Novel ini bercerita tentang seorang siswa biasa bernama Reza yang secara mendadak mendapatkan teman-teman baru yang merupakan sekumpulan group Idol kesukannya.
Apa itu idol? idol adalah seseorang atau sekelompok orang yang dicintai dan diidolakan oleh para fansnya karena suatu hal.
Singkat cerita, Reza ingin melindungi senyuman para idol itu dan tidak ingin melihat mereka menangis.
Namun Impiannya punah, dia hanyalah pecundang yang tidak bisa melakukan apapun disaat idolanya membutuhkannya. Alhasil Reza menangis dengan kencang dan tanpa sadar iapun pingsan.
Saat bangun ia terkejut karena waktu terulang kembali ke saat dimana pertama kalinya idol yang ia cintai datang kesekolahnya, dan secara tiba-tiba juga sebuah sistem muncul di hadapannya.
"Sistem Perlindungan Idol"
Akhirnya kisah Seorang Reza sang pemeran utama pun dimulai...
P : Apakah hidup dengan mengidolakan seseorang adalah hal yang salah?
J : Tidak, itu tidak salah, malahan itu hal yang bagus
P : Alasannya?
J : ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rikazum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 : Meskipun Keberadaanku Tidak Ada -9-
..."Aku adalah bunga yang berwarna, Akhirnya aku sekarang berhasil menemukanmu, Kau telah memberikan cahaya kepadaku, Jadi bisakah aku Berbicara "berdua" denganmu?"...
^^^-SNR^^^
Mobil Limosin berwarna hitam terhenti sekitar enam meter dari kerumunan yang ada di sebuah warung.
"Pak supir, ada apa didepan, kenapa ramai sekali?"
Seorang gadis berwajah muram bertanya dengan khawatir pada seorang pria paruh baya yang sedang menyetir mobil limosin itu.
"Jalannya tertutup, sepertinya sedang ada kericuhan, Nona. Kita harus segera pergi dari sini.
CKLEK!
Namun seolah tidak mendengarkan perkataan sang supir, Saijo Narumi yang terkenal sering gugup, denhan sebuah tekat besar membuka pintu mobil limosin itu dan keluar dari tempat yang seharusnya menjadi tempat aman baginya dan kemudian berlari dan bersatu dengan orang-orang dikerumunan.
"NONA!!!"
Supirnya yang mengenakan setelan jas hitam mencoba memanggil Narumi dari kejauhan namun tidak ada balasan sama sekali.
Akhirnya dengan perasaan terpaksa diapun memarkirkan mobilnya dibelakang sebuah bangunan Ruko dan lalu mencari jejak Saijo Narumi.
***
Orang besar di kepala gerombolan yang bergemuruh itu berlari dengan kecepatan penuh. Dengan mata bulat seperti piring, dia menuju ke arah Reza. Sebelum golonya bisa membelah dia menjadi dua, pria itu menyadari bahwa dia tidak bisa menghentikan momentum kakinya, dan kedua pria itu bertabrakan.
Ahh
Pria itu mengeluarkan pekikan yang mengental karena semua tulang di tubuhnya retak karena dampak memukul Reza. Dia terbanting ke tanah, tergelincir empat atau lima meter sebelum berhenti. Dalam prosesnya, beberapa pria tersandung satu sama lain atau dipukul jatuh.
Reza sendiri hanya memasan senyum mengejek di wajahnya, matanya dingin. Tangan kanannya berubah arah untuk merebut kaki kiri orang lain yang sedang melakukan tendangan. Dia menepuk kaki pria itu ke lututnya dan menekuknya ke belakang membentuk V. Jeritan mengerikan terdengar.
Kemudian dia melancarkan tendangan T yang membuat tubuh pria yang terluka itu terlempar ke kerumunan preman yang mengikuti dari belakang.
Karena lengah, beberapa dari orang-orang itu kehilangan pijakan dan jatuh, ujung demi ujung.
