NovelToon NovelToon
Beringin Tujuh Ratapan Hantu

Beringin Tujuh Ratapan Hantu

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Hantu
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: MAHLEILI YUYI

Di atas bukit di tengah hutan, lebih kurang lima kilo meter jarak nya dari kampung.Terdengar sayup-sayup untaian suara yang berbunyi melantun kan seperti mantra jika di lihat dari dekat, ternyata dua orang pemuda berumur tujuh belas tahun paling tinggi, dihadapan orang itu tergeletak sebuah foto dan lengkap dengan nasi kuning serta lilin dan kemenyan.

Sesekali mengepul asap kemenyan yang dia bakar dari korek api, untuk mengasapi sebuah benda yang dia genggam di tangan kanan.

Jika di perhatikan dari dekat sebuah benda dari jeruk purut yang telah di keringkan, di lubang dua buah untuk memasukan benang tujuh warna.

Menurut perkataan cerita para orang-orang tua terdahulu, ini yang di namakan Gasing Jeruk Purut, keganasan nya hampir sama dengan gasing tengkorak tapi gasing jeruk purut hanya satu kegunaan nya saja, tidak sama dengan gasing tengkorak,

Gasing tengkorak bisa di gunakan menurut kehendak pemakai nya dan memiliki berbagai mantra pesuruh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAHLEILI YUYI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Kampung Bungsu Tanula

       "Mumpung hari masih senja, perjalanan ke tempat itu memakan empat jam, tiga jam ke negeri yang di tuju, kadang dukun itu tidak di rumah, jika dia tidak di rumah satu jam perjalanan ke ladang dukun itu". Ucap Erim.

"Berapa hari kira-kira, efek obat nya berjalan?". Tanya Diara.

"Dari tiga hari menjelang tujuh hari". Jawab Erim.

"Ini dana kalian, berapa syarat yang di perlukan dukun itu telpon aku seperti biasa nya, dan uang untuk kalian, sisa nya setelah kerja berhasil". Ucap Diara, sambil memberikan uang sebanyak lima belas juta itu pada Erim.

Dengan tangan bergetar sambil meneguk air liur, salah satu dari mereka meraih uang yang di tangan Diara itu.

"Tugas akan kami lakukan dengan senang hati Tuan Nona". Jawab Erim tersenyum sambil mengambil uang itu.

"Ingat! Jaga rahasia jangan sampai terbuka, jika terbuka kalian tahu akibat nya". Ucap Diara.

"Nona muda tidak perlu kawatir". Ucap Olen, mereka langsung menuju motor mereka.

"Nona muda begitu banyak uang nya ya?". Ucap Olen.

"Jangan tanya uang nya, apa kamu buta tentang kekayaan keluarga mereka, suku nona Diara termasuk empat suku bangsawan Negeri Hulu, satu kali panen sarang walet saja, ratusan juta, belum lagi ribuan hektar sawit yang di miliki orang tua nya, dan masih banyak lagi macam aset kekayaan keluarga nona Diara". Jawab Olen, lalu mereka menghidup kan motor masing-masing, dan meninggal kan tempat itu.

Setelah hampir tiga jam mereka berjalan menuju kampung yang agak terpencil, di sini jalan nya belum di aspal masih jalan kerikil dan tanah, juga pegunungan. Hutan lebat kiri kanan jalan, dan kadang kebun sawit yang luas mereka lalui.

"Rim! biasa nya kamu sendirian kesini?". Tanya Olen pada Erim.

"Ya, yang aku ketahui, cuma sembilan kali aku kesini, dengan teman tiga kali, sekarang dan dahulu juga pernah mengantar kan dua cewek, cinta nya di tolak". Jawab Erim.

"Mengantar kan cewek, siapa Rim?". Tanya Olen.

"Itu rahasia, tidak boleh di ungkap kan". Jawab Erim.

"Apa berhasil?". Tanya Olen, sangat penasaran dan kepo.

"Ya, berhasil la, kedua cewek itu sekarang udah menikah, udah punyak anak". Jawab Erim.

"Berapa uang yang mereka kasih, untuk mu Rim?". Tanya Olen makin ingin tahu.

"Satu cewek kasih aku lima ratus ribu, yang satu nya lagi, ah aku tidak ingat lagi". Jawab Erim.

"Aku curiga sama kamu Rim". Ucap Olen.

"Curiga kenapa". Tanya Erim.

"Ya, pokok nya aku curiga, sebab otak dan hati mu tidak begitu bersih". Ucap Olen.

"Makan tu curiga mu". Jawab Erim.

"Ternyata kamu sangat berani Rim!". Ucap Olen.

"Demi belanja". Jawab Erim.

