”Elden, jangan cium!” bentak Moza.
”Suruh sapa bantah aku, Sayang, mm?” sahut Elden dingin.
"ELDENNN!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Felina Qwix, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10 - Sok Berani
Elden menoleh malas.
"Pulang kemana, Sayang?"
"Pulang ke rumah! Kamu pikir?" Moza mencebik kesal.
"Rumah kamu masih aku renov sampe dua Minggu ke depan. And next day aku bakalan tinggal di sana sama kamu, sesuai permintaan mama sejak awal." Tegas Elden yang membuat Nimbuz tak bisa menahan gelak tawanya.
"APA? Elden gak bisa gituuuu!" Bentak Moza kesal.
"Kenapa? Yang penting aku udah mau nurut sama mama, tinggal di rumah kamu." Balas Elden santai.
"Elden, mama bilang kamu harus belajar hidup sederhana. Kamu harus-"
"Sayang, masalah rumah tangga, kita bicarakan di kamar pakai desah. Deal?" Ujar Elden yang lantas meletakkan rokok di tangannya ke dalam asbak lalu beranjak. Semua teman temannya pun cekakan.
"Elden. Gue gak tahan anjir! Gila!" Nimbuz ngakak.
"Moza gak bisa ya lawan Elden, coba berani desah dikit, asli Elden takluk." Komentar Zon dengan wajah tengilnya.
"Gak usah bacot kalian." Tekan Elden tak suka di roasting. Sementara Moza malah malu bukan main, gadis itu tergesa kembali ke kamarnya. Elden pun kembali menyusulnya.
"Kenapa lari? Gak mau tanggung jawab sama ucapan kamu tadi?" tanya Elden dingin.
"Elden, Minggu depan udah ujian sekolah. Kamu bisa gak sih gak usah terus gini," cerocos Moza.
"Bisa. Asal yang tadi."
"Apa?"
"Masuk ke kamu."
Moza tersedak. Gadis itu buru buru masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya dengan membanting keras.
Blarr.
Moza terdiam terpaku di balik pintu kamarnya. Dia merasa tidak bisa mendominasi Elden dengan baik. Seketika ponselnya berbunyi ada notifikasi dari salah satu aplikasi browser miliknya.
”Ajari suami nurut dengan servis yang menggoda.”
Uhuk!
Moza terdiam. "Harus ya gue gitu...?" ucapnya. Tapi, sepertinya memang Elden akan takluk kalau Moza berani melakukannya.
—Jam satu malam. Elden baru selesai melakukan party di ruangan depan, ketiga temannya sudah pulang. Sementara Moza, beranjak ke depan.
"Tuh kan! Kamu mabuk!" gerutunya.
Elden tak bersuara. Dia hanya pulas seperti tak bergeming. Meski ada badai sekalipun. Dengan susah payah, Moza menarik tubuh suaminya yang 18 cm lebih tinggi darinya ke kamarnya.
Saat itu, Elden malah membuka matanya. Bertepatan dengan Moza yang sedang mengendus bibirnya yang masih beraromakan alkohol.
"Kenapa, Sayang? Mau ciuman?" gertak Elden yang membuat Moza terkaget.
"Kamu mabuk kan!"
"Iya."
Plak!
Moza menampar pipi Elden kasar. Tapi, prianya malah tersenyum. "Tampar lagi, Sayang. Nanti, aku hamilin kamu."
Deg
Moza lagi-lagi tak berkutik. Tapi, dia memberanikan diri. "Hamilin aja. Asal kamu bisa berubah!" ujarnya sok memasang wajah ala ibu tiri.
Elden tak lagi tersenyum, tatapanya berubah. Serius dan tajam. Tubuh yang tadi seolah lemah dan tak berdaya karena pusing, kini malah menarik pinggul istrinya. Membuat Moza bertumpu sepenuhnya di atas pangkuannya.
Keduanya saling tatap.
Moza yang biasanya gugup, dia mencoba memberanikan diri, mencoba mendominasi. Kedua tangannya terulur mengalung di leher Elden. "Kenapa? Kamu kira aku bakalan takut? Kamu harus nurut sama aku!" Balas Moza santai.
Elden tak banyak bicara, gerakannya yang bicara. Merespon ucapan Moza. Tangannya terulur ke balik piyama gadisnya. Dibukanya tali pengait itu. Moza terdiam sejenak, hampir kesulitan menelan ludahnya. Kelakuan Elden sudah bukan lagi candaan, tapi serius.
"Oh cuma gitu aja, aku bisa kok lebih parah, Sayang." Ucap Moza yang lantas merapikan rambut Elden yang berantakan, mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir pria itu lebih dulu. Elden bukannya mundur, justru terpancing ugal ugalan.