Semua penonton wanita berteriak histeris. Tidak ada satupun orang yang akan mengira akan melihat seorang remaja yang bisa memelintir tangan kekar pria dewasa.
Mengambil keuntungan dari situasi itu, dua orang yang memegang parang menyerang punggung Reza berharap kalau punggungnya adalah kelemahan. Namun, Reza secara naluriah berbalik dan membentuk telapak tangannya menjadi kepalan tinju yang meledak, bertemu tulang pelipis mereka dan dengan kekuatan yang dahsyat, suara "CRACK!" berbunyi ketika Reza meninju wajah para Gangster itu saru persatu.
''ARGHH!!!!"
"SAKIT!!!"
Belum puas dengan hanya pukulan saja, Reza lalu menarik tangan kekar dua pria itu dan lalu memelintirnya sepanjang tiga ratus derajat, dan hampir saja akan terlepas. Dan sebagai serangan terakhir, dengan kedua tangannya ia meninju kedua perut yang ada dihadapannya dan menhasilkan dentuman keras yang membuat Para Gangster itu terlempar jauh kebelakang dengan tagan yang terasa sangat sakit akibat terkilir sebelumnya.
BANG!!!
Kedua pria itu memeluk pergelangan tangan mereka yang terkilir dan berusaha menahan rasa sakitnya. Rasa sakitnya begitu kuat sehingga mereka tidak bisa menahan air mata atau tangisan yang menyedihkan.
Reza nampak persis seperti Hewan buas, tepatnya seperti singa. Dari yang awalnya hanya ingin ketenangan saja menjadi sosok yang begitu menakutkan ketika ada yang membangkangi perkataannya. Saat bahkan jika orang bertanya siapa anak remaja yang paling menakutkan didunia ini maka sembilan puluh sembilan persen penonton saat ini pasti akan memilih Reza sebagai orangnya.
Ekspresi para preman itu berubah ketika menyadari serangan mereka menjadi lebih lemah. Mereka sangat terlihat terkejut, dalam lubuk hatinya mereka berharap ini semua segera berakhir dengan mobil polisi yang datang dan membawa mereka ke kantor polisi. tetapi itu hanya hayalan mereka saja. Kenyataannya, Reza, orang sabar yang telah diprovokasi berkali-kali oleh mereka menjadi mengamuk, tanpa ragu-ragu Reza berjalan ke arah mereka dengan tatapan dingin. Dia membawa aura yang mematikan dan niat jahat yang menggelora dalam aura keberadaannya.
Setiap gerakan lebih ganas dari yang sebelumnya; gaya bertarungnya kuat dan ganas seolah-olah mereka sedang dibombardir oleh badai dan angin kencang. Darah mengalir di mana-mana di tengah pekikan melengking yang sedih. Reza yang sebelumnya tidak bisa memukul orang lain sepelan apapun berubah menjadi seseorang yang tidak peduli lagi pada darah yang berceceran. Sejak mendapatkan kemampuan 'Above all, the God of Aikido', Reza serasa menjadi orang yang berbeda. Dengan satu gerakan saja ia bisa menghancurkan dan mengambil nyawa manusia jika saja dia mau
Sekarang, tidak ada jejak kemarahan yang tersisa pada pria botak itu. Matanya penuh ketakutan, dan tubuhnya tidak bisa berhenti gemetar. Butir-butir keringat seukuran kacang menggulung dahinya tanpa henti. Dia tidak pernah mengira Kalau seorang anak sekolah menengah akan begitu menakutkan. Apakah dia manusia? Tidak, dia monster!
Dalam sekejap mata, Reza yang tingkahnya menyerupai monster itu menebas puluhan orang dengan sebuah parang kecil dan menggoreskannya disetiap tubuh orang yang menyerangnya sebelumnya. Tidak sampai terbuka lebar, namun hanya sebuah goresan ringan saja. Pria paruh baya di kejauhan tidak bisa lagi menjaga ketenangannya. Mata dan mulutnya terbuka lebar dalam keadaan shock total.
