Perceraian Paling Hina

Kediaman Sahindo~

TUAN!

Sean tersentak saat baru saja membuka pintu ruang kerja tuan Mohan, dan mendapati pria tua itu memegangi dadanya yang kini terasa sesak.

"PANDU BENAR-BENAR MEMALUKAN!" ucap tuan Mohan sambil memegangi dadanya yang terasa nyeri, akibat terkejut dengan berita media saat ini.

Sean langsung mengambilkan alat pembantu nafas yang berada didalam laci. Dengan cepat, dia membekapkan pada hidung Tuannya yang masih menahan sakit.

Setelah menghirup beberapa menit. Perlahan, pernafasan pria tua itu mulai kembali berangsur.

"Ada apa, Tuan?" tanya Sean setelah membantu pria berambut putih itu, menegakkan badanya.

"Lihat saja di layar laptop itu, Sean!"

Sejak pulang dari Pengadilan, Sean belum sempat membuat sosial medianya, karena teramat sibuk mengurus pekerjaan. Hingga kini, kedua mata pria berumur 30 tahun itu terbuka sangat lebar.

Video mesum Pandu dan Laura sudah tersebar pesat, saat Rania memperlihatkan kebusukan mantan suaminya kepada wartawan.

"Panggilkan anak itu sekarang, Sean!" perintah tuan Mohan yang masih mengatur nafasnya.

"Pandu keluar sudah 1 jam yang lalu, Tuan! Apa saya telfon dia?"

"Cepat, telfon sekarang!"

Sean dengan cepat keluar, dan langsung menghubungi penerus tunggal majikannya itu.

....................

....................

"Bagaimana ini, Pandu?" lirih Laura terisak dalam tangisnya, "Impianku sudah hancur karena ulah mantan istrimu itu!" suara Laura menggeram tertahan oleh tangisanya.

Kedua tangan Pandu terkepal kuat, saat mendapati video perselingkuhannya sudah tersebar di berbagai media sosial.

"Rania benar-benar keterlaluan!"

Kedua mata Pandu berkobar penuh amarah yang terpendam disana. Antara malu dan juga kebencian berperang menjadi satu memenuhi isi kepalanya saat ini.

Niat hati membuat kubangan neraka untuk Rania, malah dirinyalah yang terlempar begitu dalam, tanpa menemukan kepuasan batin pribadinya.

"Aku di buat malu dihadapan para awak media, sehingga Mr' Leo tidak mau menerimaku sebagai modelnya!" kata Laura yang masih sesegukan. Dia lalu menyerongkan duduknya, sambil memegang lengan Pandu.

"Kamu harus membuat perhitungan untuk Rania, Pandu! Dia harus meminta maaf dan juga menghapus video yang tersebar itu. Aku nggak mau nama baik kita tercoreng, sehingga berpengaruh pada reputasi kita dalam dunia bisnis."

"Kamu tenang saja-"

Drrt! Drrt!

Ucapan Pandu tersela, saat ponsel yang berada di sakunya berdering tanda ada panggilan masuk.

'Sean'

"Iya ... ada apa, Sean?"

"Tuan Mohan meminta anda pulang sekarang juga!" ujar Sean dengan wajah datar.

Pandu mendesah dalam. Dia sudah tahu, untuk apa sang eyang memintanya untuk pulang. Dan semua ini pasti ada sangkut pautnya dengan masalah video zina itu.

Tut!

Tanpa sepatah kalimat lagi, Pandu langsung mengakhiri panggilannya.

Laura memicing. Tanganya terulur mengambil beberapa tisu di depanya, untuk menyeka sisa air mata.

"Eyangmu?"

Pandu sudah bersiap-siap ingin beranjak, "Aku pulang dulu, Laura! Mungkin beberapa hari kedepan ... Aku tidak dapat menemui seperti biasa."

Laura menajamkan matanya. Dia juga ikut bangkit, dengan wajah tidak terima.

