Nona ketiga Xiao Xinyi di paksa menikahi Adipati Ling Yun menggantikan kakak tertuanya yang terus berusaha untuk mengakhiri hidupnya.
Siapa yang tidak tahu jika Adipati Ling Yun selalu berselisih dengan Tuan besar Xiao. Dua keluarga besar yang saling bertentangan itu di anugerahi pernikahan Kaisar Jing Hao.
Bersedia ataupun tidak salah satu wanita dari kediaman Xiao harus menikah menjadi Nyonya utama kediaman Adipati Ling Yun. Intrik dalam pernikahan yang berlandaskan politik menjadikan Nona ketiga Xiao Xinyi harus membuat rencana untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tatapan berbeda
"Adipati, saya mohon ampun karena kebodohan Selir saya." Pria paruh baya itu menarik tubuh Selirnya. "Apa yang kamu lakukan. Cepat minta maaf kepada Nyonya utama dan Nyonya muda."
Selir itu terlihat ketakutan, "Nyonya utama, Nyonya muda. Ma..af, maafkan saya." Dia bersujud berkali-kali memohon ampunan.
Pandangan Adipati Ling Yun masih terlihat mematikan. Dia mengambil dokumen dari balik lapisan bajunya. Melemparkannya kearah pria paruh baya di depannya. "Menteri Heng Liang menerima suap. Membuat terdakwa kasus pembunuhan di kediaman Ming. Yaitu Tuan Muda ketiga Ming Ju di dakwa melakukan pembunuhan terhadap ayahnya sendiri. Bukti yang ada di tanganku menunjukkan jika Tuan Muda Ming Ju tidak bersalah. Namun dia harus di jatuhi hukuman mati dan tersangka utama bebas berkeliaran."
"Tuan Muda pertama Ming Qing telah mengakui semua kejatahannya. Dan akan menjalani hukuman rajam dua hari lagi."
Mendengar perkataan dari Adipati Ling Yun. Hakim Heng Liang terduduk lemas tidak dapat bangkit lagi. Hidupnya telah benar-benar hancur.
"Seret dia pergi. Geledah kediamannya dan tunggu hukuman selanjutnya," ujar Adipati Ling Yun tegas.
"Baik." Teriak serentak semua prajurit pengawal kekaisaran.
Hakim Heng Liang dan selirnya di seret paksa keluar dari toko. Mereka akan di berikan hukuman yang layak mereka dapatkan.
Xiao Xinyi menatap punggung tegap di depannya. Dia untuk sesaat merasa jika menjadi istri seorang Adipati juga tidak terlalu buruk. Senyuman tipis terlintas di wajahnya.
"Xinyi." Nyonya utama menggenggam lembut tangan menantunya. "Terima kasih sudah melindungi Ibu."
"Ibu, dia sudah semestinya mendapatkan tamparan itu. Karena telah merendahkan Ibu." Gadis itu menatap hangat.
Adipati Ling Yun membalikkan tubuhnya setelah mendengar percakapan yang cukup menganggu. Kerutan kening terlihat cukup jelas. Dia yang telah mengatasi situasi tapi Ibunya justru berterima kasih dengan istrinya. Namun dirinya juga tahu pembelaan istrinya saat Ibunya di rendahkan cukup membuatnya kagum.
Perlahan pandangan yang dulu penuh prasangka buruk sedikit demi sedikit mulai terkikis. Menjadikan gambaran baru tentang gadis muda di depannya.
Nyonya utama Ling menatap putranya dan melirik menantu perempuannya. Senyuman tipis menggembang perlahan di saat dia melihat Putranya sesekali menatap lembut kearah istrinya.
"Tuan." Nyonya utama Ling mendekat kearah pemilik toko perhiasan. Perhiasan yang ingin mereka beli sudah berserakan di lantai karena terjatuh bersamaan dengan Wanita itu.
Pria itu mendekat menundukkan kepalanya.
"Semua perhiasan yang rusak akan aku ganti. Tapi aku ingin semua perhiasan itu harus dalam keadaan baru saat sampai di kediaman Ling. Biaya perbaikan akan kami tanggung," ujar Nyonya utama Ling.
"Baik. Nyonya utama tenang saja saya pasti akan melakukan yang terbaik," jawab pemilik toko penuh semangat.
Rombongan keluarga besar Adipati Ling pergi keluar dari toko di ikuti seratus prajurit pengawal kekaisaran yang ada di depan. Di pertengahan jalan menuju kediaman, Adipati Ling Yun meminta semua pasukan untuk kembali ke kamp militer. Sedangkan dirinya ikut kembali mengantar Ibunya juga Istrinya pulang.
Sesampainya di kediaman Adipati Ling, semua barang di turunkan dari kereta. Ada sekitar sepuluh gulungan kain dengan warna berbeda. Lima belas gaun yang sudah jadi dan enam pasang sepatu bersulam. Semua barang itu di belikan Nyonya utama untuk menantu kesayangannya.
Di depan ruangan kamar, Xiao Xinyi menatap binggung. Semua barang di kamarnya juga telah penuh. Untuk gulungan kain tentu akan di letakkan di gudang. Sedangkan gaun baru juga sepatu bersulam pasti memakan tempat.
"Cepat. Bawa masuk ke dalam kamar." Nyonya utama berjalan perlahan di ikuti enam pelayan laki-laki yang telah menggotong lemari. Lemari kayu itu cukup besar juga memiliki motif rambatan yang indah.
"Ibu." Xiao Xinyi mundur beberapa langkah memberikan jalan. Nyonya utama tersenyum menanggapi panggilan menantu perempuannya.