Kedua pengawalnya juga menjadi pucat saat mereka berdiri karena shock, ngeri, dan takjub. Mereka adalah pensiunan veteran pasukan khusus, mesin-mesin yang dilatih oleh negara, tangguh dan pantang menyerah. Bahkan ada isu yang menyatakan kalau seorang tentara veteran unit khusus itu bertemu sepuluh orang tentara biasa, maka dengan mudahnya ia bisa membunuh sepuluh tentara biasa itu. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, mereka memiliki penguasaan yang sempurna atas kemampuan mereka dan percaya akan sulit bagi mereka untuk bertemu lawan yang layak. Tapi saat ini mulut mereka berdua terbuka lebar. Mereka masih tidak mengerti bagaimana seorang anak remaja dapat pengeluarkan sebuah serangan yang begitu dahsyatnya..
Bam!
Pertarungan masih saja belum selesai. Sementara kedua pengawal itu masih dalam keadaan syok, Reza melepaskan parang kecil ditangannya dan dengan sigapnya menghindari banyak serangan dan memukul orang lain, membuatnya terbang hingga tujuh atau delapan meter adalah hal mudah baginya. Kemudian dia mengulurkan tangan dan mengambil parang.
Dengan aura kematian yang sunyi dan dingin memenuhi udara, dia mengambil kembali parangnya yang ia jatuhkan tadi dan dia bergegas ke kerumunan dimana banyak preman tersungkur dan kemudian mengangkat parangnya dan mengayun-ayunkannya didepan para preman itu. Parang itu terus terbang dan mengayun ditangannya dengan kecepatan yang sangat tinggi dan tidak terkendali, mendesis seperti tornado saat menebas musuh yang berani maju di dekatnya.
Satu demi satu pria pingsan dalam genangan darah. Tidak ada yang membayangkan bahwa Seorag anak SMA, yang seharusnya menjadi mangsa, tiba-tiba berubah menjadi binatang yang haus darah, memperlihatkan taringnya yang buas dan kejam.
Beberapa orang yang sebelumnya mencaci maki dirinya dan berkata akan memenggal kepalanya telah menghilang dari tempat itu dan telah pergi entah kemana, yang jelas. telah kabur beberapa saat yang lalu ke lokasi yang tidak diketahui.
Ketika orang terakhir juga ikut pingsan, mengeluarkan jeritan kesakitan, Tatapan tajam Reza dengan dingin terarah lurus ke pria botak itu, parangnya meneteskan darah yang menggenang di tanah.
Pria berkepala botak itu kaku, Seperti sedang melihat sosok malaikat maut yang akan mencabut nyawanya. Ketika dia melihat Reza berjalan mendekatinya dengan ritme lambat, selangkah demi selangkah, dia menjadi pucat, “A--Apa, apa yang ingin kau lakukan n---nak!! Tenang dulu...kita bisa bicarakan ini baik-baik"
Pria botak itu berusaha tenang dan lalu mengajak Reza bernegosiasi sebagaimana pemilik warung mie ayam yang mencoba menenangkan pria botak itu sebelumnya, Situasi menjadi terbalik.
Namun Reza membalaskan perlakuan pria botak itu pada pemilik warung beberapa menit yang lalu, ia menendang bagian dada Pria botak itu yang membuat pria botak itu terlempar dan tersungkur.
"Apa ada kata-kata terakhir"
Tidak cukup hanya menendangnya hingga terlempar jatuh, Reza juga mendekati pria botak itu dan mengancam pria botak itu dengan golok sabit yang melingkari lehernya.
"Ba--Baiklah nak A--Aku menyerah... Tapi biar aku beritahu padamu yah nak...Kami… Kami Berasal dari gang Raungan singa… ”dia tergagap.
“Apa kau bilang? Raungan singa? Gang konyol macam apa itu? Apa didalamnya kalian mengaum untuk berkomunikasi satu sama lain seperti orang gila?!”