"Jadi dukun yang kita tuju sekarang, dia juga bisa tentang masalah percintaan ya?". Tanya Olen.

"Oh. Bisa". Jawab Erim.

"Ooo. Baru aku tahu, jadi pacar mu itu tergila-gila pada mu, karena bantuan dukun itu?". Tanya Olen.

"Brengsek! kamu, itu hasil usaha ku sendiri". Ucap Erim.

"Ah. Kaga percaya aku, selain mirip Orang-orang sawah kamu juga kere". Ucap Olen pada Erim.

"Eh. brengsek, selama tiga tahun aku pernah mengikuti Dukun itu, untuk menuntut ilmu asihanya, dan membantu dia membuat kan kebun". Jawab Erim

"Benar kan, karena dukun itu". Ucap Olen lagi.

"Benar juga ya. ha ha ha". Jawab Erim tertawa.

"Apa aku juga bisa menjadi murid nya?". Tanya Olen.

"Bisa, sarat nya saja yang luar biasa, di saat dia membuat kebun kamu harus mengikuti nya, dan membantu nya membuat kebun". Jawab Erim.

"Cuma itu, Kalau itu aku sanggup ternyata tidak tinggi sarat nya". Jawab Olen.

"Tidak tinggi tai mu, buat kebun itu paling cepat tiga tahun". Ucap Erim.

"Tapi aku sanggup". Jawab Olen.

Sepanjang jalan mereka asik berbicara, tidak terasa mereka sampai ke sebuah kampung, Kampung Tanula. Kampung ini jika di hitung hanya memiliki tiga puluh kepala keluarga, mereka langsung menuju tengah kampung, karena rumah nya Dukun itu pas di tengah kampung bungsu Tanula.

Setelah mereka mematikan motor, mereka lalu berjalan lebih kurang lima puluh meter, dan memasuki sebuah halaman luas, kelihatan rumah yang ingin mereka tuju, telah sunyi, karena hari telah lewat jam dua puluh tiga malam.

"Mak! Oh. Mak Dukun Uciak, lai di rumah". (Om! Oh. Om Dukun Uciak ada di rumah). Ucap Erim.

"Mak! dukun di parak!". (Om! Dukun di kebun). Seseorang wanita menjawab sapa Erim, ternyata istri dukun itu belum tidur, lalu dia bergegas menuju pintu.

"Eh. Erim, naiak lah karumah". (Oh. Erim naik saja kerumah). Ucap Wanita, yang berumur empat puluh tahun itu paling tinggi.

"Tek. kami ka siko nak batamu jo Mak Dukun Uciak, lai ado baliau di rumah?". (Tante. kami ke sini ingin bertemu Om Dukun Uciak, apa ada dia dirumah?). Tanya Erim.

"Bapak la ampia sabulan ko diam di parak, sobok manjago parak ubi baliau, satiok malam kandiak masuak". ( Bapak sudah hampir sebulan diam di kebun, menjaga kebun singkong nya, setiap malam masuk babi). Jawab wanita itu, yang memanggil Bapak pada suami nya.

"Oh. iyo lah Tek. tapi parak baliau kan lai nan di tompek biaso nyo?". (Oh. Iya Tante. tapi kebun nya masih di tempat yang biasa?). Tanya Erim.

"Erim kan la ado juo kasitu ndak!, parak baliau tu la pindah ka mudiak tu saketek, tanah nyo masih tanah kabun lamo tu, baliau sambuang mambuek parak baru tu, jalan nyo kan lai tantu dek Erim?". ( Erim kan pernah kesana, kebun dia sudah pindah agak ke ujung sedikit, tanah nya masih tanah kebun lama, dia sambung membuat kebun baru, jalan nya Erim kan tahu). Ucap Wanita itu.

"Oh. Lai tantu dek ambo Tek. tapi lai bulia kami manumpang malatak kan motor di rumah ko Tek".(Oh. tahu oleh ku Tante. tapi boleh kan kami numpang parkir motor di rumah Tante). Ucap Erim.

"Kasinan kan la bisa baok motor tu, capek la kalian tibo lai". ( Kesana sudah bisa bawa motor, biar cepat kalian nyampai). Ucap wanita itu.

"Oh. iyo la Tek. ambo sangko kok jalan satapak juo lai". (Oh. Iya tante, aku kira masih jalan setapak kesana). Ucap Erim.

"Iyo. Lah Tek tarimokasih, kami permisi dulu". (Iya... Tante terimakasih, kami permisi dahulu). Ucap Erim.

"Oh. Iyo, hati-hati di jalan". (Oh. Iya, hati-hati di jalan). Ucap wanita itu, sambil menutup kembali pintu rumah nya.

"Iyo Tek.". (Iya Tante). Jawab mereka.

"Rim. Kita ke warung,

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!