Kisah Seorang gadis yang bernama Rere yang berkali kali harus mengalami kegagalan dalam percintaan. Namun takdir berkata lain. Secaratak sengaja ia bertemu cowok yang akhirnya akan menjadi kekasihnya walaupun harus mengalami banyak rintangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Ahza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 21
Ata yang bermaksut akan melanjutkan sikap dinginya kepada Mika gagal sudah. Jika terjadi sesuatu dengan Mika, Ata lah orang pertama yang akan pasang badan. Demikian juga dengan hari ini, ia benar benar tak tega dengan keadaan Mika. Semakin iba hatinya. Dan akhirnya, niat yang akan meluluhkan hati Mika, ee malah ia sendiri yang di bikin luluh oleh air mata Mika.
Hari sudah menunjukan pukul 15.00 wib. Suasana di kantor Rere sudah terlihat enggak sesibuk pagi tadi. Karena dua jam lagi mereka akan pulang. Rere terlihat agak santai. Karena kerjaanya sudah selesai.
"Re, kita jenguk Mika yuk...?" ajak Cindy yang duduk tak jauh dari mejanya.
"Boleh, habis pulang kerja kita langsung ke sana. Kalian mau ikut juga...?" tanya Rere sambil melihat Kevin, Juna Gilang dan Sania secara bergantian.
"Boleh, ayo..." jawab Kevin dan di ikuti semuanya.
"Mau kita bawain apa...?" tanya Cindy lagi.
"Enaknya apa ya...?" ujar Rere sambil agak mikir.
"Buah juga oke..." sahut Gilang yang berada di depan Rere.
"Boleh juga...." jawab Rere sambil mengacungkan jempol kananya kepada Gilang.
Semua sudah sepakat ke rumah Mika habis pulang kerja. Dua jam sudah berlalu dan akhirnya mereka pulang juga. Rere menggeliatkan badan. Meregangkan otot otot yang menegang karena seharian bekerja.
"Capek sekali ya mbak..?" tanya Gilang yang menatap Rere sejak tadi.
"Dikit sih, sekarang udah enggak karena udah mau pulang, rasanya seperti fresh lagi, hehe..." jawab Rere sedikit berkelakar.
Semua sudah siap dan meninggalkan ruangan tersebut. Mereka beriringan berjalan menuju parkiran. Gilang naik motor, Cindy Juna Kevin dan Sania satu mobil. Sedangkan Rere bawa mobil sendiri.
"Aduh, apes banget hari ini..." ujar Rere yang melihat ban depanya bocor.
"Kenapa Re...?" tanya Cindy yang belum masuk ke mobil.
"Ban aku bocor Cin, kalian duluan saja, aku naik taksi saja..." jawab Rere.
"Yaahhh, masak kita duluan, nggak seru lah..." seru Cindy dengan wajah kecewa.
"Mbak Rere sama saya saja..." celetuk Gilang yang sudah berdiri di belakang Rere.
"Nah, oke tuh Lang..." sahut Cindy dengan cepat.
"Naik motor...?" tanya Rere yang menoleh ke arah Gilang.
"Yups, betul sekali. Mbak mau kan...?" tanya Gilang penuh harap.
"Ya udah ga papa ayo. Tapi kamu ga repot kan saya nebeng kamu..." ujar Rere dengan sopan walaupun Gilang umurnya jauh lebih muda darinya.
Gilang tertawa kecil, lalu menjawab, "Enggaklah mbak, saya malah seneng bisa menolong mbak Rere..." ucap Gilang terlihat sekali kalau ia sedang happy.
"Baiklah kalau begitu, sebelum dan sesudahnya terima kasih ya..."
"Sama sama mbak Rere...."
Mimpi apa gua semalam, bisa bonceng in kamu mbak
Batin Gilang dan sebuah senyuman tersungging di bibirnya. Dengan penuh semangat Gilang mempersilahkan Rere untuk naik. Sebelum Rere naik ia membukakan footstep untuk pijakan kakai Rere.
"Mbak maaf karena saya hanya bawa satu helm, rambut mbak Rere di kuncir saja, supaya tidak berantakan kena angin..." kata Gilang menyarankan.
"Oh gitu, baiklah kalau begitu." jawab Rere lalu mengambil kunciran di tasnya dan menguncirnya dengan bentuk bun.
"Selesai sudah, ayo..." ajak Rere kemudian.
"Maaf, mbak pegangan ya, takutnya nanti kenapa napa..."
"Tapi mbak harus pegangan apa...?" tanya Rere bingung, karena ia jarang naik motor.
"Boleh pundak atau jaket saya sebagai pegangan mbak..." saran Gilang. Setelah mendengar ucapan Gilang, akhirnya Rere berpegangan di bahu Gilang.