Reza menggelengkan kepalanya dan mendengus mengejek dengan suara rendah. Detik berikutnya, Detik berikutnya dengan gerakan kilat yang tak terlihat oleh mata ia melayangkan tendangan sekali lagi ke dada pria yang tersungkur itu seperti bruce lee yang memukul mundur lawannya dengan One Inch Punch. pria itu terlempar jauh namun belum pingsan karena Reza belum berniat menghabisinya. Namun kali ini Reza serius, dengan golok yang ia pegang dia berlari dan akan menebasnya.
Pupil mata pria botak itu menyusut, dan kulit kepalanya terasa mati rasa. Golok yang berkilau terpantul dimatanya. Seolah-olah dia sedang melihat Malaikat Maut yang akan mencabut nyawanya
Bang!
Saat golok Reza hendak turun dan membelah kepala pria botak itu menjadi dua, sebuah tembakan yang menusuk telinga meledak seperti guntur yang tiba-tiba, menyebabkan semua orang gemetar.
“Berhenti!” Wanita itu berteriak tegas.
Bzzz
Golok ditangan Reza langsung berhenti dan tergantung di udara di atas kepala pria botak itu seperti sabit Grim Reaper.
Melihat golok yang sangat tajam, pria botak itu menoleh, pucat pasi, mata terbuka lebar. Bau tajam dan menyengat muncul dari selangkangannya: Dia kehilangan kendali atas kantong kemih dan ususnya dan segera pingsan. Dia benar-benar pingsan karena ketakutan.
Reza lalu menoleh dan melihat bahwa kedua sisi jalan diblokir oleh lima atau enam mobil polisi. Dua mobil tahan ledakan merobek garis blokade. Ada lebih dari 20 polisi anti huru hara dengan pakaian dan peralatan identik yang memegang perisai mereka. Mereka tampak mengintimidasi saat melakukan pose mereka. Ada juga polisi kriminal biasa yang memegang senjata api dengan moncong yang diunggah ke arahnya.
“Angkat tangan dan turunkan senjatamu Ke atas tanah!”
Seorang polisi wanita menurunkan senjatanya dan menyarungkannya kembali lalu mengambil pengeras suara dari seorang petugas polisi di sebelahnya. Dia berteriak pada Reza tanpa ekspresi dan lalu menghitung mundur, “Lima, empat, tiga, dua…. . ”
Dia memiliki fitur yang segar, bersih, dan cantik serta sosok yang tinggi, atletis, dan bersemangat. Rambut pendeknya halus dan melingkar di belakang telinganya. Matanya yang cerah dan anggun murni seperti air, dan seragam polisi hitamnya tidak bisa menyembunyikan sosok langsing dan glamornya.
Reza juga ingat bahwa polisi wanita itu adalah wanita yang telah ditemuinya di kantor polisi pada hari sebelumnya.
Meskipun kekuatannya meningkat, dia tidak mempertimbangkan untuk bertemu atau berbentrokan langsung dengan polisi. Ketika polisi itu menghitung mundur sampai hitungan kedua, Reza melemparkan parangnya ke tanah dan lalu mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya.
Dua petugas polisi khusus bergegas. Satu menempatkan dirinya di sebelah kiri Badan Reza dan yang lainnya di sebelah kiri saat mereka menahannya dan juga memborgol kedua tangan Reza.
Melihat tanah yang penuh dengan orang-orang yang terluka dan mengerang kesakitan, alis hitam Inspektur Hana menjadi cemberut. Dia berkata dengan raut wajah kesal, “Aku akhirnya menangkapmu, nak. Apa yang kau lakukan di kantor polisi kemarin kupikir adalah sebuah bentuk kebaikan nak. Walaupun aku sempat mempunyai firasat buruk padamu kemarin sore tapi aku tetap berpikir positif. Namun, sekarang aku tidak mengingkari firasatku lagi, Aku tidak tahu perkelahian seperti apa yang baru saja terjadi dan aku juga tidak tahu berapa banyak orang yang melarikan diri saat kita datang. Tapi yang jelas kau ditangkap, nak. Kau ditangkap atas penyalahgunaan senjata, perusakan properti, pembunuhan berencana dan berbagai pasal berlapis lainnya. Aku tidak menyangka kalau anak yang terlihat bersih sepertimu akan menjadi seorang aib negara. Mengabaikan hukum negara dan keselamatan rakyat. kau dan para gangster ini telah menimbulkan dampak buruk pada masyarakat. benar-benar sekelompok Bren**ek, bawa mereka semua !!! ” seru Inspektur Hana.
