kan. begitulah arum yg kau buat dulu sprti tu. walaupun dngn cara lain
guntur 1609
seharusnya kalau kau mau timbulkan kepercayaan arum kau harus buat tindakan sma Alena dan antek2 nya
guntur 1609
kwkwkwkw bagus tuh arum. trs provokasi ellion. biar Elena din siksa sm suaminya sendiri
guntur 1609
brti selama ni gak ada tindakan tk Alena. dasar keluarga biadab
guntur 1609
mamous kalian semua. dasar keluarga toxic
guntur 1609
bagus arum. tk apa bertahan dengan keluarga toxic. termasuk oma. aturan konyol
guntur 1609
kesempatan kedua yg diberikan arum kau sia sia kan rehan. maka lebih baik arum tinggalkan mereka semuanya
guntur 1609
dasar muka tembok. kau hanya anak tiri. jadi gak ada hak. dasar👹
guntur 1609
mampus kau dasar manusia bodoh
guntur 1609
pasti kerjaan maya
tk aroma terapi pa yg dipasangnya. mngkn obat perangsang atau semacam kelumpuhan. masih anu2 ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!