Adipati Ling Yun mendekat kearah istrinya. "Huh," mendengus. Dia menatap sinis, "Di sini. Kamu sudah menjadi anak emas keluarga Ling." Melirik tajam.
Xiao Xinyi tertawa canggung melihat semua barang di masukkan secara bergantian tanpa henti. "Kenapa? Kamu cemburu?"
Adipati Ling Yun menatap tidak peduli.
"Aku hanya perlu memindahkan semua barang milikmu dari ruangan kamar. Dengan begitu ruangan kamar akan jauh lebih lega," bisik Xiao Xinyi kepada suaminya.
"Kamu berani memindahkan semua barang milikku. Aku pasti akan membakar semua gaun barumu." Adipati Ling Yun menatap penuh permusuhan.
"Semua barang yang aku miliki dari Ibu dan Nenek. Jika kamu berani, bakar saja. Aku tidak takut," Xiao Xinyi menatap penuh ejekan. Dia terlihat sangat bangga dengan kehangatan yang di berikan Nenek dan Ibu mertuanya.
Melihat itu Adipati Ling Yun semakin kesal. Dia melihat kearah ibunya yang terlihat gelagapan karena tertangkap basah memperhatikan perseteruan dirinya dan istrinya. "Apa Ibu ingin menjadikan kamar ini sebagai toko baju dan perhiasan? Semua barang ini tidak terlalu dibutuhkan."
"Apa yang kamu katakan? Xinyi seorang gadis muda. Dia tentu harus berpenampilan rapi juga cantik." Nyonya utama Ling mendekat kearah menantu perempuannya. Tatapannya penuh kasih sayang. "Aku tidak ingin menantu keluarga Ling di hina orang lain."
Dekk...
Mendegar suara meja yang saling bersinggungan cukup kuat. Nyonya utama Ling langsung masuk ke dalam kamar. "Hati-hati. Jaga jarak aman jangan sampai lecet. Jika sudah beres tata dengan baik semua perhiasan juga gaun di sana. Pastikan setiap set perhiasan di samakan dengan warna gaun."
"Baik," jawab serentak semua pelayan wanita yang ada di dalam ruangan kamar.
Pelayan laki-laki langsung pergi setelah pekerjaan telah di ambil alih pelayan wanita.
Membutuhkan waktu setidaknya selama satu jam untuk menyelesaikan penataan gaun juga perhiasan. Di tambah perhiasan baru yang masih belum sampai di kediaman mencapai belasan set.
Xiao Xinyi duduk santai bersama Ibu mertuanya dan juga suaminya di halaman. Teh hangat menjadi teman berbincang yang cukup nikmat.
Nyonya utama Ling sesekali melihat wajah putranya yang telah memiliki banyak perubahan. Wajah dingin tanpa ekspresi itu kini telah memiliki perbedaan. Eksekusi kesal, malas, penuh emosi, bahkan tatapan tenang ada di saat putranya berinteraksi dengan istrinya. Perlahan rasa lega itu ada di dalam dirinya. "Semua sudah beres. Ibu akan pergi." Dia bangkit dari tempat duduknya. "Oh iya. Xinyi jika kamu ingin memindahkan barang suamimu. Ibu juga mendukungmu. Lagi pula," melirik kearah putranya. "Suamimu tidak tinggal di kediaman."
Xiao Xinyi tersenyum senang. "Baik. Seperti yang Ibu katakan. Xinyi akan segera memindahkan semua barang Suamiku." Menatap kearah Adipati Ling Yun dengan senyuman penuh niat jahat.
Nyonya utama Ling pergi dari halaman kediaman tempat tinggal putranya dan menantunya di ikuti para pelayan.
Xiao Xinyi bangkit dari tempat duduknya dia berjalan menuju ke dalam kamar. Saat dia akan mendekat ke arah lemari pakaian suaminya.
Bruukk...
Tubuhnya di tekan lembut kearah lemari. Gerakan kuncian yang di lakukan suaminya membuat Xiao Xinyi tidak bisa bergerak. Kedua tangannya di tekan kebelakang tubuhnya oleh suaminya. Dia menatap wajah kesal pria muda di depannya. Tatapan santainya berubah menjadi senyuman nakal.
Rasa gatal terasa menggeliat di sekujur tubuh Adipati Ling Yun. Dia merasa seperti ada hewan kecil yang merayap menuhi tubuhnya. Dengan terpaksa dia harus melepaskan kedua tangan istrinya yang telah ia tekan. Dia menggaruk tanpa henti kesetiap rasa gatal yang terasa. "Apa yang kamu lakukan?"
"Yichen, aku tidak hanya tahu tentang pengobatan. Tapi juga mengerti sedikit tentang racun," ujar Xiao Xinyi menyandarkan tubuhnya ke arah lemari. Dia menatap puas dapat memberikan balasan akan semua sikap dingin suaminya terhadap dirinya.
"Iissss..." Adipati Ling Yun tidak bisa berhenti menggaruk tubuhnya.
"Kamu cukup kerasa kepala. Bahkan dalam keadaan seperti ini tidak ada permohonan meminta obat penawar." Xiao Xinyi menggelengkan kepalanya pelan. Dia melemparkan botol kecil berisi obat penawar. Setelah suaminya menangkapnya dia berlalu pergi. "Dua kali meminumnya kamu bisa sembuh." Dia berjalan keluar dari kamar.
Adipati Ling Yun mengambil satu butir obat penawar dan menenggaknya dengan cepat. Membutuhkan sekitar sepuluh menit baru rasa gatal di tubuhnya perlahan memudar. Dia duduk menatap kesal dengan meremas botol obat di tangannya.