[Warning! Adult Romance]
Jeje tidak menyangka jika PS partnernya adalah seorang mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shim Chung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAHM BAB 24 - Gombalan Bowo
"Mo... Momo!!" panggil Jeje di depan rumah sahabatnya.
Tak lama pintu terbuka, Momo sebenarnya terkejut bukan main melihat Jeje tapi karena bapaknya baru tidur dia memberi kode dengan jari telunjuknya yang dia letakkan di bibirnya.
Momo menarik tangan Jeje untuk menjauh dari rumahnya supaya bapaknya tidak mendengar teriakannya.
"Anjiir!!" teriak Momo dengan memeluk sahabatnya. "Kapan kau pulang, Je?"
"Baru juga dua hari yang lalu!" sahut Jeje membalas pelukan Momo. "Bagaimana bapakmu?"
Momo menghela nafasnya. "Makin parah, Je. Uangku habis buat berobat bapak ku!"
"Ya ampun, kenapa tidak bilang? Aku kan bisa bantu!" ucap Jeje ikut merasakan kesusahan sahabatnya.
"Aku tidak mau merepotkan! Kau sendiri kenapa bisa pulang?" tanya Momo melepas pelukannya dan menatap Jeje dengan lekat.
Jeje tidak menjawab karena bingung harus mulai dari mana. Tapi dia butuh pelampiasan untuk saat ini.
"Dia tidak mencintaiku," lirih Jeje dengan mata berkaca-kaca. "Dia hanya ingin memiliki tubuhku!"
"Dia?" tanya Momo tidak mengerti.
Akhirnya Jeje menceritakan tentang Damian pada Momo, sahabatnya itu menyimak setiap kalimat yang keluar dari mulut Jeje dengan seksama sampai Jeje selesai bercerita.
"Kenapa kau hanya diam saja, tumben!" protes Jeje yang melihat keterdiaman Momo.
"Aku sedang mencerna semuanya!" sahut Momo yang masih tidak percaya. "Jadi, kau menyerahkan keperawananmu pada bandar narkoba?"
Jeje langsung membekap mulut Momo karena suaranya yang nyaring.
"Kau mau buat pengumuman biar satu kampung tahu, ya?" ucap Jeje dengan melirik kanan kiri.
Momo menyingkirkan tangan Jeje dari mulutnya. "Dia PS partnermu?"
"Awalnya iya tapi karena aku memutuskannya secara sepihak, dia mendatangiku. Dia menyentuhku secara fisik dan aku mulai goyah!" dengus Jeje dengan mengacak rambutnya kasar.
"Lalu kau memutuskan untuk pulang?"
"Terus aku harus bagaimana?"
"Wah, kita benar-benar gagal jadi sarjana!" ucap Momo meratapi nasibnya dan Jeje. Empat tahun yang sia-sia dengan segala perjuangannya.
Mereka berdua termenung di sebuah pos ronda dekat rumah Momo dan tak lama ada sebuah motor berhenti tepat di hadapan mereka.
"Jeje?" tanya seorang pemuda yang mengendarai motor itu.
Jeje mengernyit menatap pemuda karena merasa tidak asing. "Bowo?"
"Iya ini aku Bowo, kita 3 tahun satu kelas di sekolah dulu!" ucap Bowo kesenangan melihat cewek yang dari dulu dia taksir.
"Aku ingat, kau yang dulu suka sisiran belah tengah itu, 'kan?" tanya Jeje memastikan.
"Itu dulu, Je. Sekarang udah keren gini!" sahut Bowo dengan mengguyar rambutnya.
"Kau Bowo anak juragan pete itu, 'kan?" sela Momo yang merasa juga familiar dengan wajah Bowo.
"Iya, aku lagi jenguk orangtuaku di kampung. Jadi ambil cuti dari kerjaanku di kota!" jawab Bowo bangga.
"Kirain mau nerusin orangtuamu jadi supplier pete!" ucap Momo terkekeh.
"Habisnya kembang desa kita ke luar negeri, aku jadi gak semangat di sini. Tapi karena dia sudah kembali sepertinya aku akan meninggalkan pekerjaanku di kota!" Bowo mengerlingkan matanya pada Jeje membuat gadis itu merinding.
"Aku pamit pulang dulu, mau bantu bapak sama ibu jualan!" pamit Jeje kemudian. "Nanti malam, aku nginep di rumahmu ya, Mo. Kita lanjut cerita kita lagi!" tambahnya pada Momo.
Momo mengangguk. "Aku tunggu nanti malam. Jangan lupa bawa gorengan sisa!"
Saat Jeje melangkah pergi, Bowo menjalankan motornya dan menghadang gadis itu.
"Aku antar pulang, Je," tawar Bowo.
"Gak usah. Aku jalan kaki aja!" tolak Jeje sehalus mungkin.
"Gak baik anak gadis jalan sendirian!" Bowo memaksa.
Akhirnya Jeje mau tidak mau naik ke motor Bowo karena pemuda itu terus memaksanya.
"Je, kau tahu komet halley gak?" tanya Bowo saat di perjalanan.
"Komet yang muncul 76 tahun sekali, 'kan!" jawab Jeje.
"Iya tapi bagiku kau lebih hebat dari komet halley karena kau hanya muncul sekali dalam hidup aku!" gombal Bowo dengan percaya diri maksimal.
sebelom nolong ketawa dulu ahh...