Laura adalah seorang wanita karir yang menjomblo selama 28 tahun. Laura sungguh lelah dengan kehidupannya yang membosankan. Hingga suatu ketika saat dia sedang lembur, badai menerpa kotanya dan dia harus tewas karena tersengat listrik komputer.
Laura fikir itu adalah mimpi. Namun, ini kenyataan. Jiwanya terlempar pada novel romasa dewasa yang sedang bomming di kantornya. Dia menyadarinya, setelah melihat Antagonis mesum yang merupakan Pangeran Iblis dari novel itu.
"Sialan.... apa yang harus ku lakukan???"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ADLER! DIA KEKASIH SAYA!
Ash mendonggakkan kepalanya, mata merahnya, berkontak dengan iris hijau Edith. "Hei, apa kamu sudah memiliki pasangan?" Pertanyaan itu, sungguh mengejutkan bagi Edith.
"Eh? Kenapa Anda bertanya seperti itu?" Tanya Edith.
Ash mengenggam telapak tangan Edith perlahan, perasaan sejuk itu kembali Ash rasakan. Ash menyukai perasaan sejuk yang mengalir dari telapak tangan ke lengannya. "Apa Kamu tidak merasakan ini?" Tanya Ash mengangkat tangannya yang dia gengam.
Hanya Ash yang bisa melihat energi sihir yang meluap dari telapak tangan Edith. Edith tidak melihat apapun di tangannya. Dia menatap telapak tangan lebar Ash itu yang membungkuk tangannya.
"Tuan Muda, saya punya banyak pekerjaan yang belum selesai. Jika sudah..."
"Tetaplah di sini. Bukankah, kau mengatakan jika kau menyukai wajah dan tubuh ini?" Ash menunjukkan otot perutnya. Bibir Edith langsung bungkam rapat-rapat.
"Aku dengar, namamu adalah Edith. Aku bukanlah tipe orang yang suka berbasa-basi. Edith, apa kamu memiliki kekasih?" Tanya Ash sambil memainkan jari jemari Edith.
"Lagi-lagi! Ini tidak ada di dalam novelnya! Apa yang sudah terjadi?" Edith menjadi sangat bingung.
"Uh! Ke...kekasih?" Di bayangan Edith, sosok laki-laki yang muncul dipikirannya hanya sosok Adler yang menyebalkan. "ADA! SAYA MEMILIKINYA!" Tegas Edith dengan cepat.
Kedua alis Ash terangkat tipis. Dia terkejut mendengarnya. "Ah, siapa dia?" Tanya Ash.
Mata Edith berputar-putar. "Umm, i...it...Ad...Adler! Ya! Kami baru saja menjadi kekasih beberapa jam yang lalu!" Tegas Edith.
"PRACKKK!" Cermin lemari di belakang Ash pecah. Tentu saja, itu adalah ulah sihir milik Ash yang tidak terlihat di mata Edith.
Edith terkejut melihatnya. Dia melepaskan tangan Ash. "Astaga! Kenapa cerminnya bisa pecah?!" Edith pura-pura tidak tau. Dia sudah pernah membaca bagian dimana Ash yang patah hati saat ditolak oleh Saint, jendela kaca di Istana besar pecah semua.
"Adler? Menjadi kekasihmu?" Ash menundukkan kepalanya.
Edith cepat-cepat membersihkan pecahan kaca itu. Kemudian, dia pamit keluar, namun diabaikan oleh Ash yang sibuk dengan pikirannya sendiri.
"HACCHIH!" Adler bersin saat dia mengambil buku data diri Pelayan di Mansion ini. "Debunya banyak sekali" Lirih Adler menepuk debu di atas sampul buku yang dia ambil dari perpustakaan.
[PATSH!]
Signal panggilan Ash, Adler rasakan. Dia terdiam sejenak untuk menerima sinyal itu.
[Adler aku tidak tau harus berkata apa padamu. Tapi, ku akui keberanianmu. Mulai hari ini, kau kembali saja ke Desa mu] Telepati Ash kepada Adler.
Buku di tangan Adler terjatuh.
Kedua mata Adler terbelalak lebar. "Tunggu! Pangeran, mengapa Anda tiba-tiba marah kepada saya?" Adler meninggalkan buku itu dan berlari ke kamar Ash dengan terburu-buru.
Adler bahkan tidak sadar jika dirinya berlari melewati Edith dan rekan kerjanya. "BRAK!" Adler membuka pintu kamar Ash lebar-lebar. "Pangeran! Kenapa Anda- PASTH! BRUAKKKK!!!" Baru sebentar Adler membuka pintu kamar Ash lebar-lebar, Ash sudah mengarahkan tangan kanannya ke arah Adler, dan berakhir tubuh Adler melayang, serta terpental menghantam dinding ujung koridor.