Pria itu mengusap punggung Moza dengan lembut, sembari membalas ciuman Moza. Dan hal ini nyaris membuat Moza bergidik tapi tetap melanjutkan ciuman terbaiknya.
Sementara Elden, terus menikmati sentuhan nakal gadisnya. Meraba dada bidangnya seolah berani. Padahal, melakukannya saja Moza hampir kentut karena gerogi.
Elden terkesima dengan ulah Moza, pria itu memejamkan matanya. Lalu, menarik napasnya seolah menikmati semuanya. Tapi, saat itu juga Moza merasa ada sesuatu yang tegak di antara sana. Seketika dia menghentikan ciumannya. Menatap wajah Elden yang begitu tampan menatap tajam ke arahnya. Tatapan hypernya kental sekali, membuat Moza merasa terdominasi lagi.
Gadis itu lebih gugup sekarang.
Saat ia hendak berpindah tempat, Elden menahan pinggul gadisnya. "Mau kemana?"
Moza gugup bukan main. "Elden, menurut pengetahuan yang gue tau, kalo baru nikah apalagi gue masih segel. Gak boleh pertama kali langsung begini caranya!" keluh Moza, alasan ini hanya untuk supaya bisa menghindari momen gawat darurat bersama Elden.
Yah, hanya alibi Moza.
Elden pun tersenyum. Mengecup puncak kepala Moza lembut. "Gak usah dulu, kalo masih cemen, Sayang. Aku kurang suka servis yang gak totalitas, aku suka yang udah pinter dan gak penakut."
Uhuk!
Moza lega. Tapi, dia malu bukan main. Ternyata Elden pandai membuatnya salah tingkah, saat Moza tidak cepat pindah dari pangkuan Elden, pria itu justru menggodanya.
"Mau diketuk dikit pake adek aku, mm?" tanya Elden, Moza pun terbatuk.
"Maksudnya?"
"Aku lagi tegak, Sayang. Kamu gak mau pindah, mm? Mau nyoba?" tanya Elden lagi. Moza pun malu sekali, gadis itu segera turun dari pangkuan Elden. Bisa bisanya dia salah tingkah lagi hingga beberapa kali seperti ini?
Elden terkekeh saat Moza beranjak pergi dari hadapannya, lalu ngeloyor pergi seperti dikejar lebah karena saking malunya.
"Cewek polos emang kudu diajarin. Sumpah!" ucap Elden tersenyum.
Baru beberapa detik, Elden kembali memanggil nama istrinya dengan sedikit berteriak.
"Moza???"
Moza pun segera kembali. "Apa lagi sih?"
"Mau kemana?"
"Mau tidur."
"Kamar nya di sini, Sayang." Ucap Elden santai.
"Elden, please deh. Gue gak mau tidur sama Lo. Lo itu omes dih!" Sesal Moza.
"Kapan?"
"Apanya? Tadi, kemarin. Semuanya!"
Elden pun tersenyum santai. "Apa ada yang bilang suami omes ke istrinya? Kayaknya cuma kamu deh sayang. Atau kamu gak tau omes itu apa? Mau aku kasih contoh?"
Moza mendesis kesal.
"Gue mau lo tidur di sofa. Gue di tempat tidur!"
"Gak bisa, Sayang. Gak ada rumus cowok gak bisa jalan ke tempat ceweknya pas beda tempat tidur, kecuali beda alam."
Moza semakin geram. Gadis itu mendelik ke arah Elden. "Ya, terus, gue harus gimana?"
"Harus gak nikah. Baru bisa gak sekamar. Tapi, sayangnya aku udah terlanjur suka sama kamu, Moza. Jadi, jangan coba coba lari dari aku."
Deg.
Moza kenapa bisa kehabisan kata-kata? Sial! Wajah pria itu juga mendukung untuk tak bisa Moza bantah, Elden terlalu sempurna. Dan terlalu kuat untuk ditolak pesonanya.
Tanpa ragu, Elden beranjak dari sofa. "Sayang, ini hampir jam dua malam. Kamu tidur sama aku sekarang ya? Besok kita mau sekolah apa bulan madu, mm?" Goda Elden
Moza pun merengek. "Gue gak mau. Gue takut!" Rengek Moza yang lantas menutup kedua wajahnya. Gadis itu menangis. Hingga membuat Elden bingung.
"Loh kok nangis? Ada apa, Za?"
"Gue takut diperkaos lo kalo sekasur." Rengek Moza.
lah kok bisa jadi jovano itu loh /Hammer/