"Apa maksudmu, Pandu? Setelah ada berita itu ... Kamu membiarkan aku menahan malu, sementara kamu akan menghilang untuk beberapa waktu? Begitu maksudmu?" kata Laura yang sudah merasa tidak terima dengan lontaran kalimat sang kekasih. Setelah itu, Laura memalingkan wajah menatap lurus kedepan sambil bersedekap dada.

"Nggak! Pokoknya aku nggak terima dengan keputusanmu itu, Pandu! Seharusnya kita sama-sama melawan mantan istrimu itu. Kita harus membuat perhitungan untuknya. Bukan malah kamu menghilang! Kamu pikir, dengan pemikiranmu yang dangkal seperti itu-"

"DIAM!" bentak Prabu menyela ucapan kekasihnya.

"Kamu tidak akan pernah mengerti, Laura! Dengan tersebarnya video kita berdua ... Semua itu akan berdampak pada perkembangan perusahaan Eyang! Dan asal kau tahu ... Sekarang harapanku di kamu sudah musnah! Kamu tidak berhasil masuk kedalam Agensi tersebut, Laura!" lanjut Pandu menumpahkan amarahnya di depan wajah sang kekasih.

Setelah itu Pandu langsung melenggang keluar, tanpa peduli dengan wajah tidak terima Laura.

"Pandu ... Kamu nggak bisa seperti ini? Pandu ...." teriak Laura merasa frustasi.

Setelah itu dia menjatuhkan tubuhnya diatas soda semula, sambil membekap wajahnya dengan kedua tangan. Tangisanya tumpah ruah, menanggung malu yang sudah kadaluarsa.

Ponsel berlogo apel yang kini tergeletak diatas meja itu berkedip beberapa kali. Laura membeku saat nama sang ayah tertera jelas dalam layar ponselnya.

'Bagaimana ini ...?'

Tanganya perlahan menggapai benda pipih tersebut.

"Laura ... Kamu benar-benar anak tidak tahu diri!"

"Pah ... Maksud Papah apa ya? Laura nggak ngerti?" dalih Laura seolah tidak tahu apa-apa.

Tuan Dark Jemes menggeram, hingga ponselnya termesa kuat dalam genggaman.

"Kamu pikir, Papah tidak tahu dengan video panas milikmu dengan pria asing itu? Kamu benar-benar membuat malu keluarga besar papah, Laura!" tuan Dark menggeram, hingga wajah putihnya seketika memerah.

"Pah, tapi itu-"

"Papah tidak mau tau, Laura! Lusa papah dan mamah akan kembali ke Indonesia. Dan kamu harus temukan Papah dengan pria bajingan itu! Pria itu harus bertanggung jawab dengan dirimu!" putus tuan Dark, lalu segera mengakhiri panggilannya.

"Pah ... Hallo pah?"

Brengsek!

Umpat Laura menggeram. Dia menjambak rambutnya sendiri, karena dia yakin jika Pandu pasti tidak akan siap, jika di tuntut untuk menikahi dirinya secepat itu.

*

*

*

*

Mobil Pandu sudah tiba dikediaman mewah tuan Sahindo.

Antara kesal, geram, bahkan menahan malu, semua itu bercampur aduk didalam kepalanya saat ini. Rekaman video panas, yang memperlihatkan bagaimana ganasnya permainannya dengan Laura, kini seolah berputar di pelupuk matanya.

Tidak hanya dia yang melihat, bahkan masyarakat se Indonesia pun begitu jijik melihat pergaulan mereka, yang tanpa malu bertukar peluh, seolah dunia miliknya dengan Laura.

KLEK!

Pandu masuk kedalam ruang kerja sang eyang sambil menunduk.

Melihat kedatangan sang cucu, tuan Mohan lantas segera bangkit dengan bantuan tongkat kunonya itu. Pria tua itu berjalan mendekat, menghunuskan tatapan tajam, yang siap dia tumpahkan saat ini juga.