Hantaman sihir angin itu, cukup membuat Edith terkejut. Namun, beruntung bagi Adler yang sudah sering menerima banyak serangan Ash dengan tiba-tiba tidak pernah terluka. Adler sudah seperti orang gila. Dia kembali berlari ke arah Ash dan kembali terpental.
Tapi, Junior Adler tidak terkejut melihatnya. "Percayalah. Ini sudah hal yang biasa" Ucapnya kepada Edith.
"Ha...hal biasa? Dia bisa terluka kalau begini terus" Ucap Edith.
Tentunya, Ash mendengar itu. Dia mendecih dan menghentikan sihirnya. Adler kembali berdiri di tengah jalan pintu kamar Ash dengan keadaan kemejanya yang compang-camping. "Pangeran.... Apa yang membuat Anda marah kepada saya?" Adler ngos-ngosan.
"GLUPH!" Edith mendadak merasa bergidik. Dia merasa jika dia ada hubungannya dengan apa yang terjadi diantara mereka berdua.
"Kau, kenapa tidak mengatakan apapun padaku jika kau adalah kekasihnya Edith?"
Mulut Adler melongo mendengar pertanyaan Ash. Adler melihat ke arah Ash dan Edith bergantian.
Edith pura-pura menutup matanya dengan melihat ke arah lain. Junior Adler bahkan terkejut mendengar ucapan itu dari Ash.
"I...ini salah paham!" Wajah Adler langsung memerah dan dia berlari masuk ke dalam kamar Ash, mengunci pintunya rapat-rapat.
Adler melihat ke arah Ash perlahan. Kening Ash terlihat berkerut. "Ini karena permintaan Anda! Saya hanya menjalin pertemanan dengan Edith! Saya hanya mengatakan jika saya tertarik padanya. Tapi, kami bukanlah kekasih! Ini semua, demi data latar belakang yang Anda minta. Tolong maafkan saya!" Adler bertekuk lutut dihadapan Ash.
Ash menghela napas. "Lalu, kenapa dia mengatakan jika kau kekasihnya? Padahal dia kemarin mengatakan jika dia menyukaiku?" Tanya Ash.
Adler tidak tau harus menjawab apa. Otaknya berputar dengan keras mencari alasan yang bisa Ash terima.
"Ehmm, mungkin dia berniat melarikan diri karena malu dengan Anda" Adler ragu dengan jawabannya.
Namun, wajah Ash seakan mempercayai itu. Adler sangat mengenali Ash lebih baik dari siapapun. Meski Ash sangat ahli dalam segala macam bidang, namun jika berurusan dengan hal perasaan, Ash sangat buruk lebih dari siapapun.
"Oh, begitu kah?" Ash langsung nyengir dan menepuk bahu Adler untuk kembali berdiri.
"Kalau begitu, kau tidak boleh berteman dengannya, kau tidak boleh tertarik dengannya, dan kau tidak boleh bernapas di dekatnya. Hanya boleh memantaunya dari jauh" Ucap Ash meringis dengan bangga.
"Astaga...."
"Aku hanya bercanda~" Ucap Ash sambil tersenyum dengan lebar. Adler keluar dari pintu kamar Ash dan menutupnya perlahan. Edith masih ada di sana. Dia tampak khawatir dengan keadaan Adler yang berantakan.
"Kau tidak apa-ap-Eh?" Hampir saja Edith menyentuh lengan Adler. Adler terlihat menghindar darinya dan itu membuat Edith sedikit terkejut.
"Oh, maafkan aku. Apa kau baik-baik saja?" Adler menanyakan keadaan Edith, karena sebelumnya Adler melihat cermin di kamar itu pecah. Adler, khawatir jika Edith akan melaporkannya kepada Ratu.
"Oh! Jangan khawatirkan aku. Jika tidak keberatan, apa kau mau ikut denganku ke ruang istirahat? Aku merasa bersalah melihat lenganmu terluka" Edith menunjuk lengan kiri Adler yang berdarah.
Adler sungguh tidak sadar jika lengannya terluka. Adler melihat ke arah juniornya sambil mengosok tengkuknya.
"Jangan khawatirkan aku! Serahkan tugas menjaga pintu ini padaku!" Junior Adler menunjukkan ibu jarinya. Adler mempercayakan segalanya pada Juniornya itu, meski terlihat masih muda, dia sudah bisa diandalkan dalam kondisi darurat.
"Baiklah, aku akan membersihkan luka ini dulu. Jaga baik-baik ya. Jangan sampai ketiduran" Ucap Adler berjalan di sebelah Edith menuju ruang istirahat Pelayan.
Junior Adler menatap bahu Adler yang lebar dan melihat punggung Edith yang terlihat sangat kecil saat berjalan bersebelahan. Dia tersenyum tipis. "Biasanya, Senior tidak suka saat dirinya direpotkan oleh wanita. Apa Senior sudah mulai membuka hatinya? Syukurlah"
...Junior Adler salah paham....