“Baik,” jawab sekelompok kader polisi.
Reza hanya berdiri saja ditengah-tengah para preman yang sedang pingsan dan tersungkur. Ia terlalu lelah untuk berbicara dan tidak ingin menjelaskan apa pun sekarang, karena dia tahu itu tidak akan ada gunanya. Polisi tidak mau mendengarkan. Jawabannya hanya akan bermakna setelah ia dibawa kekantor polisi guna diintrogasi.
Pria paruh baya yang mengenakan setelan barat dan sepatu kulit berwana hitam berdiri setelah Reza diborgol oleh para polisi berseragam hitam itu, dan akhirnya ia berjalan ke sebuah mobil listrik dengan Tulisan Vacescera dibagian belakangnya dan lalu pergi meninggalkan tempat yang makin riuh itu.
"Cari tahu informasi pemuda itu. Dan Juga, carikan dia seorang pengacara yang kompeten. Aku tertarik dengan anak itu, jadi dia harus aman. ”
“Iya Bos!” Gerald lalu menjawab dengan hormat.
Meskipun butuh waktu yang lama akhirnya kita bertemu juga
"Bu Inspektur...!!! Tunggu dulu...!!!"
Saat kepala Reza ditekuk untuk masuk kedalam mobil, suara lembut namun tergesa-gesa milik seorang gadis datang dari tengah kerumunan.
"Ugh...Apa-apaan ini...kenapa dia bisa ada disini?"
Reza yang sudah menerima nasibnya untuk dijadikan tahanan tiba-tiba merasakan sakit di dadanya saat melihat gadis yang menatapnya dengan tatapan cemas.
"Narumi, kenapa kau disini" Reza bertanya langsung karena sadar kalau hanya diam saja maka ia tidak akan bisa menjawab satupun rasa penasaran miliknya itu.
Narumi memegang borgol yang mengunci tangan Reza lalu menatap mata Reza dengan lurus, "Aku datang untuk membantumu"
"Saijo Narumi? Anda salah satu penyanyi muda yang sedang naik daun, iyakan?"
Inspektur Hana bertanya dengan raut wajah sedikit terkejut namun akhirnya kembali lagi ke mode profesionalnya.
"Apa!? Sejak kapan dia ada disini, aku tidak memperhatikannya sama sekali."
"Dia Saijo Narumi yang asli kan"
Berbagai suara racauan datang dari kerumunan, mereka seolah tidak percaya kalau salah seorang artis muda datang ketempat mereka tinggal.
"Iya buk, itu saya sendiri" jawab Narumi dengan tekad kuat.
"Jadi, apa yang dilakukan member Grub agensi idol ditempat ini? apa kalian berdua telah berkolusi"
"Tidak! Kami tidak berkolusi! Tapi aku datang untuk memberikannya pembelaan" Ucap Narumi yang merujuk pada Reza.
"Pembelaan seperti apa yang mau kau berikan? Darah disekujur tubuhnya dan juga di parang yang ia gunakan sudah cukup menjadi bukti atas kejahatannya" Ujar inspektur Hana dengan tatapan yang sangat tajam.
"Itu benar namun tidak sepenuhnya benar! Mereka duluan yang mengancam Reza dan lal---
"Bukti?"
Inspektur Hana adalah salah seorang yang tidak tertarik mendengar alibi orang lain dan karena itulah dia meminta bukti.
"A-Apa?" Narumi tersentak sejenak.
"Apa kau punya bukti kalau Anak ini tidak bersalah" Tanya Inspektur itu memperjelas dan menatap Reza.