Cleeesssss
Ada rasa yang aneh menghinggapi hati Gilang. Rasanya melebihi mendapat rejeki nomplok.
Tuhan, kok begini banget rasanya, di pegang oleh orang yang jadi incaran hati kita. Rasanya sulit di ungkapkan.
Setelah semua siap, berangkatlah mereka semua menuju rumah Mika. Gilang berada di depan mobil yang di naiki Juna beserta lainya. Karena Rere yang tau arah jalan ke rumah Mika.
"Jun, liat deh, Rere sama Gilang seperti pasangan kekasih saja." celetuk Cindy yang melihat Gilang dan Rere.
"Iya, cocok sekali, tapi sayang, Gilang jauh lebih muda dari Rere...."
"Maksutnya....?" tanya Cindy agak mengerutkan keningnya.
"Umurnya yang aku maksut Cindy...." kata Juna menjelaskan.
"Oh kirain apa..."
"Cindy, kalau boleh nanya, apakah mbak Rere beneran nggak punya pacar...?" tanya Sania yang duduk di jok belakang bersama Kevin.
"Dia jomblo San, sejak putus dengan mantanya, sampai sekarang dan setahuku dih belum ada yang mengisi hatinya, mungkin malas kali menjalin hubungan dengan coeok lagi..." ujar Cindy sekenanya.
"Kalau malas sih aku nggak percaya, mungkin dia lagi menata kepingan kepingan hatinya yang di hancurkan oleh mantanya, mungkin...." sahut Kevin tak mau tinggal diam.
"Apa pun alasanya, yang tau cuma Rere, kita nggak boleh menduga duga, apalagi berprasangka yang negatif, kita hanya bisa mensupportnya sebagai teman dan mendoakan yang terbaik untuknya..." kata Juna menambahi.
"Tumben Jun, kata kata kamu bijaksana banget, kayak bapak bapak aja lu..." celetuk Cindy sambil menoleh ke arah Juna yang menurutnya ucapanya kali ini benar.
"Emang bentar lagi jadi bapak kan...?" ujar Juna begitu saja.
'Bapak dari anaknya siapa...?" ucap Cindy kaget.
"Ya bapak dari anak kamu lah, siapa lagi..." celetuk Juna yang spontan mendapat tepukan agak keras dari tangan Cindy.
"Ah sial lo Jun, gue dengen gerinya serius malah lu selengekan..."
Suasana di dalam mobil sangat seru sekali. Baik Sania Kevin Cindy dan Juna saling meledek satu sama lain.
Sementara itu ,di rumah Mika, setelah kelar beberes tadi siang, Ata mengantar ibunya Mika ke rumah sakit, beserta Mika. Karena lukanya tidak parah, jadi tidak harus opname. Cukup di kasih obat.
"Terima kasih nak Ata sudah mengantarkan ibu periksa..." ucap ibunya Mika dengan lembut.
"Sama sama tante, yang penting tante cepet sembuh ya....?" jawab Ata dengan sopan.
"Ata, diminum dulu..." kata Mika yang menyajikan secangkir teh hangat untuk Ata.
"Oh iya Mik, nggak usah repot repot juga kali..."
"Enggak, cuma air teh kok..."
Untuk menghormati yang punya rumah, Ata kemudian meneguk teh hangat tersebut. Walau sebenarnya ia memang haus juga, karena sejak siang hingga sore ini ia sangat sibuk sekali, hingga kerongkongannya minta di basahi.
Rere dan kawan kawan berhenti tepat dj depan rumah Mika. Rasanya agak pegel juga naik motor. Dengan pelan Rere turun dari motor Gilang. Menggeliat sejenak meregangkan otot ototnya.
Sungguh sangat cantik ciptaanmu ya Tuhan.
Batin Gilang saat ia melepas helm dan melihat Rere berdiri di sampingnya.
"Ayo, kita masuk sekarang..." ajak Rere setelah semua turun dari mobil. Reee mengetuk pintu pagar. Beberapa saat kemudian munculah Mika dari dalam rumahnya. Ia terkejut melihat siapa yang datang, namun segera berjalan menuju pintu pagar untuk segera membukanya.
"Ya ampun, kalian ke sini, ayo yo masuk..." ajak Rere lalu berjalan paling depan di ikuti temanya.
"Iya Mik, kami ingin tau keadaan kamu..." jawab Rere yang berjalan di samping Mika. Belum sempat mereka masuk, Ata sudah menyambut mereka di depan pintu.
"Loh, kamu masih di sini Ta...?" ucap Kevin menghoda.
"Iya, mas Kevin, mau pulang ga boleh nih sama yang punya rumah..." ucap Ata sambil melirik ke arah Mika.
"Uuuu.... So sweeettt...." seru Cindy dengan spontan membuat semuanya tertawa.
Bersambung