BUGH!

Ahh...

Pandu seketika tersungkur kedepan, meringis menahan sakit, saat tuan Mohan memukul punggungnya dengan tongkat tadi. Karena dia merasa salah, jadi mantan suami Rania itu hanya diam tak berkutik.

"MEMALUKAN!" teriak sang Eyang menggeram.

Sean yang saat ini berdiri di sebrang Pandu, tampak menarik sudut bibirnya keatas. Entah mengapa rasanya dia begitu puas melihat cucu tunggal Sahindo menderita.

"Kamu sudah membuat malau keluarga besar Sahindo, Pandu!" bentak kembali tuan Mohan.

BUGH!

Sudah dua kali pukulan yang Pandu terima. Tongkat kayu yang terbuat dari kayu jati asli itu tidak hanya menghantam tubuhnya, tetapi juga meremukan seluruh hidupnya. Dia masih tetap diam, namum kedua matanya penuh dendam yang tertahan.

"Dimana otakmu, Pandu? Kalian berdua bukan hewan, yang bebas kapan saja berbuat mesum di sembarang tempat! Apa kamu tidak pernah berpikir sebelum bertindak, haa-!"

'Brengsek! Darimana Aston mendapat rekaman itu. Sementara diruang tengah, tidak ada CCTV!'

"Bagaimana jika para investor tahu, jika CEO Dragon Group berbuat hal tak senonoh, sampai tersebar videonya! Sesekali pakailah otakmu, Pandu!" geram tuan Mohan, hingga urat di lehernya ikut menonjol.

Pandu masih diam. Dia rasa, setelah perceraiannya dengan Rania, maka kehidupanya akan lebih baik dan bewarna. Namun pernyataan itu salah. Pandu terlalu berambisi, hingga dia lupa warna yang sekarang dia lukis adalah~Hitam pekat.

"Eyang tidak mau tahu, Pandu ... Sebelum video itu tersebar lebih pesat, kamu harus dapat menghentikan secepatnya! Kalau perlu ... Meminta maaflah kepada Rania, agar dia menghentikan para awak media tentang berita perselingkuhanmu!"

Seketika mata Pandu menajam. Lalu dia menoleh menatap sang Eyang.

"Tidak akan! Aku tidak akan menjatuhkan harga diriku dihadapan Rania!" tolak Pandu menahan kesal.

"Jika tidak ... Maka reputasi Dragon Group akan jatuh sejatuhnya, Pandu! Dan kamu tahu itu artinya apa? Perusahaan akan segera jatuh bangkrut!" papar tuan Mohan, hingga rahangnya ikut menggeretak.

"Aku dapat memulihkan keadaan seperti semula, tapi tidak dengan meminta maaf, Eyang!" bantah Pandu menaikan nada suaranya. "Aston! Aku yakin, Aston telah menyuruh anak buahnya untuk mematai pergerakanku!"

Tuan Mohan menarik nafas dalam-dalam. Dia sudah tidak dapat berkata-kata, jika lawannya adalah Aston.

"Jangan pernah berurusan dengan Aston, Pandu! Eyang tidak mau perusahaan Eyang semakin jatuh, jika kamu berurusan dengan dia!" peringat tuan Mohan, sambil menunjuk wajah Pandu.

Merasa kesal, Pandu langsung saja berbalik dan melenggang keluar membawa segudang rasa sakit yang tertahan.

Pandu menjalankan mobilnya begitu kencang. Tujuannya saat ini adalah kembali ke rumah, untuk menumpahkan semua kekesalan akibat perbuatan mantan istrinya.

ARGGHH!

Teriaknya sambil memukul kuat setir mobil. Untuk sementara, Pandu menutup semua akun media sosialnya, karena para netizen berhasil menyerbu dia dengan kata-kata kasar mereka.

'Aku harus menyelidiki semua ini. Aku yakin, ada orang dalam yang berkhianat!'

Bersambung~