"Bukti? Tentu saja ada...mereka semua bisa saksinya kok, soalnya merek---EH?"
Saat Inspektur itu memintanya memberikan bukti, Narumi dengan bahagia memberi tahu ke inspektur kalau para penonton saat itu bisa menjadi buktinya, namun saat ia menatap ke arah para warga yang berkerumun, ekspresi wajah mereka menjadi pucat.
Sepintar-pintarnya mereka, mereka tidak berani mencari masalah dengan para mafia kejam itu.
"Sepertinya kalian kurang kompak yah" Tutur Inspektur Hana.
"Aku menghargai niat baikmu, Narumi, dan aku berterima kasih banyak.Tapi yang aku lawan ini bukanlah gangster biasa, aku harap kamu tidak ikut campur dengan masalah ini."
Melihat Narumi yang pucat karena tidak ada yang mendukungnya, Reza mendekatinya dan berkata dengan suara halus sebelum akhirnya dengan inisiatifnya sendiri ia masuk kedalam mobil polisi dengan harapan tidak ada satupun rumor muncul yang dapat mempengaruhi mental dari Narumi.
"Lagi-lagi aku tidak bisa membantunya"
Pasca kepergian mobil polisi itu Narumi terduduk lesu di atas aspal jalanan dengan pucat.
***
Setelah sampai di kantor polisi, Reza tidak langsung diintrogasi, melainkan ia dikurung didalam sebuah sel dan salah seorang sipir penjara berkata karena maraknya kejahatan ditempat ini membuat Reza harua menunggu para penjahat yang lain di introgasi dulu, karena itulah pak sipir memasukkannya kedalam sebuah sel dan memulai introgasi dikeesokan harinya.
Keesokan harinya, di ruang interogasi polisi…. .
“Sebutkan Namamu?”
“Namaku Reza. ”
“Berapa Usiamu?”
“Tujuh belas tahun . ”
“Apa alasan yang membuatmu harus membawa senjata tajam dan menyakiti seseorang?”
“Aku hanya membela dan melindungi diriku saja!”
Reza, dengan borgol, duduk di kursi interogasi. Dia menjawab setiap pertanyaan yang diajukan Inspektur Hana.
"Melindungi diri saja katamu?"
Inspektur Hana mendengus dan melemparkan laporan dari rumah sakit ke atas meja. “Dua puluh luka ringan dan delapan luka serius lalu dua orang melarikan diri. Semuanya sekarang terbaring di bangsal akut rumah sakit. Kau bilang padaku ini hanya melindungi diri saja? ”
“Bu polisi, ada banya cctv dan sistem pengawasan polisi Skynet di jalan itu. Masuk ke sistem dan cari sendiri. Maka kau akan melihat apa yang aku dan apa yang dikatakan Narumi sebelumnya itu benar, ”kata Reza masih dengan tenang.
“Aku tidak membutuhkan anak kecil sepertimu untuk mengajariku apa yang harus aku lakukan, Asal kau tahu saja, Nak. Timku sudah memeriksa semua sudut dan tiang disekitar TKP namun tidak ada satupun kamera CCTV yang terlihat" Inspektur Hana menopang dirinya dengan kedua tangan yang ia rapatkan di atas meja interogasi dan menatap Reza
Reza sontak mengangkat alis, “Apa kalian para polisi hanya menilai bukti berdasarkan benda mati yang sedikit lebih canggih saja? Kenapa kalian tidak menanyakan pada saksi mata saat itu?"
"Saksi mata yang mana? Apa kau pikir kau bisa bekerja sama dengan mereka hanya karena ada seorang idol yang mendukungmu dari belakang?"
"Bukan mereka yang kumaksud, aku punya saksi yang lebih penting dari mereka semua"
"Eh...apa kau pikir kau bisa menip---
"Pemilik warung" Reza memotong kalimat wanita itu.
"Apa maksudmu?"
Seperti yang kukatakan, pemilik warung makan ayam bakar itu bisa menjadi saksi mata yang netral atas masalah yang terjadi hari ini.